23
merupakan aktiva produktif bank yang beresiko. Untuk menilai kualitas asset bank maka digunakan rasio Non Performing Loan NPL.
3. Aspek Pendapatan Earning Aspek ini digunakan untuk menilai kemampuan bank dalam memperoleh
pendapatan, meningkatkan laba dan mengukur tingkat efisiensi usaha. Dalam hal ini rasio yang digunakan adalah Return on Asset ROA dan
Net Intererst Margin NIM. 4. Aspek Likuiditas
Aspek ini digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank yang dialami, karena likuiditas perbankan merupakan hal yang sangat mempengaruhi
tingkat kepercayaan nasabah. Dalam hal ini rasio yang digunakan adalah Loan to Deposit Ratio LDR.
D. Non Performing Loan NPL
Pada dasarnya pengertian kredit menurut UU No.10 Tahun 1998 tentang perbankan pasal 1 angka 11, ad
alah “penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga”. Setiap kredit yang diberikan pasti mengandung
risiko dan kemungkinan terjadi masalah kredit seperti tidak lancarnya pembayaran kembali, kredit macet, dan hal ini sering disebut sebagai kredit
24
bermasalah atau Non Performing Loan NPL. Menurut kamus istilah keuangan yang bersumber dari Bank Indonesia, Bapepam, Bappeti, Badan
Pusat Statistik, Dewan Asuransi Indonesia, Non Performing Loan adalah “Kredit- kredit yang tergolong non lancar dengan likuiditas kurang lancar,
diragukan atau macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang Kualitas Aktiva Produktif
”. Menurut Ismaail 2010, Non Performing Loan merupakan kredit yang menunggak melebihi 90 hari. NPL dibagi menjadi tiga yaitu:
kredit kurang lancar, kredit diragukan, kredit macet. Kredit kurang lancar terjadi bila debitur tidak dapat membayar angsuran pinjaman pokok dan atau
bunga antara 91 hari sampai dengan 180 hari. Kredit diragukan terjadi dalam hal debitur tidak dapat membayar angsuran pinjaman pokok dan atau
pembayaran bunga antara 181 hari sampai dengan 270 hari. Sedangkan kredit macet terjadi bila debitur tidak mampu membayar berturut- turut setelah 270
hari. Semakin tinggi tingkat NPL menyebabkan terganggunya penyaluran kredit kepada nasabah, artinya kesempatan untuk mendapatkan keuntungan
yang maksimal juga akan tersendat. Semakin banyaknya jumlah kredit bermasalah maka akan juga mempengaruhi tingkat permodalan perbankan
yang semakin menurun akibat modal yang dikeluarkan dalam memberikan kredit tidak dapat dibayarkan kembali. Modal perbankan akan semakin
menurun jika kredit bermasalah dibiarkan semakin meningkat. Berdasarkan peraturan BI Nomor 133PBI2011 tentang penetapan status dan tindak lanjut
25
pengawasan bank menetapkan batas tingkat NPL yang baik harus berada dibawah 5. Rumus untuk mengukur rasio NPL adalah sebagai berikut :
NPL = x 100
Menurut Ismaail 2010 ada berbagai faktor penyebab kredit bermasalah diantaranya :
Faktor intern : 1. Analisis yang dilakukan oleh pejabat bank kurang tepat.
2. Adanya kolusi antara pejabat bank yang menangani kredit dengan nasabah.
3. Keterbatasan pengetahuan pejabat bank terhadap jenis usaha debitur, 4. Campur tangan terlalu besar dari pihak terkait
5. Kelemahan dalam melakukan pembinaaan dan monitoring kredit. Faktor ekstern bank
1. Debitur dengan sengaja tidak melakukan pembayaran angsuran kepada bank, karena nasabah tidak memiliki kemauan dalam memenuhi
kewajibannya. 2. Debitur melakukan ekspansi terlalu besar, sehingga dana yang
dibutuhkan terlalu besar. 3. Penyelewengan yang dilakukan nasabah dengan menggunakan dana
kredit tersebut tidak sesuai dengan tujuan penggunaan.’
26
4. Adanya unsur ketidak sengajaan, misalnya bencana alam, ketidak stabilan perekonomian negara sehingga inflasi tinggi.
Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya, yang dilakukan antara lain melalui:
penurunan suku bunga kredit, pengurangan tunggakan bunga kredit, pengurangan tunggakan pokok kredit, perpanjangan jangka waktu kredit,
penambahan fasilitas kredit, pengambilalihan aset debitur sesuai dengan ketentuan yang berlaku, konversi melalui penyertaan modal sementara pada
perusahaan debitur.
E. Capital Adeequacy Ratio CAR
Berbicara mengenai masalah kecukupan modal, bank dalam menjalankan usahanya tidak terlepas dari modal yang dimilikinya. Modal merupakan salah
satu faktor yang penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian. Yang dimaksud dengan modal bank adalah
modal inti dan modal pelengkap dengan rincian sebagai berikut : 1. Modal Inti
a. Modal Disetor, yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya. Misalnya bank yang berbentuk koperasi, modal
disetor terdiri atas simpanan pokok, simpanan wajib, dan modal penyertaan.
27
b. Agio Saham, yaitu selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank sebagai akibat harga saham yang melebihi nilai nominalnya.
c. Modal Sumbangan, adalah modal yang diperoleh kembali dari sumbangan saham, termasuk selisih antara nilai tercatat dan harga
jual apabila saham tersebut dijual. d. Cadangan Umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan
laba yang ditahan atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak, dan mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat
anggota sesuai dengan ketentuan pendirian atau anggaran dasar masing- masing bank.
e. Cadangan Tujuan, yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan
rapat umum pemegang saham atau rapat anggota. f. Laba Ditahan, yaitu saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang
oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan.
g. Laba Tahun Lalu, yaitu seluruh laba bersih tahun- tahun yang lalu setelah
diperhitungkan pajak,
dan belum
ditetapkan penggunaannya oleh rapat umum pemegang saham atau rapat
anggota. Dalam hal bank mempunyai saldo rugi tahun- tahun lalu, maka seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari
modal inti.