Dividen Teori Kebijakan Dividen

c. Signalling Hypothesis Theory Signalling hypothesis theory secara konsisten berhubungan dengan masalah pengungkapan, dimana apabila perusahaan mengungkapkan bad news maka pasar akan memberikan reaksi yang negatif dan hal ini konsisten dengan hipotesis pasar efisien Wolk et al., 2001. Signalling hypothesis theory mengatakan bahwa perubahan dividen mengandung beberapa informasi. Ada bukti empiris bahwa jika ada kenaikan dividen, sering diikuti dengan kenaikan harga saham. Sebaliknya, penurunan dividen pada umumnya menyebabkan harga saham turun. Fenomena ini dapat dianggap sebagai bukti bahwa para investor lebih menyukai dividen daripada capital gains Lukas 1999. Menurut signalling hypothesis theory, terdapat asimetri informasi antara manajer dan investor. Manajer mengetahui prospek perusahaan di masa depan, sedangkan investor tidak Setiawan dan Jogiyanto 2002. Signalling hypothesis theory juga mengatakan bahwa penurunan dividen mencerminkan manajemen yang tidak optimis terhadap prospek perusahaan dan akan memberikan sinyal negatif bagi pasar. Sebaliknya, peningkatan dividen menunjukkan bahwa manajemen yakin akan prospek masa depan perusahaan dan merupakan sinyal yang direspon pasar positif Anom dan Jogiyanto 2002. Perubahan besarnya dividen juga merupakan sinyal bagi investor. Dividen yang semakin besar mengakibatkan investor mempunyai pengharapan positif terhadap manajemen, yaitu meningkatnya laba perusahaan. Perubahan dividen yang semakin besar akan menyebabkan investor tertarik untuk membeli saham perusahaan, sehingga harga saham akan meningkat. Sebaliknya, bila dividen menjadi semakin kecil, maka investor mempunyai pengharapan yang negatif terhadap perusahaan sehingga harga saham akan mengalami penurunan Sharpe et al., 1999. Pengumuman dividen mengandung informasi mengenai laba saat ini dan masa depan Miller dan Rock 1985. Apabila pengumuman dividen tersebut merupakan kabar baik buruk, yaitu: pengumuman dividen meningkat menurun, maka investor akan bereaksi positif negatif. Jadi, dividen mempunyai kandungan informasi yang berguna bagi investor Setiawan dan Jogiyanto 2002. Teori clientele effect menyatakan bahwa kelompok clientele pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih menyukai dividen payout ratio yang tinggi. Sebaliknya, kelompok pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini, lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan. Bukti empiris menunjukkan bahwa efek dari clientele ini ada. Tapi menurut Modigliani dan Miller hal ini tidak menunjukkan bahwa dividen besar lebih baik daripada dividen kecil. Demikian sebaliknya clientele effect ini hanya mengatakan bahwa bagi sekelompok pemegang saham, kebijakan dividen tertentu lebih menguntungkan mereka Lukas 1999.

5. Jenis-Jenis Kebijakan Pemberian Dividen

Menurut Riyanto 2001, terdapat bermacam-macam kebijakan pemberian dividen yang dilakukan oleh perusahaan yaitu antara lain sebagai berikut : a. Kebijakan dividen yang stabil Banyak perusahan yang menjalankan kebijakan dividen yang stabil, artinya jumlah dividen per lembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham per tahunnya berfluktuasi. Dividen yang stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun dan kemudian apabila pendapatan perusahaan meningkat dan kenaikan tersebut relatif permanen, maka dividen per lembar saham dinaikkan dan selanjutnya dipertahankan untuk jangka waktu yang relatif panjang. Alasan–alasan pemberian kebijakan dividen yang stabil : 1 Bisa memberi kesan kepada investor bahwa perusahaan memiliki prospek yang baik di masa yang akan datang. 2 Dapat meningkatkan harga saham sebab dividen yang stabil memiliki risiko yang kecil. 3 Akan menarik investor yang memanfaatkan dividen untuk keperluan konsumsi, karena dividen selalu dibayar. b. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra tertentu. Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham setiap tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik, perusahaan akan membayarkan dividen ekstra di atas jumlah minimal tersebut. c. Kebijakan dividen dengan penetapan dividend payout ratio yang konstan Perusahaan yang menjalankan kebijakan ini menetapkan dividend payout ratio yang konstan. Ini berarti bahwa jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan bersih yang diperoleh setiap tahunnya. d. Kebijakan dividen yang fleksibel Kebijakan ini menetapkan besarnya dividend payout ratio setiap tahunnya disesuaikan dengan posisi finansial dan kebijakan finansial perusahaan yang bersangkutan. 6. Prosedur Pembagian Dividen Pembagian dividen merupakan satu hal yang dinantikan oleh pemegang saham. Pembagian dividen dapat dilakukan secara kuartalan ataupun tahunan, tergantung kebijaksanaan yang ditetapkan oleh masing-masing perusahaan. Adapun prosedur pembagian dividen yang aktual menurut Weston and Brigham 1998 dalam Sularso 2003 adalah : a. Tanggal Pengumuman Declaration Date Tanggal pada saat direksi perusahaan mengumumkan rencana pembagian dividen. Misalnya pada tanggal 14 November 2001 direksi PT. ABC mengadakan pertemuan dan mengumumkan pembagian dividen kuartalan tetap sebesar Rp 40 per saham untuk dibayarkan kepada pemegang saham yang tercatat pada tanggal 8 Desember 2001 dengan pembayaran dilakukan pada tanggal 2 Januari 2002 b. Tanggal Pencatatan Pemegang Saham Holder of Record Date Hari terakhir untuk mendaftarkan diri sebagai pemegang saham agar berhak menerima dividen yang akan dibagikan perusahaan. Setelah berakhirnya jam kerja pada tanggal pencatatan pemegang saham 8 Desember 2001, perusahaan menutup buku transfer sahamnya dan menyusun daftar pemegang saham mulai tanggal itu. Apabila PT ABC memberitahukan penjualan dan transfer beberapa saham sebelum pukul 5 sore pada tanggal 8 Desember, maka pemilik saham yang baru akan menerima dividen. Jika pemberitahuan yang diterima pada atau sesudah tanggal 9 Desember, pemilik saham lama menerima cek dividen. c. Tanggal Ex-dividend Ex-dividend Date Tanggal pada saat hak atas dividen periode berjalan dilepaskan dari sahamnya, biasanya dengan jangka waktu empat hari kerja sebelum tanggal pencatatan saham. Untuk mencegah timbulnya konflik, industri pasar modal telah menetapkan suatu konvensi yang mengumumkan bahwa hak atas dividen tetap menyertai saham hingga empat hari kegiatan bisnis sebelum tanggal pencatatan pemegang saham. Pada hari keempat sebelum tanggal tersebut, hak atas dividen tidak lagi menyertai saham. Dalam hal ini tanggal ex-dividen adalah 4 hari sebelum tanggal 8 Desember, yaitu tanggal 4 Desember 2001. d. Tanggal Pembayaran Dividen Dividend Payment Tanggal pada saat perusahaan benar-benar mengirimkan cek dividen. Dalam hal ini perusahaan akan mengirimkan ceknya kepada pemegang saham tercatat pada tanggal 2 Januari 2002. Prosedur pembagian dividen tersebut mengakibatkan adanya perbedaan respon investor dalam bertransaksi di pasar modal. Hal ini dapat diindikasikan dengan bervariasinya harga saham dari declaration date sampai setelah Ex-dividend Date.

7. Abnormal Return

Abnormal return atau excess return adalah kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal Hartono, 2000. Return normal merupakan return ekspektasi return yang diharapkan oleh investor. Dengan demikan yang dimaksud dari return tidak normal abnormal return adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi. Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke-t yang merupakan selisih harga sekarang relatif tehadap harga sebelumnya Hartono, 2000. Menurut Brown dalam Hartono 2000, return ekspektasi dapat dihitung menggunakan 3 model estimasi yakni mean adjusted model, market model dan market adjusted model. a. Mean Adjusted Model Model Disesuaikan Rata-rata Model ini beranggapan bahwa return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi estimation period. Periode estimasi umumnya merupakan periode sebelum periode peristiwa. Periode peristiwa event period disebut juga dengan periode pengamatan atau jendela peristiwa event window. Menggunakan model ini, return ekspektasi suatu sekuritas pada periode tertentu diperoleh melalui pembagian return realisasi sekuritas tersebut dengan lamanya periode estimasi. Lamanya jendela tergantung dari jenis peristiwanya. Jika peristiwanya merupakan peristiwa yang nilai ekonomisnya dapat ditentukan dengan mudah oleh investor misalnya pengumuman laba dan pembagian dividen, periode jendela dapat pendek, disebabkan investor dapat bereaksi dengan cepat Hartono, 2003 b. Market Model Model Pasar Perhitungan return ekspektasi dengan model pasar market model ini dilakukan dengan dua tahap, yaitu: 1 Membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi. 2 Menggunakan model ekspektasi untuk mengestimasi return ekspektasi diperiode jendela. Model ekspektasi dapat dibentuk menggunakan regresi OLS OrdinaryLeast Square. c. Market Adjusted Model Model Disesuaikan Pasar Model disesuaikan pasar beranggapan bahwa penduga terbaik untuk mengestimasi return satu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar Hartono,2003. Pengukuran Abnormal return dengan metode market adjusted model sebagai berikut : Ar it =R it – ER it dimana: Ar it = Abnormal return saham i pada periode t R it = Actual return saham i pada periode t