penelitian ini terdapat 2 variabel independen waktu kerja lembur dan jenis tugas yang akan diteliti dan 1 variabel dependen tingkat kelelahan kerja.
Langkah-langkah pemodelan regresi logistik adalah sebagai berikut Yasril dan Kasjono, 2009.
1. Melakukan pemilihan variabel yang berpotensial dimasukkan dalam model yaitu
variabel yang memenuhi syarat dengan nilai p-value 0,25 pada analisis bivariat, hasil analisis bivariat dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.11. Hasil Uji Analisis Bivariat Variabel Independen
p value
1. Waktu kerja lembur
2. Jenis Tugas
0,004 0,015
3. Jenis Pekerjaan
0,004 Berdasarkan tabel 4.10. dapat diketahui bahwa variabel waktu kerja lembur dan jenis
tugas mempunyai nilai p-value 0,25 dan memenuhi syarat untuk masuk kedalam model analisis multivariat.
2. Dalam analisis multivariat digunakan metode backward selection dimana variabel
dengan nilai p-value 0,05 dikeluarkan secara bertahap oleh komputer. 3.
Pada hasil regresi logistik berganda yang diperoleh variabel waktu kerja lembur p- value = 0,009 berarti ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Tabel 4.12. Hasil Uji Analisis Regresi Logistik Berganda
Variabel Sig.
Exp B OR
Waktu Kerja Lembur 0,009
9,455
Universitas Sumatera Utara
4. Selanjutnya hasil variabel yang berpengaruh dimasukkan kedalam model persamaan logistik berganda p-value 0,05 untuk mengidentifikasi variabel yang paling berpengaruh terhadap
tingkat kelelahan kerja. Sehingga nilai probabilitas waktu kerja lembur terhadap tingkat kelelahan adalah sebagai
berikut:
P =
p =
Dengan model persamaan regresi yang diperoleh, kita dapat membuat ramalan tentang probabilitas waktu kerja lembur terhadap tingkat kelelahan kerja sebagai berikut :
Tabel 4.13. Nilai Probabilitas Waktu Kerja Lembur Variabel
Prediktor Proporsi
Persentase
Waktu Kerja Lembur 1
0,45 45
Waktu Kerja Lembur 0,90
90 1. Misalkan waktu kerja lembur pekerja 3 jamhari 1, maka nilai probabilitas waktu kerja
lembur terhadap tingkat kelelahan pekerja sebesar 45. 2. Sebaliknya, misalkan waktu kerja lembur pekerja 3 jamhari 0, maka nilai probabilitas
waktu kerja lembur terhadap tingkat kelelahan pekerja sebesar 90.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Gambaran Kerja Lembur Pekerja Proyek Pembangunan Gedung Telkomsel di Kota Medan
Berdasarkan tabel 4.4. dapat dilihat bahwa sebagian besar pekerja adalah dengan jam kerja lembur 3 jamhari yaitu berjumlah 24 orang 57,1. Sedangkan pekerja yang lembur 3
jamhari yaitu 18 orang 42,9. Dari 42 orang yang bekerja pada proses struktur bangunan gedung berdasarkan kuesioner terdapat pekerja yang lembur antara 1 satu sampai 5 lima jam
per hari, sebagian besar atau jumlah terbanyak pekerja melaksanakan lembur pada proses struktur ini sesuai dengan waktu yang ditetapkan pemerintah yaitu berdasarkan Undang-Undang
Republik Indonesia No.13 Tahun 2003 Pasal 77 ayat 2 poin ke 2 yaitu waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 tiga jam dalam 1 satu hari dan 14 empat belas jam dalam 1
satu minggu.
Kerja lembur yang dialami para pekerja proyek pembangunan gedung Telkomsel di Kota Medan disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut dapat berupa atas permintaan pekerja
sendiri dan permintaan pihak kontraktor pembangunan. Pekerja atas permintaan sendiri untuk melakukan lembur oleh karena alasan mengejar target upah yang diterima agar lebih banyak, hal
ini sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No.13 Tahun 2003 Pasal 77 ayat 2 poin 3 yang memang sudah seharusnya pengusaha yang mempekerjakan pekerjaburuh melebihi waktu
kerja wajib membayar upah kerja lembur. Pihak kontraktor pembangunan gedung Telkonsel di Kota Medan juga memberikan aturan tambahan kerja atau kerja lembur pada tahap tertentu,
dalam hal ini pekerja pada tahap struktur pembangunan gedung merupakan target dalam rentang waktu yang terbatas, mulai dari proses tahap pembesian dibutuhkan tenaga kerja lembur
Universitas Sumatera Utara