4.1.2 Uji Reliabilitas. 4.2 Uji Normalitas. 4.3 Uji Asumsi Klasik.

42

3. 4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis.

3. 4.1. Uji Kualitas.

3. 4.1.1 Uji Validitas.

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana alat pengukur itu kuesioner mengukur apa saja yang diinginkan. Valid atau tidaknya alat ukur tersebut dapat diuji dengan mengkorelasikan antara skor yang diperoleh pada masing-masing butir pertanyaan dengan skor total yang diperoleh dari penjumlahan semua skor pertanyaan. Sebagai kriteria pemilihan item total berdasar korelasi item total, biasanya digunakan batasan r ix hitung 0,30. Semua item yang mencapai koefesien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan Azwar, 2003: 153.

3. 4.1.2 Uji Reliabilitas.

Uji Reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah jawaban yang diberikan responden dapat dipercaya atau dpat diandalkan. Dengan perkataan lain, hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran 2 dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama. Reliabilitas dapat dilihat dari nilai cronbach alpha, dimana instrumen dianggap reliable apabila croncbach alpa diatas atau lebih besar dari 0,60 Ghozali, 2001: 41. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 43

3. 4.2 Uji Normalitas.

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal atau tidak dilakukan dengan alat uji Kolmogorov Smirnov dan Shapiro Wilk. Pedoman dalam mengambil keputusan apakah distribusi data mengikuti distribusi normal jika nilai signifikan lebih besar dari 5 Sumarsono 2004: 40.

3. 4.3 Uji Asumsi Klasik.

Persamaan regresi linier harus bersifat BLUE Best Liniear Unibased Estimator artinya pengambilan keputusan uji F dan uji t tidak boleh bias. Untuk bisa dikatakan alat ukur yang BLUE, maka persamaan regresi harus memenuhi ketiga asumsi klasik sebagai berikut: 1. Tidak boleh terjadi autokorelasi 2. Tidak boleh terjadi multikorelasi 3. Tidak boleh terjadi heteroskedasitisitas Apabila salah satu dari ketiga asumsi tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi BLUE, sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias. Berikut ini uraian singkat mengenai ketiga asumsi tersebut. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 44 3. 4.3.1 Autokorelasi. Uji autokorelasi betujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t 1 sebelumnya, Gujarati 1999: 2001. Sedangkan yang dimaksud dengan autokorelasi yaitu keadaan dimana kesalahan pengguna periode lain. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi Gujarati 1999: 201. Pendeteksian autokorelasi dalam penelitian ini tidak dilakukan karena data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang tidak berdasarkan waktu urut time series. Santoso dalam Widyaningrum 2007. 3. 4.3.2 Multikoleniaritas. Uji multikoleniaritas bertujuan untuk menguji apakah dalam persamaan regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Dasar pengambilan keputusan menurut Santoso dalam Widyaningrum 2007, deteksi tidak adanya gejala Multikolieritas, yaitu:  Mempunyai nilai VIF Variance Inflation Factor 10.  Mempunyai angka tolerance mendekati 1. 3. 4.3.3 Heteroskedasitisitas. Uji Heteroskedasitisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.