Waktu Kerja Lembur Pengukuran Waktu Kerja

Lamanya seseorang bekerja secara normal dalam sehari pada umumnya 8 jam, sisanya 16 jam lagi dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga dan masyarakat,istirahat, tidur, dan lain- lain. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan, biasanya tidak disertai efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja yang optimal, bahkan biasanya terlihat penurunan kualitas. Bekerja dalam waktu yang berkepanjangan, timbul kecenderungan terjadi kelelahan, gangguan kesehatan, penyakit dan kecelakaan kerja serta ketidakpuasan. Dalam seminggu, seseorang umumnya dapat bekerja dengan baik selama 40 jam Rizahirfan, 2008. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.13 Tahun 2003 pasal 77 ayat 1, setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja meliputi, 7 jam dalam sehari dan 40 jam seminggu untuk 6 hari kerja, atau 8 jam sehari dan 40 jam seminggu untuk 5 hari kerja. Ketentuan ini tidak berlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan tertentu. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja melebihi waktu kerja tersebut, wajib membayar upah kerja lembur. Selanjutnya pasal 79 ayat 1, pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cuti kepada pekerja. Waktu istirahat dan cuti meliputi, istirahat antara jam kerja sekurang-kurangnya setengah jam, setelah bekerja selama 4 empat jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja, istirahat mingguan 1 satu hari untuk 6 enam hari kerja dalam seminggu, dan cuti tahunan sekurang-kurangnya 12 hari kerja, setelah pekerja yang bersangkutan bekerja selama 12 bulan secara terus menerus.

2.1.1. Waktu Kerja Lembur

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.13 Tahun 2003 Pasal 77 ayat 2 Pengusaha yang mempekerjakan pekerjaburuh melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud harus memenuhi syarat: Universitas Sumatera Utara 6. Ada persetujuan pekerjaburuh yang bersangkutan. 7. Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 tiga jam dalam 1 satu hari dan 14 empat belas jam dalam 1 satu minggu. 8. Pengusaha yang mempekerjakan pekerjaburuh melebihi waktu kerja wajib membayar upah kerja lembur. 9. Ketentuan waktu kerja lembur tidak berlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan tertentu. 10. Ketentuan mengenai waktu kerja lembur dan upah kerja lembur sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dan ayat 3 diatur dengan Keputusan Menteri. Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.102MENVI2004 tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur dalam pasal 1, waktu lembur adalah waktu kerja yang melebihi 7 tujuh jam sehari dan 40 empat puluh jam 1 satu minggu untuk 6 enam hari kerja dalam 1 satu minggu atau 8 delapan jam sehari dan 40 empat puluh jam 1 satu minggu untuk 5 lima hari kerja dalam 1 satu minggu atau waktu kerja pada hari istirahat mingguan dan atau pada hari libur resmi yang ditetapkan pemerintah.

2.1.2. Pengukuran Waktu Kerja

Menurut Wignjosoebroto 2003, pengukuran waktu kerja time study adalah suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator yang memiliki skill rata-rata dan terlatih baik dalam melaksanakan sebuah kegiatan kerja dalam kondisi dan tempo kerja yang normal. Tujuan pokok dari aktivitas ini dengan sendirinya akan berkaitan erat dengan usaha menetapkan waktu baku standard time. Secara historis dijumpai dua macam pendekatan didalam menetapkan waktu baku ini, yaitu pendekatan dari bawah keatas bottom-up dan pendekatan dari atas kebawah top-down. Universitas Sumatera Utara Untuk menjelaskan prosedur penentuan waktu baku dengan pendekatan bottom-up maka perlu dipahami beberapa definisi seperti berikut: 1. Waktu normal normal time adalah waktu yang diperlukan oleh seorang operator yang terlatih dan memiliki keterampilan rata-rata untuk melaksanankan suatu aktivitas dibawah kondisi dan tempo kerja normal. Waktu normal disini tidak termasuk waktu longgar yang diperlukan untuk melepas lelah fatique, personal need ataupun delay yang diperlukan bilamana kegiatan kerja tersebut harus dilaksanankan dalam waktu sehari penuh 8 jamhari. 2. Tempo kerja normal normal pace. Merupakan tempo kerja atau perfomansi kerja yang ditunjukkan oleh seorang operator yang memiliki keterampilan rata-rata, terlatih baik dan dengan kesadaran tinggi mau bekerja secara normal tidak terlalu cepat tetapi juga tidak terlalu lambat selama 8 jamhari 1 shift kerja. 3. Waktu pengamatan adalah waktu pengamatan yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran waktu yang diperlukan seorang operator untuk menyelesaikan sebuah aktivitas atau elemen kerja. 4. Kelonggaran waktu, merupakan sejumlah waktu yang harus ditambahkan dalam waktu normal untuk mengantisipasi terhadap kebutuhan-kebutuhan waktu guna melepaskan lelah fatique, kebtuhan-kebutuhan yang bersifat pribadi dan kondisi-kondisi menunggu baik yang tidak dapat dihindarkan maupun yang dapat dihindarkan. Pengukuran waktu kerja akan menghasilkan waktu ataupun output standar yang mana hal tersebut dapat bermanfaat untuk: 1. Men power planning. 2. Estimasi biaya-biaya untuk upah karyawanpekerja. 3. Penjadwalan produksi dan penganggaran. Universitas Sumatera Utara 4. Perencanaan sistem pemberian bonus dan insentif bagi karyawan atau pekerja yang berprestasi. 5. Indikasi keluaran output yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja. Ada beberapa macam cara untuk mengukur dan menetapkan waktu standar. Dalam beberapa kasus seringkali industri hanya sekedar membuat estimasi waktu dengan berdasarkan pengalaman historis. Umumnya penetapan waktu standar dilaksanankan dengan cara pengukuran kerja seperti: 1. Stopwatch Time study 2. Sampling kerja 3. Standar data 4. Predetermined motion time system Wignjosoebroto, 2003.

2.2. Jenis Tugas

Dokumen yang terkait

Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Berdasarkan Kebiasaan Sarapan pada Pekerja Kurir Pengiriman Barang JNE di Kota Medan Tahun 2015

2 66 127

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan pada Pekerja Pembuatan Pipa dan Menara Tambat Lepas Pantai (EPC3) di Proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013

1 48 184

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013

1 19 149

ANALISA WAKTU PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI DENGAN VARIASI PENAMBAHAN JAM KERJA (LEMBUR) (STUDI KASUS : PEKERJAAN PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR PELAYANAN PAJAK DI BANTUL, DIY)

0 7 65

ANALISIS PENGARUH KERJA LEMBUR TERHADAPPRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PROYEK KONSTRUKSI ANALISIS PENGARUH KERJA LEMBUR TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PROYEK KONSTRUKSI.

0 4 12

ANALISIS PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAPEFEKTIVITAS KERJA LEMBUR PADA PROYEK KONSTRUKSI ANALISIS PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA LEMBUR PADA PROYEK KONSTRUKSI.

0 7 13

PENGARUH PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP KUALITAS HASIL KERJA DAN KENYAMANAN PEKERJA PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG DI PROBOLINGGO

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Waktu Kerja Lembur dan Jenis Tugas Terhadap Tingkat Kelelahan Pekerja Proyek Pembangunan Gedung Telkomsel di Kota Medan Tahun 2013

0 0 9

PENGARUH WAKTU KERJA LEMBUR DAN JENIS TUGAS TERHADAP TINGKAT KELELAHAN PEKERJA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG TELKOMSEL DI KOTA MEDAN TAHUN 2013 SKRIPSI

0 0 15

PENGARUH MOTIVASI KERJA PEKERJA PROYEK KONSTRUKSI TERHADAP WAKTU PENYELESAIAN PROYEK TUGAS AKHIR - PENGARUH MOTIVASI KERJA PEKERJA PROYEK KONSTRUKSI TERHADAP WAKTU PENYELESAIAN PROYEK - repository perpustakaan

0 0 14