Tuturan Fatis Salam Deskripsi Data Penelitian
antara dosen dan mahasiswa program studi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Tuturan A1
P : Hem, belum ada contohnya maksudmu? MT : Iya pak, belum ada contohnya maksudnya.
P : Kok bisa? MT : Karena di datanya kemarin belum ada pak. Jadi saya masih itu pak.
P : Ya mungkin tidak ada, jangan dipaksakan kalo tidak ada. jadi nggak pusing. MT : Iya pak.
P : Jadi batasnya adalah, cara berpikirnya begini sumber data kan tiga itu, kalau di situ nggak ada ya jangan dicari. Lalu kemudian kalau mungkin di situ ada,
tetapi kamu tidak mendapat, ya sudah, itu artinya keterbatasan pemahaman si peneliti, mohon maaf.
Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB
Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur menjelaskan kepada mitra tutur tentang bagaimana menganalisis suatu topik skripsi. Penutur merasa sungkan dengan apa yang dikatakannya
kepada mitra tutur meskipun itu adalah kenyataan yang sebenarnya.
Tuturan dengan kode A1 tersebut terjadi karena penutur merasa sungkan dengan mitra tutur dengan apa yang dikatakannya yang dapat menyinggung mitra
tutur meskipun apa yang dikatakannya itu merupakan kenyataan yang sebenarnya.
Tuturan A1 merupakan basa-basi meminta maaf dengan bentuk tuturan “Lalu kemudian kalau mungkin di situ ada, tetapi kamu tidak mendapat, ya sudah,
itu artinya keterbatasan pemahaman si peneliti, mohon maaf”. Penutur adalah
seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun, sedangkan mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berusia 21 tahun. Tuturan tersebut dapat dikatakan sebgai tuturan
basa-basi meminta maaf karena dengan tuturan tersebut penutur ingin menjaga hubungan baik antara dirinya dengan mitra tutur. Secara tidak langsung penutur
juga menunjukkan etika dan tatakrama agar tidak menyinggung perasaan mitra PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tutur. Basa-basi tersebut termasuk dalam subkategori basa-basi meminta maaf karena fungsi tuturannya untuk mengekspresikan penyesalan Ibrahim, 1993.
Penutur menggunakan basa-basi meminta maaf tersebut sebagai media untuk menunjukkan rasa penyesalannya telah berkata suatu hal yang dirasa dapat
menyinggung perasaan mitra tutur. Wujud basa-basi dari tuturan A1 tersebut merupakan basa-basi polar.
Basa-basi polar adalah tuturan yang berlawanan dengan realitasnya, dimana orang harus memilih tuturan yang tidak sebenarnya untuk menunjukkan hal yang lebih
sopan Arimi 1998. Dalam hal ini, penutur melihat bahwa mitra tutur kesulitan mendapatkan data yang sesuai dengan teori yang didapatnya sehingga penutur
menjelaskan bahwa mitra tutur tidak perlu memaksakan dirinya secara berlebihan. Penutur memilih ungkapan tersebut agar mitra tutur tidak tersinggung karena
keterbatasan yang dimilikinya. Penutur tidak benar-benar meminta maaf kepada mitra tutur karena penutur tidak melakukan kesalahan apapun. Permintaan maaf
yang dituturkan penutur dimaksudkan agar mitra tutur tidak tersinggung dengan pernyataan dari penutur.