Non Performing Loan NPL
28
h. Laba Tahun Berjalan, yaitu laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi taksiran utang pajak. Jumlah laba tahun
buku berjalan tersebut yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50. Dalam hal pada tahun buku berjalan bank
mengalami kerugian, maka seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.
2. Modal Pelengkap a. Cadangan revaluasi aktiva tetap.
Yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan dari Direktorat
Jendral Pajak. b. Penyisihan penghapusan aktiva produktif.
Dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan, dengan madsud untuk menampung kerugian yang mungkin timbul
sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktifnya.
c. Modal pinjaman. Yaitu hutang yang didukung oleh instrumen atau warkat yang
memiliki sifat-sifat seperti modal dan mempunyai ciri-ciri tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan, tidak dapat ditarik atau
dilunasi atas inisiatif pemilik tanpa persetujuan BI, Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jumlah kerugian
29
bank melebihi laba ditahan dan cadangan-cadangan yang termasuk modal inti, meskipun belum dilikuidasi, dan pembayaran bunga
dapat ditangguhkan apabila bank dalam keadaan rugi atau labanya tidak mendukung untuk membayar bunga tersebut.
d. Pinjaman subordinasi. Yaitu pinjaman yang memenuhi syarat-syarat ada perjanjian
tertulis, mendapat persetujuan Bank Indonesia dan tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah disetor penuh dengan
minimal jangka waktu 5 tahun. Kecukupan modal tersebut menjadi faktor yang sangat penting dalam
menjalankan usaha dan sangat berpengaruh terhadap usaha pengembangan dari perbankan itu sendiri serta juga diharapkan bisa mengatasi segala resiko
kerugian yang menjadi ancaman didalam dunia perbankan. Tingkat kecukupan modal tersebut digambarkan dengan istilah Capital Adequacy
Ratio CAR. Menurut Arifin 2004, Capital Adequacy Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan atau kecukupan modal yang dimiliki bank
untuk menutup kemungkinan kerugian dalam aktivitas perkreditan dan perdagangan surat berharga. Leon dan Ericson 2007 didalam bukunya
yaitu manajemen aktiva pasiva bank non devisa menyebutkan, ”Bank
Indonesia dalam ketentuan Paket 29 Mei 1993 menentukan modal minimum bank mengikuti standar bank for international settlement BIS adalah
sebesar 8 dari aktiva tertimbang menurut risiko ATMR. ”
30
Masalah kecukupan modal menjadi suatu hal yang perlu diperhatikan di dalam dunia perbankan. Kecukupan modal minimum menjadi syarat yang
harus dipenuhi oleh setiap usaha perbankan. Dengan melihat pengalaman masa lalu dimana terjadi krisis perbankan yang muncul di Indonesia
sehingga menyebabkan penurunan permodalan bank yang cukup besar, maka untuk mengatasi hal itu pemerintah dan Bank Indonesia telah melakukan
berbagai langkah agar kondisi permodalan bank sesuai dengan standar internasional seperti pemberian kebijakan maupun dengan mengeluarkan
peraturan Bank Indonesia. Capital Adequacy Ratio CAR adalah rasio kecukupan modal yang
berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh bank. Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank tersebut
untuk menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut mampu membiayai
kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas
. Rasio CAR menunjukan kecukupan modal yang telah ditetapkan
lembaga pengatur yang khusus berlaku bagi industri-industri yang berada dibawah pengawasan pemerintah misalnya Bank dan Asuransi. Rasio ini
dimaksudkan untuk menilai keamanan dan kesehatan perusahaan dari sisi modal pemiliknya Harahap, 2007:307.
31
CAR = x 100