agar mereka selalu dalam kebaikan, mendidik dan mengajarkan kesederhanaan, dan adab mulia, menjauhkannya dari hal yang buruk serta
memberikan hak-hak yang dimiliki oleh anak. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa orang tua ataupun keluarga merupakan
salah satu lembaga sosial yang berfungsi dalam memenuhi hak-hak anak melalui pengasuhan dalam kehidupan sehari-hari.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian berikut ini merupakan beberapa hasil penelitian yang dinilai relevan dengan penelitian yang mengangkat masalah tentang pemenuhan hak-
hak anak usia dini di kampung ramah anak, diantaranya adalah : 1.
Penelitian S. Nur Zaenatun Aisah mengenai Implementasi Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan PKS-Anjal, Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Dasar
Pendidikan Anak Jalanan di Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro Sleman Yogyakarta : 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan
implementasi PKS-Anjal sebagai upaya pemenuhan hak dasar pendidikan anak jalanan di Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa implementasi program kesejahteraan sosial anak jalanan dilaksanakan dengan pemberian pelayanan-pelayanan untuk
pemenuhan hak dasar pendidikan meliputi transportasi anak, pembelian perlengkapan sekolah serta pemenuhan nutrisi dan gizi anak. Implementasi
PKSA bertujuan agar anak jalanan memperoleh pendidikan baik formal maupun nonformal. Bentuk pelayanannya dilaksanakan dengan Program
Layanan Pemantapan Belajar dan Layanan Perantaraan dan Penghantaran. 39
2. Penelitian Sayekti Pujianingtyas Jati Lestari mengenai Pandangan Orang
Tua terhadap Kesejahteraan Anak Studi Kasus di Kampung Ramah Anak Nototarunan RW 06 Gunungketur, Pakualaman, Yogyakarta : 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dimensi kesejahteraan anak melalui Kampung Ramah Anak Nototarunan RW 06 Gunungketur,
Pakualaman, Yogyakarta baik dari segi pandangan orang tua terhadap anak baik sebelum maupun sesudah menjadi kampung ramah anak. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa keberadaan kampung ramah anak masih belum diketahui oleh seluruh warga kampung. Ada beberapa warga yang
tidak mengetahui bahwa kampungnya dijadikan kampung ramah anak. Sebelum menjadi kampung ramah anak, orang tua masih menggunakan
pandangan klasik dan setelah menjadi kampung ramah anak, orang tua mengetahui bagaimana cara memperlakukan anak dengan memberikan
hak-hak anak yang harusnya diberikan oleh orang tua. Pandangan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor tingkat pendidikan orang
tua, kepribadian orang tua, dan perlakuan orang tua terhadap anaknya dalam kehidupan sehari-hari serta kurangnya pengetahuan orang tua
terhadap Undang-Undang kesejahteraan anak. 3.
Penelitian Fajar Kharisma mengenai Kampung Badran Sebagai Kampung Ramah Anak Untuk Mewujudkan Yogyakarta Kota Layak Anak : 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan faktor apa saja yang mendasari dipilihnya Kampung Badran sebagai kampung ramah anak, apa
saja kegiatan yang dilaksanakan dan apa saja dampak dari adanya 40
kampung ramah anak di Kampung Badran RW 11. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : ada beberapa faktor dipilihnya Kampung Badran
RW 11 sebagai kampung ramah anak, diantaranya yaitu adanya potensi sebagai kampung hitam dari masyarakat umum yang nantinya akan
mempengaruhi perkembangan anak. Adanya permasalahan seperti anak putus sekolah, eksploitasi anak, kekerasan terhadap anak, serta sarana
bermain yang kurang bagi anak. Berbagai kegiatan yang dilaksanakan diantaranya peringatan hari besar nasional, sosialisasi pemenuhan hak
anak, TPA sebagai kegiatan religi, dan lain-lain. Dampak positif adanya kampung ramah anak di Kampung Badran yaitu mulai berkurangnya kasus
kekerasan dan eksploitasi terhadap anak, keterlibatan anak dalam pengambilan keputusan, muncul identitas baru sebagai kampung yang
responsif terhadap permasalahan anak. Dampak negatifnya yaitu bertambahnya beban tugas anak anggota patriot, selain harus mengerjakan
tugas sekolah atau yang lainnya, mereka harus mengatur waktu untuk mempersiapkam kegiatan tiap bulannya.
C. Kerangka Pikir
Anak usia dini merupakan seseorang yang berumur diantara 0 sampai dengan 6 tahun. Anak usia dini perlu dipenuhi hak-haknya agar mereka dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya, sehingga dapat hidup dan berkembang secara wajar. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan sarana
serta pihak-pihak lain yang berkewajiban memberikan hak terhadap anak.
41
Pemenuhan hak terhadap anak di Indonesia didasari oleh Konvensi Hak Anak KHA. Indonesia menjadi salah satu negara yang meratifikasi
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB tentang Hak-Hak Anak tersebut melalui Keputusan Presiden Keppres No. 360 tanggal 25 Agustus 1990.
Dengan diratifikasinya konvensi tersebut, negara berkewajiban untuk memenuhi semua hak anak, melindungi semua anak serta menghormati
pandangan anak. Selain itu negara mempunyai konsekuensi untuk membuat aturan hukum terkait anak, mensosialisasikan hak anak sampai ke anak serta
membuat laporan berkala ke PBB. Tindak lanjut dari kegiatan tersebut yaitu dengan menjabarkannya ke dalam berbagai peraturan perundang-undangan
serta kebijakan yang terkait dengan anak. Dalam materi substantif hak-hak anak dalam Konvensi Hak Anak
dikelompokkan dalam empat kategori. Diantaranya adalah hak terhadap kelangsungan hidup, yaitu hak-hak anak yang meliputi hak-hak untuk
melestarikan dan mempertahankan hidup dan hak untuk memperoleh standar kesehatan tertinggi dan perawatan yang sebaik-baiknya. Hak terhadap
perlindungan, yaitu hak-hak anak yang meliputi hak perlindungan dan diskriminasi, tindak kekerasan dan penelantaran bagi anak yang tidak
mempunyai keluarga bagi anak-anak pengungsi. Hak untuk tumbuh dan berkembang, yaitu hak-hak anak yang meliputi segala bentuk pendidikan
formal dan nonformal dan hak untuk mencapai standar hidup yang layak bagi perkembangan fisik, mental, spiritual, moral, dan sosial anak. Serta hak
42