antara waktu kerja lembur dengan tingkat kelelahan pekerja, hasil analisis statistik uji chi square diperoleh p value = 0,004 p 0,05. Berdasarkan hasil uji regresi logistik diperoleh variabel
yang berpengaruh sangat signifikan adalah waktu kerja lembur p= 0,009 dan Exp B= 9,455, artinya waktu kerja lembur kemungkinan dapat berpengaruh meningkatkan 9,455 kali terhadap
kelelahan dari pada jenis tugas yang dilakukan pekerja. Seluruh pekerja yang melakukan lembur yaitu pada waktu malam hari dan sebagian
pekerja hingga waktu pagi hari, ini dapat dikaitkan dengan sistem kerja shift yang juga dilaksanakan pada malam hari oleh sektor kerja seperti sektor konstruksi bangunan. Menurut
Setyawati 2010, shift kerja berpengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan kerja dan hal ini berhubungan irama sirkadian Circadian rhythm pada beberapa penelitian mengenai circadian
rhythm, bekerja pada malam hari akan menimbulkan kondisi produktivitas kerja rendah, menimbulkan gangguan kesehatan, gangguan pola tidur, mudah lelah serta gangguan kesehatan
lainya. Menurut Pulat dalam Setyawati 2010, Pengaruh shift kerja malam hari berpengaruh terhadap berkurangnya kapasitas kerja fisik saat bekerja. Terlebih pada shift malam, para pekerja
hanya mendapat libur 1 hari dalam 1 minggu hal ini membuat tidak adanya kesempatan untuk tidur pada malam hari. Sementara itu kualitas tidur pada siang hari tidak akan sebaik pada tidur
malam. Hal ini juga akan diperburuk dengan adanya kegiatan pada siang hari, terutama pada pada pekerja yang telah menikah. Hal ini terlihat pada jawaban responden pada pertanyaan
nomor 15 yang sebagian besar responden shift malam sudah merasa lelah sebelum bekerja. Hasilnya pemulihan kembali kondisi tubuh tidak akan optimal. Jika hal tersebut terakumulasi
hingga waktu yang lama maka akan berpengaruh dengan kelelahan pekerja.
5.4. Pengaruh Jenis Tugas dengan Tingkat Kelelahan Pekerja
Universitas Sumatera Utara
Bedasarkan tabel 4.9. dari 42 pekerja terdapat 11 orang 26,2 dengan kerja sesuai standar yang mengalami lelah dan 9 orang 21,4 mengalami sangat lelah. Sedangkan pada
pekerja yang mengerjakan pekerjaan melebihi standar kerja terdapat 4 orang 9,5 yang mengalami lelah dan 18 42,9 mengalami sangat lelah. Dari hasil uji statistik menunjukkan
ada hubungan yang signifikan antara standar kerja dengan tingkat kelelahan pekerja, hasil analisis statistik uji chi square diperoleh p value = 0,015 p 0,05. Standar kerja yang sudah
ditetapkan merupakan acuan untuk melaksakan urutan kegiatan dalam menyelesaika pekerjaan. Pada pekerja proses struktur proyek pembangunan gedung Telkomsel di Kota Medan ini diawasi
oleh beberapa mandor dan pembagian tugas sesuai dengan instruksinya, namun kadang kala ada perintah yang tidah sesuai dengan prosedur yang sudah direncanakan dengan alasan
mempercepat proses kerja. Menurut Husen 2009, informasi tentang jenis serta deskripsi pekerjaan pada proyek perlu diidentifikasi sedemikian hingga tugas, tanggung jawab dan
wewenang masing-masing pihak dapat dijalankan sesuai rencana, namun sebaliknya jika tidak menjalankan sesuai prosedur atau standar kerja yang telah ditetapkan maka akan berpengaruh
terhadap produktivitas pekerjanya dan tidak sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Dilain hal para pekerja juga memiliki sifat berbeda-beda, adanya solidaritas sesama pekerja membuat
mereka saling membantu dalam proses kerja, hal ini sesuai menurut Setyawati 2010, adanya semangat kerja, etos kerja dalam satu lingkup pekerjaan, membuat semangat kerja yang tinggi
dalam menjalankan tugas. Adanya kesediaan saling tolong menolong antara pekerja sehingga tugas yang seharusnya dilakukan sendiri maka dapat dilakukan secara bersama, adanya tambahan
pekerjaan di luar standar yang sudah ditentukan, atau dengan kata lain menambah beban fisik teman kerjanya sehingga dapat menimbulkan kelelahan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Setyawati 2010, beberapa kondisi penting yang juga perlu diperhatikan di tempat kerja adalah, monotoni pekerjaan, kebosanan di tempat kerja, beban fisik, beban mental
ditempat kerja maupun di luar tempat kerja. Dalam hal ini kaitanya dengan jenis tugas yang dilaksanakan pekerja yaitu sebagian besar melaksanakan aktifitas fisik beban fisik yaitu dari
mulai pembesian, pengerjaan bekisting dan pengecoran yang keseluruhan kegiatanya memakai energi dan menimbulkan kelelahan bagi pekerja. Dalam hal ini pekerja pada bagian pembesian
banyak melakukan aktivitas ataupun beban fisik seperti memotong besi, mengangkat dan merangkai, namun tidak seberat pada proses selanjutnya yaitu proses bekisting dan pengecoran,
dimana pekerja lebih ekstra mengeluarkan tenaga dengan aktifitas fisik seperti memukul, mengangkat, menahan beban yang berat, posisi seperti berdiri dan duduk terlalu lama yang
membuat lebih lelah. Sesuai dengan penelitian setyawati 2010 bahwa beban kerja salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perasaan kelelahan kerja.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN