Pekerjaan Finish dan Plesteran Pekerjaan Pengecatan

dan merapikan permukaan, membuat benda uji, perawatan pengerasan dan mengerjakan perbaikan yang diperlukan Dipohusodo, 1995.

2.5.2. Pekerjaan Struktur Baja

Menurut Dipohusodo 1995, pelaksanaan pekerjaan struktur baja biasanya dikelompokkan menjadi empat bagian penting yaitu: 1. Menyiapkan material dasar. 2. Pekerjaan fabrikasi. 3. Pekerjaan merakit atau memasang dilapangan. 4. Pelaksanaan finish akhir pada pekerjaan pemasangan.

2.5.3. Pekerjaan Pemasangan Batu Bata

Sesuai dengan fungsinya secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yakni pasangan batu keperluan struktural dan fungsi arsitektural. Berfungsi secara struktural seperti penggunaan untuk fondasi, talud penahan tanah, fondasi jalan raya dan sebagainya. Sedangkan fungsi arsitektural biasanya diwujudkan sebagai bentuk hiasan seperti lempengan batu rai tempel veneer, batu palimanan, lapis batu granit dan sebagainya. Kemudian pada teknik pemasangannya dapat dibedakan menjadi dua cara yaitu pasangan batu kosongan dan pasangan menggunakan perekat spesi adukan. Pasangan batu kosongan biasanya digunakan untuk upaya stabilisasi tanah seperti lapis penutup kelandaian permukaan tanah, perkerasan jalan tanah atau pada struktur rip-rap dengan memasangnya dalam bentuk dibronjong dengan kawat Dipohusodo, 1995.

2.5.4. Pekerjaan Finish dan Plesteran

Universitas Sumatera Utara Pekerjaan finish merupakan upaya untuk mempercantik kinerja bangunan sehingga memenuhi syarat untuk mencapai nilai estetika yang diharapkan. Pekerjaan finish pada umumnya merupakan pekerjaan kerajinan yang memerlukan keterampilan tukang ditunjang dengan ketekunan, telaten, cermat, dan teliti. Salah satu darinya adalah pekerjaan plesteran, berupa upaya memberi lapisan penutup bidang permukaan dengan meggunakan spesi adukan. Plesteran umumnya dipasang langsung pada permukaan beton. Pasangan batu, bata, batako, papan plester dari gypsum plasterboard, atau jaringan kawat kasa atau kawat ayam. Volume pekerjaan plesteran diukur berdasarkan pada satuan luas meter persegi dengan tebalnya bervariasi tergantung pada kebutuhan, biasanya sekitar 15-25 mm. Seyogyanya tidak terlalu tebal untuk menghindari rontok atau mengelupas. Sebagaimana spesi adukan yang dipakai untuk pekerjaan pasangan, campuran materialnya dapat terdiri dari pasir dan semen, atau campuran pasir, semen, dan ditambah kapur. Apabila plesteran dipasang pada permukaan batu, bata, beton, atau papan plester, biasanya dilakukan dalam dua tahap membentuk dua lapis. Lapis pertama adalah plesteran kasar dengan ketebalan 10 mm, sedang yang kedua merupakan lapis halus tebalnya 5 mm sering disebut lapis acian. Jika dipasang dengan kawat kasa dikerjakan menjadi tiga lapis Dipohusodo, 1995.

2.5.5. Pekerjaan Pengecatan

Pekerjaan pengecatan dapat dibedakan berdasarkan pada beberapa faktor atau keadaan, antara lain material yang dicat seperti kayu, plat atau gelagar baja, plesteran, dan sebagainya. Kemudian macam permukaan rata, halus, bergelombang, jenis material cat yang digunakan, biasanya tiga kali pengecatan yaitu lapis dasar, pengecatan pertama, dan lapisan finish Dipohusodo, 1995. Universitas Sumatera Utara Volume pekerjaan pengecatan pada umumnya dihitung berdasarkan satuan luas meter persegi kecuali untuk elemen-elemen khusus misalnya pegangan tangga serta tiangnya, lis-lis tepi plafon atau dibagian bawah dinding partisi dan sebagainya. Alat yang digunakan untuk mengecat adalah kuas sikat, kuas gelinding atau semprotan. Mengecat dengan semprotan lebih cepat akan tetapi membutuhkan keterampilan untuk menjamin hasil yang rata, disamping penggunaan materialnya cenderung lebih boros karena banyak terbuang Dipohusodo, 1995.

2.5.6. Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal.

Dokumen yang terkait

Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Berdasarkan Kebiasaan Sarapan pada Pekerja Kurir Pengiriman Barang JNE di Kota Medan Tahun 2015

2 66 127

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan pada Pekerja Pembuatan Pipa dan Menara Tambat Lepas Pantai (EPC3) di Proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013

1 48 184

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013

1 19 149

ANALISA WAKTU PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI DENGAN VARIASI PENAMBAHAN JAM KERJA (LEMBUR) (STUDI KASUS : PEKERJAAN PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR PELAYANAN PAJAK DI BANTUL, DIY)

0 7 65

ANALISIS PENGARUH KERJA LEMBUR TERHADAPPRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PROYEK KONSTRUKSI ANALISIS PENGARUH KERJA LEMBUR TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PROYEK KONSTRUKSI.

0 4 12

ANALISIS PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAPEFEKTIVITAS KERJA LEMBUR PADA PROYEK KONSTRUKSI ANALISIS PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA LEMBUR PADA PROYEK KONSTRUKSI.

0 7 13

PENGARUH PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP KUALITAS HASIL KERJA DAN KENYAMANAN PEKERJA PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG DI PROBOLINGGO

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Waktu Kerja Lembur dan Jenis Tugas Terhadap Tingkat Kelelahan Pekerja Proyek Pembangunan Gedung Telkomsel di Kota Medan Tahun 2013

0 0 9

PENGARUH WAKTU KERJA LEMBUR DAN JENIS TUGAS TERHADAP TINGKAT KELELAHAN PEKERJA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG TELKOMSEL DI KOTA MEDAN TAHUN 2013 SKRIPSI

0 0 15

PENGARUH MOTIVASI KERJA PEKERJA PROYEK KONSTRUKSI TERHADAP WAKTU PENYELESAIAN PROYEK TUGAS AKHIR - PENGARUH MOTIVASI KERJA PEKERJA PROYEK KONSTRUKSI TERHADAP WAKTU PENYELESAIAN PROYEK - repository perpustakaan

0 0 14