Tuturan B2 di atas, penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berusia 21 tahun. Mitra tutur
bingung dengan skripsi yang dikerjakannya. Mitra tutur meminta penjelasan dari penutur agar dia dapat lebih jelas dalam mengerjakan skripsinya. Penutur
menanggapi mitra tutur dengan sabar agar dapat memberikan penjelasan yang baik kepada mitra tutur.
Maksud dari tuturan tersebut adalah penutur tidak benar-benar
menanyakan kesulitan mitra tutur. Penutur hanya sekadar memecah kesunyian karena mitra tutur terlihat bingung untuk menyusun kalimat. Penutur berusaha
dengan sabar menanyakan ada apa agar mitra tutur tidak takut ketika bertanya tentang skripsinya. Penutur menggunakan bentuk fatis toh untuk menekankan
bahwa penutur menunggu mitra tutur memberikan pertanyaan tentang skripsnya.
Tuturan B3
P : Ya coba nanti anu, anu apa namanya ini ehmm sambil jalan, kamu yang penting kerja dulu bab 2 tapi sambil baca-baca nanti kalo ada tambahkan ke bab 1.
MT : Iya pak. P : Enak kok nggak masalah kok. Ehemm baju baru ya? Bagus e…
MT : Iya pak, hehehehe… P : Oh anunya mana itu sil.
MT : Oh iya, saya belum, atau sekarang?
Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur melihat bahwa mitra tutur memakai baju baru dan memuji baju
yang dikenakan oleh mitra tutur.
Tuturan B3 di atas, penutur merupakan seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur merupakan mahasiswa perempuan berusia 21 tahun. Penutur
berusaha untuk memecah kesunyian dan menjaga hubungan baik antara penutur dan mitra tutur. Penutur melihat bahwa mitra tutur memakai baju baru dan
berpenampilan berbeda dari biasanya. Maksud dari tuturan tersebut adalah penutur tidak benar-benar memuji
penampilan mitra tutur. Penutur hanya sekedar untuk memecah kesunyian dan menjalin hubungan baik dengan mitra tutur. Pujian yang dituturkan penutur
tersebut dilakukan agar mitra tutur tidak merasa tegang dengan bimbingan skripsi pada hari itu. Penutur melihat bahwa mitra tutur sangat tegang jadi untuk
mencairkan suasana penutur berusaha untuk memuji penampilan mitra tutur yang memang tampak sangat berbeda dengan biasanya.
Tuturan B5
P : Kenapa nggak nyisir? Wah jan Aduh kamu ngapel terus nyampek rumah tidur ya?
MT : Iya Pak, hehehe. Lelah e Pak. P : Ngapain aja lelah tuh?
MT : Kemarin Pak, membuat lelah.
Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur kaget dengan penampilan mitra tutur yang berantakan ketika
datang bimbingan.
Dalam tuturan B5 tersebut, penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Penutur
kaget dengan penampilan mitra tutur yang berantakan ketika datang bimbingan skripsi. Penampilan mitra tutur sangat tidak rapi dan tidak pantas untuk menemui
dosen. Penutur merasa kurang dihargai sebagai dosen karena mitra tutur datang dengan penampilan yang sangat berantakan.
Maksud dari tuturan tersebut adalah penutur ingin agar mitra tutur memperbaiki penampilannya ketika bimbingan. Penutur terus memberikan
pertanyaan agar mendapatkan alasan yang tepat mengapa mitra tutur terlihat tidak siap ketika datang bimbingan. Meskipun tidak memberikan teguran secara
langsung, penutur berharap bahwa mitra tutur dapat mengerti maksud dari penutur yang tidak suka jika mitra tutur datang bimbingan dengan penampilan yang
berantakan seperti itu.
Tuturan B6
MT1 : Si Mei mana e? MT2 : Mei?
P : Lho si Mei kenapa? MT2 : Nggak tau pak nggak pernah keliatan e pak.
P : Dia belum ikut krs juga toh?
Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun dan mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Mitra tutur
menanyakan keadaan temannya yang tidak pernah terlihat lagi di kampus dan mengkhawatirkan keadaannya.
Tuturan B6 di atas, penutur adalah dosen laki-laki berusia 42 tahun, mitra tutur 1 adalah mahasiswa perempuan berusia 21 tahun dan mitra tutur 2 adalah
mahasiwa perempuan berusia 22 tahun. Mitra tutur 1 dan mitra tutur 2 sedang membicarakan salah satu teman mereka yang tidak pernah terlihat di kampus.
Penutur ikut terlibat dalam pembicaraan dengan ikut menanyakan salah satu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mahasiswanya tersebut. Hal itu dilakukan agar penutur merasa dilibatkan dalam pembicaraan antara mitra tutur 1 dan mitra tutur 2.
Maksud dari tuturan tersebut adalah penutur tidak hanya sekedar untuk menanyakan keadaan dari mahasiswa yang tidak pernah terlihat di kampus
tersebut, namun penutur juga ingin dilibatkan dalam pembicaraan. Jika kedua mitra tutur hanya berbincang berdua penutur merasa tidak dihargai padahal
penutur ada di depan kedua mitra tutur. Maka, penutur mencoba untuk terlibat dalam pembicaraan antara mitra tutur 1 dan mitra tutur 2.
Tuturan B7
P : Ada sop empal lho. Sop empal gandrung. Arah mau masuk ke Kanisius. MT : Oh, iya, Pak, nanti saya carinya.
P : Namanya itu sop empal gandrung, mungkin gandrung itu namanya yang punya. Ini langsung dibetulin nanti hari Senin hari Jumat udah selesai.
Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur memberitahu mitra tutur jika ada sop yang menggunakan daging
sebagai bahan utamanya yang dapat dimasukkan dalam data penelitiannya.
Dalam tuturan B7 tersebut, penutur adalah seorang dosen berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah seorang mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Penutur
menjelaskan kepada mitra tutur tentang salah satu makanan pendamping nasi yang dapat dijadikan data oleh mitra tutur. Penutur meminta mitra tutur untuk
menambahkan makanan tersebut sebagai data penelitiannya agar mitra tutur dapat menyajikan data yang bervariasi.
Maksud dari tuturan tersebut adalah mitra tutur berusaha untuk melegakan hati penutur dengan memberikan kesanggupan akan menambah data penelitiannya
dengan usulan dari penutur. Mitra tutur tidak benar-benar akan menambah data penelitiannya dengan makanan tersebut karena mitra tutur belum pernah melihat
maupun mencicipi makanan tersebut. Namun, untuk menjaga kesopanan, mitra tutur memberikan jawaban kesanggupannya kepada penutur.
Tuturan B8
P : Apakah antara sup dan gulai itu dicampur? MT : Enggak. Dipisah, Pak.
P : Nah MT : Tapi kalau di daftar menunya itu mereka nulisnya sogul Pak.
P : Oh.. MT : Nulisnya langsung sogul ini harganya ini. Jadi pesan 1 porsi sogul.
P : Saya belum pernah sih. MT : Iya Pak, itu yang paling dekat di ini lho Pak, ehmm…
P : Nek ada gulainya saya ndak makan, mungkin supnya bisa saya makan. MT : Oh, iya ya, Pak, ada santannya ya?
Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai Penutur meminta penjelasan kepada mitra tutur tentang data penelitian
yang didapatnya.
Tuturan B8 di atas, penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah seorang mahasiswa perempuan berusia 22 tahun.
Tuturan di atas membicarakan tentang data penelitian yang didapat oleh mitra tutur. Penutur meminta penjelasan tentang data penelitian tersebut karena ia
merasa data yang didapat mitra tutur tidak sesuai dengan kenyataan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Maksud dari tuturan tersebut adalah mitra tutur memberikan tanggapan baik dari pernyataan penutur. Mitra tutur menunjukkan perhatiannya dengan
meminta persetujuan dari penutur apakah jika memakai santan tidak boleh dikonsumsi oleh penutur. Mitra tutur mengatakan demikian dengan tujuan untuk
lebih mempererat hubungan antara dia dengan penutur.
Tuturan B10
P : Terus yang ehmmm… Apa namanya. Ehmmm… yang kajian pustakanya
ini harus ditambahi lagi atau sudah, Pak? MT
: Cukup. Ya nanti kalo sambil jalan nemu ya ditambah. P
: Karena yang saya cari itu Pak makalahnya tentang semantik semua gitu. Jadi makalahnya itu makalah-makalah biasa gitu, Pak.
MT : Nggak papa, nggak papa kok kalo ada.
Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB Konteks: Penutur adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Mitra tutur
adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur bingung dengan skripsi yang dibuatnya, penutur bertanya kepada
mitra tutur tentang teori yang didapatnya.
Dalam tuturan tersebut, penutur adalah seorang mahasiswa perempuan berusia 21 tahun sedangkan mitra tutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42
tahun. Penutur bingung dengan skripsi yang dibuatnya. Penutur meminta saran kepada mitra tutur apakah teori yang didapatnya dari sumber lain dapat
dimasukkan dalam skripsinya atau tidak. Mitra tutur memberikan tanggapan baik karena ia memberikan keleluasaan kepada penutur untuk mencari teori yang
sesuai dengan penelitiannya. Maksud dari tuturan tersebut adalah mitra tutur memberikan kebebasan
kepada penutur untuk mencari teori dari sumber mana saja. Namun teori itu harus sesuai dengan penelitian yang dibuatnya. Mitra tutur tidak memaksakan harus
menggunakan teori tertentu agar penutur semakin mendapatkan ilmu baru dari Tuturan B12
P : Ini sama ya? Satu nada ya?
MT : Iya Pak, cuma saya tambahi gudangan Pak.
P : Ya, ndak papa. Itu kan pendamping nasi, aman jadi ndak usah.
Jumat, 26 Februari 2016 pukul 10.07-10.55 WIB Konteks: Penutur adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Mitra tutur
adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur mengoreksi skripsi yang dibuat oleh mitra tutur karena mitra
tutur menambahkan beberapa data dalam penelitiannya.
Dalam tuturan B12 tersebut, penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah seorang mahasiswa perempuan berusia 22
tahun. Penutur memberikan koreksi skripsi yang dibuat oleh mitra tutur. Mitra tutur memberikan penjelasan tentang data penelitian yang didapatnya. Penutur
memberikan tanggapan positif dengan menyetujui data yang didapat oleh mitra tutur karena sudah sesuai dengan data awal penelitian.
Maksud dari tuturan tersebut adalah penutur menyetujui data yang didapat oleh mitra tutur. Penutur melakukan hal tersebut karena mitra tutur sudah sesuai
dalam mendapatkan data yang sudah disepakati dari awal. Penutur memberikan tanggapan baik agar mitra tutur menambah lagi data penelitiannya sehingga
semakin bervariasi data yang akan ditelitinya.
Tuturan B14
MT2 : Metodenya nggak dilihat?
MT1 : Ya Tuhan, semoga nggak dilihat ya Tuhan.
P : Semoga jangan sampai dilihat.
MT1 : Ya Tuhan..
P : Aku menandatangani hal yang salah tapi daripada nanti nggak selesai-
selesai. Hahahaha… PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MT1 : Iyuhhh..
Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB Konteks: Penutur adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Mitra tutur
adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur meminta mitra tutur 1 untuk menemui dosen pembimbing 2 agar
melihat bab 3 yang sudah dibuat agar skripsinya dapat segera selesai.
Dalam tuturan B14 ini, penutur merupakan seorang dosen berusia 42 tahun, mitra tutur 1 merupakan mahasiswa perempuan berusia 21 tahun, dan mitra
tutur 2 merupakan mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Penutur meminta mitra tutur 1 untuk menemui dosen pembimbing dua agar penutur dapat segera
memberikan tanda tangan sehingga mitra tutur 1 dapat melanjutkan mengerjakan bab selanjutnya. Mitra tutur sangat berharap bahwa dosen pembimbing dua tidak
mempersulitnya. Penutur memberikan dukungan dengan lelucon agar mitra tutur 1 tidak terlalu terbebani dengan skripsinya.
Maksud dari tuturan di atas adalah mitra tutur tidak benar-benar memberi tanggapan mengejek, namun mitra tutur juga merasa tidak percaya dengan
pernyataan penutur yang akan membantunya. Mitra tutur merasa penutur juga sering mempersulitnya dalam mengerjakan skripsi. Tanggapan tersebut dituturkan
mitra tutur dalam keadaan sedang bergurau dengan penutur. Maka mitra tutur berani memberikan tanggapan seperti itu.
Tuturan B15
P : Apakah antara sup dan gulai itu dicampur?
MT : Enggak. Dipisah, Pak.
P : Nah
MT : Tapi kalau di daftar menunya itu mereka nulisnya sogul, Pak.
P : Oh..
MT : Nulisnya langsung sogul ini harganya ini. Jadi pesan 1 porsi sogul.
P : Saya belum pernah sih.
MT : Iya Pak, itu yang paling dekat di ini lho Pak, ehmm…
P : Nek ada gulainya saya ndak makan, mungkin supnya bisa saya makan.
MT : Oh, iya ya, Pak, ada santannya ya?
Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur meminta penjelasan kepada mitra tutur tentang data penelitian
yang didapatnya.
Tuturan B15 ini, penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah seorang mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Penutur
meminta penjelasan kepada mitra tutur tentang data penelitian yang didapatnya. Penutur tidak yakin dengan data yang didapat oleh mitra tutur. Namun mitra tutur
mempunyai penjelasan yang kuat tentang data penelitian yang didapatnya. Maksud dari tuturan tersebut adalah penutur tidak benar-benar paham
dengan penjelasan dari mitra tutur. Penutur memberikan tanggapan baik agar mitra tutur merasa dihargai penjelasannya karena penutur merasa jelas. Meskipun
sebenarnya penutur belum pernah menemukan rumah makan yang menyediakan menu seperti yang dituturkan oleh mitra tutur.
Tuturan B16
P : Apakah antara sup dan gulai itu dicampur?
MT : Enggak. Dipisah, Pak.
P : Nah
Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur meminta penjelasan kepada mitra tutur tentang data penelitian
yang didapatnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dalam tuturan B16 di atas, penutur adalah seorang dosen laki-laki 42 tahun dan mitra tutur adalah seorang mahasiswa perempuan berusia 22 tahun.
Penutur meminta penjelasan kepada mitra tutur tentang data penelitian yang didapatnya. Penutur merasa bahwa data penelitian yang didapat mitra tutur tidak
sesuai dengan kenyataan yang ada. Penutur merasa benar dengan pendapat yang dikemukakannya karena ia belum pernah melihat nama hidangan pendamping nasi
seperti yang dipaparkan oleh mitra tutur dalam skripsinya. Maksud dari tuturan tersebut adalah penutur meminta perhatian dari mitra
tutur agar mendengarkan penjelasannya. Selain itu, penutur juga merasa bahwa pendapatnya benar karena mitra tutur juga setuju dengan pendapat dari penutur.
Namun ternyata mitra tutur memiliki penjelasan lain mengapa mitra tutur menuliskan data penelitian seperti itu. Penutur tidak membenarkan ataupun
menyalahkan data yang didapat mitra tutur. Penutur hanya ingin meminta penjelasan karena ia belum pernah menemukan hidangan pendamping nasi seperti
yang dipaparkan oleh mitra tutur.
C. Maksud Tuturan Fatis Kategori Menolak
Tuturan fatis menolak reject yaitu fungsi tuturan untuk menolak melanggar basa-basi dari mitra tutur. Jadi bentuk tuturan fatis menolak yang dituturkan oleh
seseorang bermaksud melanggar atau bahkan menyangkal tuturan dari orang lain. Berikut ini merupakan maksud tuturan fatis menolak yang diucapkan oleh dosen
dan mahasiswa program studi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Tuturan C1
P : Ini saya kembalikan, bab 3 dilupakan dulu jangan masuk bab 3.
MT : Bab 3 yang ini itu sama dengan yang kemarin Pak.
P : Iya tetapi saya tidak mau. Kamu fokus dulu ke yang ini
MT : Iya pak, kan cuma contoh Pak
Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur meminta supaya mitra tutur fokus dulu ke satu hal agar
konsentrasinya tidak terpecah dengan hal-hal yang lain.
Tuturan C1 di atas, Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Tuturan tersebut
terjadi dalam suasana tegang karena terjadi perdebatan antara penutur dan mitra tutur. Penutur meminta mitra tutur agar fokus dulu mengerjakan bab 2 karena
masih banyak kesalahan yang dibuat dalam bab 2. Mitra tutur meminta agar penutur menerima bab 3 yang sudah dibawanya, namun ditolak oleh penutur.
Maksud tuturan di atas adalah penutur menolak pendapat dari mitra tutur. Hal itu dituturkan dengan nada tegas agar mitra tutur mau mendengarkan penutur.
Penutur tidak benar-benar marah dengan mitra tutur namun ia hanya ingin agar mitra tutur dapat fokus ke satu hal dulu untuk diperbaiki. Penutur tidak ingin
fokus mitra tutur terpecah-pecah sehingga apa yang dikerjakannya tidak sesuai dengan yang dijelaskan penutur.
Tuturan C2
P : Apakah antara sup dan gulai itu dicampur? MT : Enggak, dipisah Pak.
P : Nah MT : Tapi kalau di daftar menunya itu mereka nulisnya sogul tuh Pak.
P : Oh.. MT : Nulisnya langsung sogul ini harganya ini. Jadi pesan 1 porsi sogul.
P : Saya belum pernah sih. MT : Iya Pak, itu yang paling dekat di ini lho Pak, ehmm…
P : Nek ada gulainya saya ndak makan, mungkin supnya bisa saya makan. MT : Oh iya ya Pak, ada santannya ya?
Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur meminta penjelasan kepada mitra tutur tentang data penelitian
yang didapatnya.
Dalam tuturan C2 tersebut, penutur merupakan seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur merupakan seorang mahasiswa perempuan berusia 22
tahun. Penutur meminta penjelasan kepada mitra tutur tentang data penelitian yang didapatnya. Penutur ragu dengan data yang diperoleh mitra tutur. Mitra tutur
berusaha menjelaskan bahwa data yang didapatnya sudah sesuai dengan yang ada di lapangan, namun penutur masih belum yakin dengan penjelasan dari mitra
tutur. Maksud dari tuturan tersebut adalah mitra tutur tidak setuju dengan pendapat
dari penutur. Mitra tutur berusaha menjelaskan kepada penutur tentang data yang didapatnya tersebut. Mitra tutur menggunakan tuturan basa-basi tersebut agar
penutur tidak langsung tersinggung dengan pernyataan dari mitra tutur.
Tuturan C7
P : Apakah antara sup dan gulai itu dicampur? MT : Enggak, dipisah Pak.
P : Nah MT : Tapi kalau di daftar menunya itu mereka nulisnya sogul Pak.
P : Oh.. MT : Nulisnya langsung sogul ini harganya ini. Jadi pesan 1 porsi sogul.
P : Saya belum pernah sih. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MT : Iya Pak, itu yang paling dekat di ini lho Pak, ehmm… P : Nek ada gulainya saya ndak makan, mungkin supnya bisa saya makan.
MT : Oh iya ya Pak, ada santannya ya?
Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur meminta penjelasan mitra tutur tentang data penelitian yang
didapatnya.
Dalam tuturan C7 tersebut, penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Penutur
menolak ajakan mitra tutur untuk mengunjungi salah satu rumah makan karena penutur tidak dapat mengkonsumsi makanan yang disajikan di rumah makan
tersebut. Penutur menolak dengan halus agar mitra tutur tidak tersinggung. Mitra tutur memaklumi hal itu karena ia tahu tentang penyakit yang diderita penutur.
Maksud dari tuturan tersebut adalah penutur menggunakan tuturan basa-basi agar mitra tutur tidak tersinggung karena penutur menolak ajakan dari mitra tutur.
Penutur memberikan alasan dia tidak dapat mengkonsumsi makanan yang disajikan di rumah makan tersebut agar penolakannya terdengar lebih sopan
dengan alasan yang sudah diketahui oleh mitra tutur. Penutur sebenarnya hanya ingin mengetahui apakah data penelitian yang didapat mitra tutur sudah sesuai
atau belum. Penutur tidak benar-benar menanggapi ajakan dari mitra tutur tersebut, maka ia menolak ajakan tersebut.
D. Maksud Tuturan Fatis Kategori Mengundang
Tuturan fatis mengundang bid yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan harapan baik, ketika sesuatu yang berhubungan dengan masa depan seseorang
akan terjadi. Berdasarkan definisi tersebut, tuturan fatis mengundang yang dituturkan oleh seseorang memiliki maksud menawarkan, mengajak atau bahkan
mempengaruhi orang lain untuk mengungkapkan hal baik yang diharapkannya. Berikut ini merupakan maksud tuturan fatis mengundang yang diucapkan oleh
dosen dan mahasiswa program studi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Tuturan D1
P : Selamat sore, Pak.
MT : Selamat sore, gimana kabarnya? Saudara Silvi, sebentar agak ke sini
ya karena itu urusan lain jadi agak ke sini. Ini nanti saya hanya ingin tahu Saudara itu dari membaca ini, saya rasa kamu belum menguasai permasalahan ya?
Atau mungkin cara membahasakannya yang belum tepat, kok pake kata wujud itu lho maksudnya apa?
P
: Bentuknya itu Pak. Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB
Konteks: Penutur adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Mitra tutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur memberi salam kepada mitra tutur karena akan bimbingan skripsi.
Tuturan D1 di atas, penutur adalah seorang mahasiswa perempuan berusia 21 tahun dan mitra tutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun. Mitra tutur
menanyakan tentang skripsi yang dikerjakan oleh penutur. Penutur merasa mitra tutur belum paham dengan masalah yang dibahas dalam skripsinya. Penutur
berusaha untuk menjelaskan kepada mitra tutur bahwa masalah yang akan dibahas dalam skripsi itu harus jelas agar tidak menyulitkan peneliti itu sendiri.
Maksud dari tuturan tersebut adalah mitra tutur tidak benar-benar meminta penutur untuk duduk di tempat lain karena di ruangan itu hanya ada 2 kursi saja.
Mitra tutur meminta penutur untuk menempati tempat lain karena mitra tutur takut jika penutur mengganggu pekerjaannya. Meskipun mitra tutur berkata dengan
sopan dan berbasa-basi namun tuturan tersebut mengandung nada perintah. Sehingga mau tidak mau penutur harus menuruti permintaan dari mitra tutur.
Tuturan D3
P : Nanti kamu ketemu saya hari Jumat ya? Karena saya masih punya
PR. MT
: Iya, Pak. Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB
Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur membuat janji bimbingan skripsi dengan mitra tutur.
Dalam tuturan D3 tersebut, penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah seorang mahasiswa perempuan berusia 22 tahun.
Penutur membuat janji bimbingan skripsi dengan mitra tutur. Penutur ingin agar mitra tutur segera merevisi pekerjaannya sehingga skripsi yang dikerjakannya
cepat selesai. Penutur berharap agar mitra tutur rajin merevisi skripsinya dan rajin bimbingan agar jika ada kesalahan dapat langsung diperbaiki.
Maksud dari tuturan tersebut adalah penutur memiliki harapan baik bagi mitra tutur agar ia segera menyelesaikan skripsinya. Penutur sangat berharap jika
mitra tutur dapat rajin merevisi dan datang bimbingan dengan rajin. Penutur tidak hanya sekedar membuat janji bimbingan, namun ada maksud baik ketika janji
bimbingan itu ditepati. Meskipun penutur sangat sibuk, ia berharap agar mitra tutur dapat menghargai ketika ia sudah mau meluangkan waktunya untuk
bimbingan skripsi dengan mitra tutur.
Tuturan D4
P : Permisi, Pak. MT: Oh iya, mari silahkan duduk dulu. Hari ini kalian mau mengumpulkan?
P : Bab 2, Pak. MT: Bab 2 yang direvisi ya?
P : Iya.
Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB Konteks: Penutur adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Mitra tutur
adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Mitra tutur mempersilahkan penutur masuk ke ruangan dan memulai
bimbingan skripsi pada hari itu.
Tuturan D4 di atas, penutur adalah seorang mahasiswa perempuan berusia 22 tahun dan mitra tutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun. Mitra
tutur menerima sapaan dari penutur dan mempersilahkannya untuk duduk. Hal itu dilakukan mitra tutur untuk menjaga kesopanan dan hubungan baik dengan
penutur. Mitra tutur menghadirkan suasana santai agar penutur tidak merasa terbebani ketika bimbingan skripsi berlangsung.
Maksud dari tuturan tersebut adalah mitra tutur tidak benar-benar meminta penutur untuk duduk, ia hanya bersopan santun agar penutur nyaman ketika
bimbingan skripsi berlangsung. Mitra tutur memberikan suasana nyaman dan santai agar penutur tidak tegang ketika bimbingan. Mitra tutur mempersilahkan
penutur untuk duduk dimaksudkan juga agar bimbingan segera dimulai karena masih ada beberapa mahasiswa lain yang akan bimbingan juga.
Tuturan D5
P : Terus kalo sudah, laki-laki di luar itu disuruh masuk.
MT : Iya, Pak. Terus saya ke sini hari?
P : Nanti kamu ke sini terus sudah Pak, gitu.
MT : Oh, iya, Pak, hahaha sudah Pak.
Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB Konteks: Penutur adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Mitra tutur
adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur meminta mitra tutur untuk memanggil mahasiswa lain yang sudah
menunggu untuk bimbingan skripsi.
Tuturan D5 tersebut, penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun sedangkan mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berusia 22 tahun.
Penutur meminta mitra tutur untuk memanggil mahasiswa lain yang sudah menunggu di luar. Penutur mencoba mencairkan suasana agar mitra tutur tidak
terbebani setelah bimbingan berakhir karena ada banyak hal yang harus diperbaiki oleh mitra tutur.
Maksud dari tuturan tersebut adalah penutur tidak benar-benar meminta mitra tutur untuk datang lagi ke ruangannya setelah memanggil mahasiswa lain
yang ada di luar. Hal itu dilakukan penutur untuk memecah kesunyian dan menjaga hubungan baik dengan mitra tutur. Penutur tidak meminta mitra tutur
untuk melakukan apa yang dikatakannya karena mereka sudah membuat janji sebelumnya. Mitra tutur hanya memastikan janji mereka agar tidak terjadi
kesalahpahaman antara dirinya dengan penutur. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Maksud Tuturan Fatis Kategori Selamat
Tuturan fatis selamat congratulate yaitu fungsi tuturan mengekspresikan kegembiraan karena adanya kabar baik tentang orang lain. Jadi tuturan fatis
selamat yang diucapkan oleh seseorang memiliki maksud mengekspresikan rasa gembiranya atau bahkan menunjukkan kepeduliannya atas prestasi dan
kebahagiaan dari orang lain. Berikut ini merupakan maksud tuturan fatis selamat yang diucapkan oleh dosen dan mahasiswa program studi Sastra Indonesia
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Tuturan E1
P : Nilai TKBI saya udah keluar lho, Pak
MT : Oh ya? Dapat berapa?
P : A-
MT : Asikkk Selamat ya
P : Kalau nilai segitu boleh toh, Pak?
MT : Boleh lah… Bagus malahan itu
Jumat, 26 Februari 2016 pukul 10.07-10.55 WIB Konteks: Penutur adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Mitra tutur
adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur memberitahukan kepada mitra tutur tentang hasil tes TKBI.
Tuturan E1 di atas, penutur adalah mahasiswa perempuan berusia 22 tahun dan mitra tutur adalah dosen laki-laki berusia 42 tahun. Penutur memberitahukan
kepada mitra tutur tentang hasil tesnya. Penutur juga menanyakan apakah dengan nilai itu sudah memenuhi syarat untuk ujian atau belum. Mitra tutur merasa
senang karena penutur dapat memperoleh hasil yang memuaskan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Maksud dari tuturan tersebut adalah mitra tutur merasa bangga dan senang karena penutur memperoleh hasil yang memuaskan dalam tesnya. Mitra tutur juga
berharap agar penutur tidak cepat puas dengan hasil yang didapat namun ia juga harus rajin agar dapat berguna baginya nanti. Mitra tutur juga berharap agar mitra
tutur juga segera menyelesaikan skripsinya dan memperoleh hasil yang memuaskan juga.
F. Maksud Tuturan Fatis Kategori Salam
Tuturan fatis salam great yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan rasa senang karena bertemu seseorang. Jadi tuturan fatis salam yang dituturkan oleh seseorang
memiliki maksud mengekspresikan atau menunjukkan kegembiraannya karena bertemu dengan orang lain. Secara tidak langsung, tuturan fatis salam yang
dituturkan oleh seseorang juga memiliki maksud mempengaruhi lawan bicaranya agar memiliki rasa gembira pula. Berikut ini merupakan tuturan fatis salam yang
diucapkan oleh dosen dan mahasiswa program studi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Tuturan F1
P : Halo, selamat pagi, Wil.
MT : Pagi, Pak. P
: Kamu bawa ini to? Bawa yang … MT : Yang revisi, Pak.
Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa laki-laki berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur menyambut kedatangan mitra tutur yang akan bimbingan skripsi
hari itu. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dalam tuturan F1 tersebut, penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah mahasiswa laki-laki berusia 21 tahun. Penutur
menyambut mitra tutur yag akan bimbingan skripsi. Penutur memberikan salam terlebih dahulu agar mitra tutur merasa dihargai dan diterima kehadirannya oleh
penutur. Maksud dari tuturan tersebut adalah penutur ingin agar suasana bimbingan
tidak terlalu tegang dan lebih santai karena penutur akan menyampaikan beberapa hal yang perlu diperbaiki oleh mitra tutur. Penutur memberikan salam terlebih
dahulu kepada mitra tutur agar ia merasa dihargai oleh penutur. Kehadiaran mitra tutur juga sudah ditunggu karena ia sudah lama tidak bimbingan skripsi. Penutur
berharap agar mitra tutur merasa kehadirannya diterima dan dihargai olehnya.
G. Maksud Tuturan Fatis Kategori Terima Kasih
Tuturan fatis terima kasih thanks yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan terima kasih karena mendapat bantuan. Jadi tuturan fatis terima kasih yang
dituturkan oleh seseorang memiliki maksud membalas budi atas bantuan “nyata” yang sudah diberikan oleh orang lain. Berikut ini merupakan maksud tuturan fatis
terima kasih yang diucapkan oleh dosen dan mahasiswa program studi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Tuturan G1 P : Ihh untuk saya? Makasih ya
MT : Kalo bapak nggak ada, di tempat mbak Ros? P : Ha’a.
MT : Makasih ya, Pak. Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB
Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur melihat mitra tutur membawa sesuatu yang dikiranya akan diberikan kepadanya.
Tuturan G1 di atas merupakan tuturan basa-basi dengan bentuk tuturan “Ihh untuk saya? Makasih ya” yang dituturkan oleh penutur. Penutur adalah seorang
dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Penutur melihat bahwa mitra tutur membawa sesuatu yang
dikiranya akan diberikan kepadanya. Penutur hanya sekedar mengkonfirmasi tanpa menunggu jawaban dari mitra tutur dan langsung mengucapkan terima kasih
kepada mitra tutur. Mitra tutur hanya diam saja dan langsung mengalihkan pembicaraan ke hal lain.
Maksud dari tuturan tersebut adalah penutur tidak benar-benar menginginkan sesuatu yang dibawa oleh mitra tutur. Penutur melakukan hal itu untuk memecah
kesunyian dan menjaga hubungan baik dengan mitra tutur. Penutur sering melakukan hal itu agar ia dapat menjalin hubungan baik dan menjalin keakraban
dengan mahasiswanya.
Tuturan G2
P : Ya sudah nanti saya baca. Tandatangan belum? Halah, belum diisi? Tanda
tangan aja. Aduh, merah nggak papa ya? Wes, saya juga ditunggu ini nanti. Hari Jumat nanti saya tunggu sudah jadi nanti bab 2 dengan perubahan-perubahan.
Saya sudah tidak akan anu lagi. Jumat itu saya ada rapat, nanti saya sms lah.
MT : Makasih ya, Pak.
Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
santai. Penutur menutup sesi bimbingan hari itu karena penutur harus segera pergi rapat.
Tuturan G2 “Makasih ya, Pak” merupakan tuturan basa-basi yang dituturkan
oleh mitra tutur. Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Tuturan tersebut
terjadi dalam suasana tergesa-gesa karena penutur harus segera pergi rapat. Mitra tutur yang mengetahui bahwa kehadirannya hanya akan mengganggu penutur
mengambil inisiatif untuk mengakhiri bimbingan pada hari itu dan segera meninggalkan ruangan.
Maksud dari tuturan tersebut adalah mitra tutur sadar diri bahwa kehadirannya hanya akan mengganggu penutur. Oleh karena itu, mitra tutur segera
mengucapkan terima kasih dan meninggalkan ruangan penutur. Mitra tutur berbasa-basi mengucapkan terima kasih agar penutur merasa dihargai olehnya.
Mitra tutur berbasa-basi demikian karena penutur mau meluangkan waktunya sebentar untuk bertemu dengan mitra tutur.
4.3 Pembahasan
Pada bagian ini, peneliti akan membahas hasil analisis data yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Analisis data menguraikan wujud dan
maksud tuturan fatis yang diperoleh dari proses konsultasi skripsi yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa. Data yang telah dianalisis masih perlu dibahas, agar
kita mengetahui jenis tuturan fatis yang baru dan penanda fatis yang baru pula. Selain itu, pembahasan juga dapat menunjukkan perbandingan setiap jenis tuturan
fatis yang telah diperoleh dari analisis data, agar kita mengetahui perbedaan setiap jenisnya beserta alasan yang mendasari munculnya perbedaan itu dengan
menggunakan teori para ahli. Berikut ini dijelaskan secara rinci mengenai hasil analisis data.
A. Wujud Tuturan Fatis Tuturan fatis digunakan dalam suasana ramah tamah dan dalam ikatan
personal antar peserta komunikasi. Situasi tersebut diciptakan dengan pertukaran kata-kata dalam pembicaraan ringan yang disertai dengan perasaan tertentu untuk
membentuk hidup bersama yang menyenangkan Arimi, 1998. Arimi 1998 membagi tuturan fatis yang dipakai dalam masyarakat bahasa Indonesia
berdasarkan daya tuturannya yang digolongkan ata dua jenis, yaitu basa-basi murni dan basa-basi polar. Basa-basi murni adalah ungkapan-ungkapan yang
dipakai secara otomatis sesuati dengan peristiwa tutur yang muncul, maksudnya apa yang diucapkan oleh penutur selaras dengan kenyataan. basa-basi polar adalah
tuturan yang berlawanan dengan realitasnya, dimana orang harus memilih tuturan yang tidak sebenarnya untuk menunjukkan hal yang lebih sopan.
Salah satu contoh basa-basi murni dalam penelitian ini yaitu:
Tuturan F1
P : Halo, selamat pagi, Wil.
MT : Pagi, Pak. P
: Kamu bawa ini to? Bawa yang … MT : Yang revisi, Pak.
Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa laki-laki berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur menyambut kedatangan mitra tutur yang akan bimbingan skripsi hari itu.
Tuturan fatis tersebut termasuk basa-basi murni karena digunakan untuk menyapa orang lain. Penutur menyambut kedatangan mitra tutur yang akan bimbingan
skripsi. Tuturan yang dipakai adalah selamat pagi. Ungkapan selamat pagi dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul yang menandai realitas
pagi hari. Berbeda dengan jenis basa-basi murni, dalam basa-basi polar orang harus
memilih tuturan yang tidak sebenarnya untuk menunjukkan hal yang lebih sopan. Berikut ini salah satu contoh jenis basa-basi polar yang ditemukan peneliti.
Tuturan A1
P : Hem, belum ada contohnya maksudmu? MT : Iya pak, belum ada contohnya maksudnya.
P : Kok bisa? MT : Karena di datanya kemarin belum ada pak. Jadi saya masih itu pak.
P : Ya mungkin tidak ada, jangan dipaksakan kalo tidak ada. jadi nggak pusing. MT : Iya pak.
P : Jadi batasnya adalah, cara berpikirnya begini sumber data kan tiga itu, kalau di situ nggak ada ya jangan dicari. Lalu kemudian kalau mungkin di situ ada,
tetapi kamu tidak mendapat, ya sudah, itu artinya keterbatasan pemahaman si peneliti, mohon maaf.
Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur menjelaskan kepada mitra tutur tentang bagaimana menganalisis
suatu topik skripsi. Penutur merasa sungkan dengan apa yang dikatakannya kepada mitra tutur meskipun itu adalah kenyataan yang sebenarnya.
Tuturan permintaan maaf dari penutur tidak benar-benar ditujukan sebagai permohonan maaf kepada mitra tutur karena penutur memang tidak melakukan
kesalahan apa pun. Permohonan maaf yang dituturkan tersebut digunakan sebagai media agar mitra tutur tidak tersinggung dengan pernyataan dari penutur.
Peneliti juga menemukan satu lagi wujud tuturan fatis dalam penelitian ini. Wujud tersebut adalah fatis murni. Fatis murni memiliki tuturan yang hanya
menggunakan bentuk fatis saja. Selain itu, peneliti mengaitkan teori dari Malinowski dalam tesis Waridin 2008: 13 yang mendefinisikan istilah phatic
communion komunikasi fatis sebagai “a type of speech in which ties of union are created by a mere exchange of word” dengan tuturan fatis yang diperoleh dari
proses konsultasi skripsi yang belum tentu merupakan tuturan basa-basi. Peneliti menempatkan teori itu pada posisi yang netral, sebagaimana istilah fatis itu sendiri
yang ternyata di dalam skripsi ini mencangkup tuturan fatis murni, tidak hanya tuturan basa-basi. Tuturan fatis saat ini tidak selalu identik dengan basa-basi.
Dalam skripsi ini, peneliti mengamati tuturan konsultasi skripsi yang walaupun sebagian bukanlah tuturan basa-basi, namun tuturan fatis murni tersebut masih
memiliki karakteristik seperti tuturan basa-basi yang selama ini dikenal sebagai satu-satunya bentuk tuturan yang mengandung unsur fatis. Tuturan fatis murni
merupakan tuturan yang memiliki unsur fatis dan cenderung berfungsi untuk menyampaikan pesan, namun masih memiliki fungsi sosial seperti dalam tuturan
basa-basi, walaupun tuturan fatis murni bukanlah basa-basi. Berikut ini salah satu contoh wujud fatis murni dalam penelitian ini.
Tuturan B14
MT2 : Metodenya nggak dilihat?
MT1 : Ya Tuhan, semoga nggak dilihat ya Tuhan.
P : Semoga jangan sampai dilihat.
MT1 : Ya Tuhan..
P : Aku menandatangani hal yang salah tapi daripada nanti nggak selesai-
selesai. Hahahaha… MT1
: Iyuhhh..
Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB Konteks: Penutur adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Mitra tutur
adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur meminta mitra tutur 1 untuk menemui dosen pembimbing 2 agar
melihat bab 3 yang sudah dibuat agar skripsinya dapat segera selesai.
Tuturan iyuhhh tersebut tidak memiliki arti apa pun secara leksikal, namun tuturan tersebut memiliki maksud tertentu. Tuturan fatis murni itu digunakan sebagai
ungkapan menerima tanggapan dari penutur namun ada rasa tidak percaya dari mitra tutur tersebut. Wujud fatis murni digunakan terkadang karena tidak ada kata
atau kalimat yang dapat mengungkapkan perasaan dari seseorang. Mitra tutur menyampaikan hal itu agar penutur menangkap maksud dari mitra tutur.
B. Maksud Tuturan Fatis Setiap orang yang bertutur pasti memiliki maksud yang ingin disampaikannya.
Maksud tersebut adalah milik si penutur, bukan tuturannya. Tuturan hanya sebagai media bagi penutur untuk menyampaikan maksud tersebut. Dalam
penelitian ini, peneliti menemukan berbagai macam maksud yang dituturkan baik oleh penutur maupun mitra tutur. Maksud itu disampaikan secara tidak langsung,
maksudnya adalah pembicara tidak secara langsung mengungkapkan maksudnya kawan bicaranya. Hal itu dilakukan tidak semata-mata hanya untuk menjaga