PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MEMENUHI HAK PENDIDIKAN ANAK DI RW 01 JLAGRAN YOGYAKARTA(Studi Kasus Kampung Ramah Anak).

(1)

PARTISIIPASI MA ANA ( D gu PROGRA JUR UN ASYARAKA AK DI RW

(Studi Kas Diajukan kep Univer untuk Mem una Memper G N AM STUD RUSAN PEN FAKULT NIVERSITA i AT DALAM W 01 JLAGR

us Kampun SKRIP pada Fakult rsitas Neger menuhi Seba roleh Gelar Oleh Gilang Febri NIM 121022 I PENDID NDIDIKAN TAS ILMU AS NEGER MARET M MEMEN RAN YOG ng Ramah PSI

tas Ilmu Pen ri Yogyakar agian Persy Sarjana Pe h Susanto 241050 IKAN LUA N LUAR S

PENDIDIK RI YOGYA 2016 NUHI HAK YAKARTA Anak) ndidikan rta yaratan ndidikan AR SEKOL SEKOLAH KAN AKARTA K PENDID A LAH H IKAN


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO  

Anak-anak tidak membutuhkan emas, tidak membutuhkan mutiara, dan tidak pula membutuhkan berlian, yang mereka butuhkan hanyalah kasih sayang dan

keteladanan yang baik tanpa adanya kekerasan (Penulis)

Masa depan tidak akan diperoleh secara instan, maka masa depan itu perlu diperjuangkan

(Penulis)

Didiklah anak-anak kamu, sesungguhnya mereka diciptakan untuk menghadapi zaman yang berbeda dengan zaman kamu ini (H.R. Bukhari)


(6)

vi

PERSEMBAHAN Atas karunia Allah SWT

Aku Persembahkan Karya Tulis ini Kepada :

1. Bapak dan Ibu tercinta yang telah mencurahkan segenap kasih sayangnya serta do’a yang tidak pernah lupa mereka sisipkan, sehingga penulis dapat berhasil menyusun karya ini. Terimakasih atas semua pengorbanan yang telah diberikan.

2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang begitu besar.


(7)

vii

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MEMENUHI HAK PENDIDIKAN ANAK DI RW 01 JLAGRAN YOGYAKARTA

(Studi Kasus Kampung Ramah Anak)

Oleh

Gilang Febri Susanto NIM 12102241050

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) Partisipasi masyarakat dalam memenuhi hak pendidikan anak. (2) Faktor pendukung dan penghambat partisipasi masyarakat.

Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kualitatif jenis studi kasus. Setting penelitian di RW 01 Jlagran. Informan penelitian ini adalah tokoh masyarakat yang diperkuat informasi dari warga dan anak. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, dokumentasi dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif metode interaktif yang meliputi: reduksi, display data dan penarikan kesimpulan. Triangulasi dilakukan untuk memperoleh kebsahan data dengan check, dan cross-check.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) Partisipasi masyarakat didasari alasan karena adanya kepedulian dan kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan anak. Bentuk partisipasi yang diberikan yaitu moril, finansial, pengawasan, dan tenaga. Partisipasi masyarakat bermanfaat pada timbulnya motivasi belajar anak dan perhatian mayarakat. (2) Faktor pendukung partisipasi masyarakat meliputi, adanya tim pemantau Jam Belajar Masyarakat (JBM), penyediaan fasilitas, dukungan warga dalam program Kampung Ramah Anak (KRA), serta dukungan pemerintah. Faktor penghambat partisipasi meliputi faktor ekonomi masyarakat, rendahnya pendidikan masyarakat, kurangnya sosialisasi Kampung Ramah Anak (KRA), sedikitnya warga yang menjadi tim pemantau Jam Belajar Masyarakat.

Kata kunci: Partisipasi masyarakat, Hak pendidikan anak  


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Partisipasi Masyarakat Dalam Memenuhi Hak Pendidikan Anak Di RW 01 Jlagran (Studi Kasus Kampung Ramah Anak)”, disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari adanya bantuan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan fasilitas dan sarana sehingga studi saya berjalan dengan lancar.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, yang telah memberikan kelancaran dalam penyusunan skripsi.

3. Ibu Dra. S.W Septiarti, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan mengarahkan dan membimbing penulis hingga menyelesaikan skripsi.

4. Bapak Hiryanto, M.Si, selaku dosen Penasehat Akademik yang selalu memberikan motivasi dalam proses belajar dan penyusunan skripsi.

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan sebagai bekal proses penelitian ini.

6. Bapak Camat Gedongtengen, Bapak Lurah Pringgokusuman dan Bapak Hibur Pintono selaku ketua RW 01 Jlagran yang telah memberikan ijin dan bantuan untuk penelitian.

7. Tokoh Masyarakat dan warga masyarakat RW 01 Jlagran yang telah membantu kelancaran penelitian dan memberikan informasi yang sangat dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini.

8. Bapak, Ibu, Kakak ku (Mas Sobron, Mas Slamet, Mas Anto, dan Mas Yuli) atas do’a, perhatian, kasih sayang, dan segala dukungannya.


(9)

(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL………. i

HALAMAN PERSETUJUAN……….. ii

HALAMAN SURAT PERNYATAAN………. iii

HALAMAN PENGESAHAN……… iv

HALAMAN MOTTO………... v

HALAMAN PERSEMBAHAN……… vi

ABSTRAK………. vii

KATA PENGANTAR……… viii

DAFTAR ISI……….. x

DAFTAR TABEL……….. xiv

DAFTAR GAMBAR………. xv

DAFTAR BAGAN……… xvi

DAFTAR LAMPIRAN………. xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Identifikasi Masalah ………. 10

C. Pembatasan Masalah ……… 10

D. Rumusan Masalah ……… 11

E. Tujuan Penelitian ………... 11

F. Manfaat Penelitian ………... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Partisipasi Masyarakat ……….. 13

1. Pengertian Masyarakat……… 13

2. Pengertian Partisipasi Masyarakat ………... 15

3. Macam-Macam Partisipasi Masyarakat ………. ……... 18

4. Manfaat Partisipasi ………... 21

5. Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat ………... 23


(11)

xi

B. Tinjauan Pendidikan Keluarga ………... 27

1. Konsep Keluarga ……… 27

2. Pengertian Pendidikan Keluarga ……… 28

3. Aspek-Aspek Pendidikan dalam Keluarga ……… 30

4. Tujuan Pendidikan Keluarga ………... 31

C. Tinjauan Tentang Hak Anak ……… 33

1. Pengertian Anak ………... 34

2. Hak-Hak Anak ………... 35

3. Kesejahteraan Anak ……….. 40

D. Pengertian Kampung Ramah Anak ………... 42

E. Kajian Penelitian yang Relevan ………... 44

F. Kerangka Berfikir ……… 46

G. Pertanyaan Penelitian ……….. 48

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ……….. 49

B. Subyek Penelitian ……… 50

C. Setting Penelitian ………... 51

D. Teknik Pengumpulan Data ………...… 52

E. Teknik Analisis Data ……… 54

F. Keabsahan Data ……… 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian………... 58

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……….. 58

2. Keadaan Masyarakat ……….. 59

a. Keadaan Penduduk ……….. 60

b. Keadaan Ekonomi ……… 61

c. Keadaan Sosial Keagamaan ………... 64

d. Keadaan Pendidikan ……… 69

e. Struktur Kepengurusan RW 01………. 71

3. Deskripsi Kampung Ramah Anak RW 01 Jlagran ………. 71


(12)

xii

b. Struktur Kepengurusan Kampung Ramah Anak ………... 79

c. Kegiatan-kegiatan/Program-Program Kampung Ramah Anak RW 01 ……… 81

1) Jam Belajar Masyarakat (JBM) ………... 81

2) Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA) ……… 83

3) Bimbingan Belajar (BIMBEL) ………... 85

4) Petani Kota (Penghijauan) ………... 86

5) Plangisasi Himbauan Untuk Anak ………. 88

6) Pengadaan Alat Musik ………... 90

d. Perilaku Anak RW 01 Jlagran Pringgokusuman ………... 91

1) Masa Kelas Menengah Pertama dan Menengah Atas Antara Usia 14-19 Tahun ………... 92

2) Masa Kelas Tinggi Sekolah Dasar yang Berlangsung Antara Usia 9/10 tahun – 12/13 Tahun, Biasanya Mereka Duduk Dikelas 4, 5 dan 6 Sekolah Dasar……… 94

3) Masa Kelas Rendah Sekolah Dasar yang Berlangsung Antara Usia 6/7 Tahun – 9/10 Tahun, Biasanya Mereka Duduk Dikelas 1, 2 dan 3 Sekolah Dasar ……… 96

4. Partisipasi Masyarakat dalam Memenuhi Hak Pendidikan Anak ………. 99

a. Alasan Masyarakat RW 01 Berpartisipasi dalam Memenuhi Hak Pendidikan Anak ………. 99

b. Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam Memenuhi Hak Pendidikan Anak ………. 104

1) Partisipasi Masyarakat dalam Bentuk Moril/Pemikiran ………… 106

2) Partisipasi Masyarakat dalam Bentuk Finansial/Dana ………….. 109

3) Partisipasi Masyarakat dalam Bentuk Pengawasan …………. …. 111

4) Partisipasi Masyarakat dalam Bentuk Tenaga ………... 112

c. Manfaat Partisipasi Masyarakat Bagi Anak-Anak ……….. 117

d. Faktor Pendukung dan Penghambat Partisipasi Masyarakat dalam Memenuhi Hak Pendidikan Anak ……….. 121

1) Faktor Pendukung ………. 121

2) Faktor Penghambat ……… 125


(13)

xiii

1. Alasan Masyarakat RW 01 Berpartisipasi dalam Memenuhi Hak

Pendidikan Anak ……… 129

2. Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam Memenuhi Hak Pendidikan ………... 132 3. Manfaat Partisipasi Masyarakat Bagi Anak-Anak ………. 135 4. Faktor Pendukung dan Penghambat Partisipasi Masyarakat dalam

Memenuhi Hak Pendidikan Anak ……….. 137

a. Faktor Pendukung ……… 137

b. Faktor Penghambat ……….. 139 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ………..

B. Saran ……….

141 143 DAFTAR PUSTAKA ……… 145 LAMPIRAN ………... 148  

                       


(14)

xiv DAFTAR TABEL

hal Tabel 1. Jumlah Penduduk RW 01 Jlagran Menurut Umur dan

Jenis Kelamin……….. 60

Tabel 2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ……… 63

Tabel 3. Keadaan Penduduk Menurut Agama ………... 64

Tabel 4. Sarana dan Prasarana Peribadatan………... 68

Tabel 5. Tingkat Pendidikan Penduduk RW 01 Jlagran Tahun 2014………… 70

Tabel 6. Struktur Pengurus RW 01 Jlagran ……… 71

Tabel 7. Susunan Tim Gugus Kampung Ramah Anak ……….. 80

Tabel 8. Susunan Pengurus Forum Anak Kampung……….. 81

                             


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Denah Wilayah RW 01 Jlagran ……… 59

Gambar 2. Salah Satu Rumah Warga RW 01 ……… 62

Gambar 3. Kegiatan Taman Pendidikan Al Qur’an ……….. 65

Gambar 4. Prestasi TPA Mushola Baituttaubah ……… 66

Gambar 5. Kondisi Wilayah RW 01 Dibantaran Sungai Winongo …………... 72

Gambar 6. Salah Satu Dapur Warga Masyarakat RW 01 ………. 73

Gambar 7. Himbauan Jam Belajar Masyarakat ………... 82

Gambar 8. Himbauan Jam Belajar Masyarakat ………. 83

Gambar 9. Kegiatan Anak Shalawatan ………. 84

Gambar 10. Kegiatan Bimbingan Belajar di Balai RW 01 ……….. 85

Gambar 11. Kegiatan Bimbingan Belajar di Balai RW 01 ………. 86

Gambar 12. Kegiatan Anak-anak Membuat Media Tanam……….. 87

Gambar 13. Kegiatan Anak-anak Memasukan Campuran Tanah dan Pupuk Kandang di Plastik Sebagai Media Pembibitan ………... 88

Gambar 14. Plangisasi Himbauan Anak ……….. 89

Gambar 15. Plangisasi Himbauan Anak ………. 89

Gambar 16. Kegiatan Anak Berlatih Gamelan………. 90

Gambar 17. Kegiatan Anak Bermain Tos Kartu Naruto ……… 94

Gambar 18. Kegiatan Anak Bermain Sepeda ……….. 95

Gambar 19. Kegiatan Anak Bermain di Gang RT 05 ……….. 97

Gambar 20. Kegiatan Anak Bermain di Halaman Rumah Salah Satu Warga RT 01 ………... 97  

       


(16)

xvi

DAFTAR BAGAN

hal

Bagan 1. Tangga Partisipasi……….... 19

Bagan 2. Proses Pembentukan Kampung Ramah Anak………... 42

Bagan 3. Kerangka Berfikir………... 46

Bagan 4. Cara Keterlibatan Masyarakat……….………… 104

Bagan 5. Bentuk Partisipasi Masyarakat Jlagran……… 116  


(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Pedoman Observasi…..……….. 149

Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi…..……….……... 150

Lampiran 3. Pedoman Wawancara………. 151

Lampiran 4. Reduksi, Display, dan Kesimpulan ………... 162

Lampiran 5. Catatan Lapangan ……….. 173

Lampiran 6. Dokumentasi ……….. ……... 194

Lampiran 7. Surat Izin Penelitian………... 198

Lampiran 8. Surat Keterangan……… 200

Lampiran 9. Surat Keputusan.……… 201

             


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Proses sosial yang berakibat pada pembatasan geografis, keadaan sosial dan budaya menjadi kurang penting bagi masyarakat atau yang sering dikenal dengan sebutan globalisasi ini di Indonesia dirasa memberikan pengaruh besar terhadap perubahan sosial yang ada di masyarakat. Perubahan sosial tersebut ditandai diberbagai sektor kehidupan manusia baik bidang ekonomi, sosial, dan budaya. Tidak jarang pengaruh tersebut menyebabkan perubahan sosial yang telah melibatkan manusia secara global, termasuk anak sebagai individu yang memiliki hak yang sama sebagai manusia sekaligus warga negara.

Anak merupakan penduduk usia muda yang memiliki potensi yang harus dikembangkan dan juga dipenuhi. Anak memiliki 4 hak dasar yang wajib dipenuhi yaitu hak hidup, hak tumbuh dan berkembang, hak perlindungan dan hak berpartisipasi. Pada pemenuhan hak tumbuh dan berkembang anak yang salah satu pemenuhan hak itu adalah hak mendapatkan pendidikan yang layak. Permasalahan pemenuhan hak pendidikan sudah dirasakan bangsa Indonesia sejak zaman penjajahan, sehingga ketika Indonesia merdeka, cita-cita untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dijadikan salah satu tujuan utama dan hak warga negara atas pendidikan dimasukan dalam UUD 1945. Dijelaskan secara jelas di pasal 31 ayat 1 UUD 1945 bahwa, “setiap warga negara berhak mendapat pengajaran”.

Dari Undang-Undang yang sudah dijelaskan di atas, sudah terlihat secara jelas bahwa jaminan pemerintah dalam pemenuhan hak pendidikan warga


(19)

2

negara pada umunya dan anak-anak pada khusunya. Urusan pendidikan juga merupakan salah satu upaya perlindungan terhadap anak yang bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar anak-anak dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan maratabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas sejahtera dan berakhlak mulia.

Namun dalam implementasi pemenuhan hak anak pada umumnya dan hak pendidikan anak pada khusunya, masih terkendala dengan adanya kekerasan, kejahatan dan sejenisnya yang dilakukan kepada anak. Sehingga anak-anak dalam proses belajarnya kurang merasa aman dan nyaman. Permasalahan yang menyangkut anak, seperti kekerasan pada anak baik secara fisik maupun psikis, kekerasan dalam pola asuh, pelecehan seksual, tontonan komersil yang semakin tidak mendidik. Anak bermasalah dengan hukum sampai kasus anak mengkonsumsi narkoba, minum-minuman keras, hingga kini tidak kunjung usai untuk diselesaikan.

Bukti kekerasan kepada anak hingga saat ini belum terselesaikan seperti berita yang ditulis di surat kabar Kompas, Selasa 6 Oktober 2015 halaman 26 ada 4 kasus kejahatan kepada anak yaitu pada tanggal 21 Oktober 2014 anak laki-laki usia 3,5 tahun dibunuh oleh pembantunya, 12 Maret 2014 Mia Nuraini, tewas dianiyaya, 12 Mei 2015 siswa SMP tewas dianiyaya kakak kelas, 23 Juni 2015 bayi yang dibunuh ibunya sendiri dan kasus terbaru dan menyita perhatian semua pihak, pada tanggal 3 Oktober 2015 yaitu pada kasus


(20)

3

kejahatan seksual dan pembunuhan yang ditemukan pada hari Jumat tanggal 2 Oktober 2015 korban Putri Nur Fauziah dimasukan kedalam kardus yang ditemukan di Jl. Sahabat Kamal, Kalideres Jakarta Barat. Kejadian ini menjadi perhatian khusus oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Susana Yambise, mengakui kasus kekerasan pada anak yang terus meningkat.

Berdasarkan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), jumlah kekerasan anak di Indonesia tahun 2010 sebanyak 171 kasus, 2011 sebanyak 2.178 kasus. Kemudian pada tahun 2012 sebanyak 3.512 kasus, tahun 2013 sebanyak 4.311 kasus. Pada tahun 2014 sebesar 5.066 kasus dan terakhir ada 6.006 anak mulai awal tahun 2015 hingga saat ini. Kasus kekerasan seksual terhadap anak yang terus meningkat dari tahun ketahun ini telah menyebabkan lingkungan menjadi tidak aman, nyaman dan ramah untuk anak.

Yogyakarta merupakan kota budaya kota pelajar dan kota istimewa, namun disisi lain dengan keistimewaan kota Yogyakarta ini ternyata masih banyak dan meningkatnya kasus kekerasan terhadap anak. Menurut data yang yang dipaparkan oleh Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (KPMP) pada hari Minggu tanggal 12 April 2015, dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) Kampung Ramah Anak disebutkan terdapat 59 kasus pada tahun 2011 terdiri atas 32 kasus kekerasan terhadap perempuan dan 27 kekerasan terhadap anak. Penurunan memang terjadi pada tahun 2012, yaitu terdapat 53, terdiri atas 26 kekerasan terhadap perempuan dan 27 terhadap anak. Pada tahun 2013 angka kekerasan kembali meningkat menjadi


(21)

4

79 kasus terdiri atas 40 kasus kekerasan terhadap perempuan dan 27 kasus kekerasan terhadap anak. Adapun pada tahun 2014 kembali meningkat sebanyak 92 kasus. Sebanyak 54 kasus kekerasan terhadap perempuan dan pada anak sebanyak 38 kasus.

Jika kekerasan kepada anak tidak kunjung terselesaikan dan terus-menerus terjadi baik di lingkungan keluarga, tempat bermain, maupun di lingkungan pendidikan (sekolah) bukan tidak mungkin akan mempengaruhi psikologis anak, bahkan dapat terjadi trauma yang berkepanjangan dan mengakibatkan tidak terpenuhinya hak pendidikan anak, baik pendidikan informal, non formal dan formal. Sejak tahun 1989 tidak hanya Indonesia yang prihatin dengan kasus kekerasan yang tidak kunjung usai, negara-negara didunia yang menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berunding untuk mengatasi masalah kekerasan kepada anak dan pemenuhan hak-hak anak melalui Konvensi Hak Anak yang diselenggarakan pada tangal 20 November 1989 yang menyebutkan bahwa anak memiliki hak atas pendidikan.

Salah satu hak atas pendidikan yaitu membuat pendidikan dasar suatu kewajiban dan tersedia secara cuma-cuma untuk semua. Tujuan utama dari Konvensi Hak Anak ini adalah negara berkewajiban untuk melaksanakan pemenuhan hak anak dengan mengacu pada beberapa prinsip umum yaitu : tindakan non-diskriminasi, memprioritaskan kepentingan yang terbaik bagi anak, mendapatkan pendidikan yang layak, hak untuk hidup dan kelangsungan hidup, perkembangan pada anak, serta memberikan apresiasi pada pendapat


(22)

5

yang dikemukakan oleh anak. Dari hasil konvensi tersebut diharapkan anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang aman, nyaman dan layak serta anak dapat berpartisipasi, yaitu anak memiliki suara atau pendapat untuk dihargai dan didengarkan. Namun karena minimnya pegetahuan orang tua, maka masih banyak orang tua yang belum faham mengenai hal tersebut.

Kondisi seperti ini menjadi suatu gambaran bahwa kepentingan atau hak anak masih menjadi aspek yang dipandang sebelah mata atau tidak diprioritaskan dalam kehidupan. Kenyataan seperti ini menegaskan bahwa tidak hanya orang tua dan masyarakat saja yang akan dirugikan, namun negara juga akan dirugikan. Jika kejadian seperti ini terus menerus terjadi, dikhawatirkan aspek tumbuh kembang anak sebagai generasi penerus bangsa atau bisa dikatakan sebagai agent of change (agen perubahan) bangsa akan mengalami sebuah kemunduran.

Untuk mengatasi permasalahan di atas agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan tidak adanya kekerasan terhadap anak, serta terpenuhi hak dasar anak maka pemerintah kota Yogyakarta mengupayakan perlindugan sosial kepada anak melalui Kampung Ramah Anak (KRA). Kampung Ramah Anak (KRA) seharusnya mampu memberikan bukti nyata kepada masyarakat dalam melindungi dan memenuhi hak dasar anak. Kampung Ramah Anak ini merupakan implementasi dari program Kota Layak Anak (KLA) yang sedang digencar-gencarkan oleh pemerintah kota Yogyakarta. Program ini sudah sedikit memberikan kepercayaan kepada masyarakat karena pada tahun 2009 kota Yogyakarta mendapat penghargaan


(23)

6

sebagai predikat Kota Layak Anak (KLA) karena daerah telah secara aktif berupaya untuk memenuhi hak anak, mewujudkan pembangunan kota atau kabupaten yang ramah anak atau layak bagi kehidupan anak. Sebagai tanggung jawab dan tindak lanjut dari tingginya permasalahan dan kasus kekerasan pada anak di Indonesia, melalui laporan akhir kajian pengembangan Kota Layak Anak (KLA) di kota Yogyakarta (tahun 2012), pemerintah melalui (KPPA) Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak telah menetapkan program nasional bagi anak Indonesia bahwa pada tahun 2015 mengacu pada beberapa pokok bidang. Bidang-bidang ini meliputi beberapa hal, antara lain : (1) Promosi hidup sehat, (2) Perlindungan pada anak terkait perlakuan salah, (3) Memerangi HIV/AIDS, (4) Penyediaan pendidikan berkualitas.

Pemerintah kota Yogyakarta dalam hal ini turut serta mengambil bagian secara mandiri untuk merealisasikan Kota Layak Anak di wilayahnya. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa Yogyakarta merupakan salah satu kawasan dengan tingkat pertumbuhan perpindahan penduduk (migrasi) yang tinggi serta wilayah yang strategis untuk menumbuhkan iklim ekonomi dan pendidikan bagi anak dan warganya. Namun kondisi tersebut diperkirakan akan menimbulkan permasalahan dan tekanan baru seperti yang terjadi di kota-kota besar lainya di Indonesia. Penyedian layananan dasar seperti: perumahan, pendidikan, kesehatan dan peluang untuk kerja dirasakan semakin terbatas. Terlebih pertumbuhan tersebut diikuti oleh laju bertambahnya penduduk pada kategori anak usia 0-18 tahun yang rentan memiliki masalah


(24)

7

sosial yang pada umumnya terjadi. Oleh karena itu anak-anak seringkali menghadapi resiko kekerasan baik dirumah, di tempat bermain, di sekolah maupun di tempat-tempat umum lainya.

Berdasarkan temuan yang terjadi, permasalahan pada anak tentu saja mencuri perhatian yang besar bagi pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Untuk itu, sebagai sarana dalam merealisasikan hak anak dan meminimalisir berbagai permasalahan yang melibatkan anak, pemerintah kota Yogyakarta, melalui KPMP (Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan) memandang bahwa pemenuhan hak anak dapat diupayakan melalui partisipasi dari unit terkecil dalam masyarakat yaitu keluarga dan lingkungan sosial anak. Untuk kemudian partisipasi tersebut dapat berlanjut pada basis kelompok masyarakat yang lebih luas melalui struktur kelembagaan yang lebih tinggi di wilayah tersebut.

Partisipasi masyarakat dirasa memegang peran penting dalam pengembangan Kampung Ramah Anak (KRA). Partisipasi masyarakat dapat ditunjukan melalui berbagai bentuk dan partisipasi masyarakat bukan hanya ditunjukan oleh daya dukung terhadap pengembangan program namun dapat direalisasikan mulai dari perencaan, pelaksanaan dan evaluasi. Partisipasi masyarakat dalam memenuhi hak pendidikan anak perlu ditumbuhkan melalui program Kampung Ramah Anak (KRA) yang diselenggarakan dan di gencar-gencarkan oleh pemerintah khususnya di kota Yogyakarta. Dalam rangka pemenuhan hak-hak anak diperlukan upaya-upaya menumbuhkembangkan


(25)

8

pertisipasi masyarakat, baik partisipasi dalam proses perencanaan, penyediaan sumber daya, sarana-prasarana, tenaga, dana dan sumber daya lainya.

Ukuran partisipasi masyarakat diukur melalui keikutsertaan masyarakat dalam menanggung tanggung jawab dalam pemenuhan hak anak. Partisipasi masyarakat merupakan ikut sertanya memecahkan masalah-masalah yang ada di masyarakat. Partisipasi memiliki makna yang beragam dan luas. Partisipasi merupakan suatu wujud dari peran serta masyarakat dalam keiukutsertaan atau keterlibatan untuk mencapai tujuan pembangunan masyarakat. Wujud dari partisipasi masyarakat itu sendiri dapat berupa saran, jasa, atau dalam bentuk materi baik secara langsung maupun tidak langsung. Jadi masyarakat sendirilah yang aktif memikirkan, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi program-program yang masyarakat setujui untuk memenuhi hak-hak anak untuk tercapainya Kampung Ramah Anak (KRA).

Cukup beralasan jika Kecamatan Gedongtengen pada umunya dan Kelurahan Pringgokusuman pada khususnya memperoleh perhatian khusus. Perhatian tersebut pada partisipasi masyarakat dan layanan perlindungan terhadap anak-anak. Beberapa bagian wilayah di Kelurahan Pringgokusuman khususnya di RW 01 Jlagran yang dikenal sebagai daerah yang memiliki kerentanan-kerentanan sosial dan masalah sosial. Seperti keadaan tingkat status ekonomi masyarakat yang rata-rata memiliki pendapatan atau penghasilan pada golongan menengah kebawah. Selain itu letak geografis kampung yang berada di pinggir jalan raya, bantaran sungai Winongo, serta sangat berdekatan dengan perlitasan rel kereta api dari stasiun Tugu yang


(26)

9

rawan akan kriminalitas serta pemukiman yang padat penduduk, sehingga dikhawatirkan memiliki pengaruh yang buruk terhadap proses sosial masyarakat dan perkembangan anak.

Partisipasi masyarakat pada lingkup terkecil dalam masyarakat yaitu keluarga dipandang menjadi komponen yang sangat penting dalam membentuk kebutuhan secara spiritual keagamaan, intelektual pada anak (pendidikan) dan emosional pada anak. Namun ada struktur sosial lain diatas keluarga seperti Rukun Warga (RW) memiliki peran yang jelas tidak dapat dikesampingkan. Partisipasi Rukun Warga atau RW dan tokoh masyarakat juga memegang peran yang tidak kalah pentingya setelah keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar dan hak-hak anak. Namun partisipasi masyarakat dalam program kemasyarakatan yang diberikan baik dari pemerintah setempat atau kampung cenderung masih rendah, mereka masih menganggap hal seperti itu tidak penting. Mereka lebih mementingkan bagaimana cara mendapatkan uang, untuk bisa makan dan memenuhi kebutuhan sehari-sehari. Pemikiran yang seperti inilah yang mempengaruhi rendahnya partisipasi masyarakat. Sehingga dengan adanya kampung ramah anak diharapkan masyarakat dapat merubah pola fikir yang lebih maju dan dapat berpartisipasi sesuai dengan kemampuanya, agar terpenuhinya hak anak, tidak ada lagi kekerasan kepada anak dan hilangya masalah-masalah sosial yang pernah terjadi.

Karena dikenal dengan wilayah yang rentan akan masalah sosial maka perlu dengan adanya partisipasi atau pelibatan atau keikutsertaan masyarakat dalam mengembangkan dan memajukan kampung. Maka dari itu partisipasi


(27)

10

masyarakat di RW 01 Jlagran, Pringgokusuman, Kecamatan Gedongtengen dirasa penting untuk diteliti atau diamati untuk dapat menjelaskan dan mendiskripsikan tentang bagaimana “Partisipasi Masyarakat Dalam Memenuhi Hak Pendidikan Anak di RW 01 Jlagran, Pringgokusuman, Gedongtengen, Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, ditemukan beberapa identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Pengaruh globalisasi terhadap perubahan proses sosial masyarakat yang berdampak kepada anak.

2. Masih terkendalanya pemenuhan hak pendidikan anak dengan terus meningkatnya kekerasan yang dilakukan kepada anak, baik kekerasan secara fisik maupun psikis.

3. Minimnya pengetahuan masyarakat tentang pemenuhan hak dasar anak. 4. Masyarakat belum menyadari akan pentingnya partisipasi sehingga

masih sedikitnya partisipasi orang tua dan masyarakat dalam memenuhi hak-hak anak.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang terdapat di identifikasi masalah, agar permasalahan yang dibahas didalam penelitian ini tidak meluas maka perlu adanya pembatasan masalah dengan keterbatasan peneliti maka dari sekian banyaknya permasalahan yang dihadapi tidak seluruhnya dikaji dalam penelitian ini, namun hanya dibatasi pada “Partisipasi Masyarakat Dalam


(28)

11

Memenuhi Hak Pendidikan Anak di RW 01 Jlagran, Pringgokusuman, Yogyakarta (Studi Kasus Kampung Ramah Anak)”.

D. Rumusan Masalah

Dengan berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah-masalah yang akan dibahas dan diteliti sebagai berikut :

1. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam memenuhi hak pendidikan anak dengan adanya Kampung Ramah Anak di RW 01 Jlagran, Pringgokusuman, Yogyakarta?

2. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat partisipasi masyarakat dalam memenuhi hak pendidikan anak di Kampung Ramah Anak RW 01 Jlagran, Pringgokusuman, Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang ada di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mendeskripsikan partisipasi masyarakat dalam memenuhi hak pendidikan anak dengan adanya Kampung Ramah Anak di RW 01 Jlagran, Pringgokusuman Yogyakarta.

2. Menjelaskan faktor pendukung dan penghambat partisipasi masyarakat dalam memenuhi hak pendidikan anak di Kampung Ramah Anak RW 01 Jlagran, Pringgokusuman, Yogyakarta


(29)

12 F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan akan menambah kepustakaan penelitian pendidikan khususnya di Pendidikan Luar Sekolah pada bidang ilmu pendidikan informal dan sebagai sumber penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Masyarakat

1) Semakin aktif dalam program Kampung Ramah Anak (KRA), khusunya dalam pemenuhan hak pendidikan anak.

2) Berpartisipasi dalam program Kampung Ramah Anak (KRA) guna meningkatkan perencanaan, pengelolaan dan hasil program Kampung Ramah Anak (KRA).

3) Dapat memperoleh informasi tentang pentingnya partisipasi masyarakat.

b. Bagi Peneliti

Manfaat praktis dari penelitian ini dapat menjelaskan atau mendiskripsikan sebuah gambaran tentang partisipasi masyarakat dalam memenuhi hak pendidikan anak di Kampung Ramah Anak (KRA).


(30)

13

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjaun Partisipasi Masyarakat

1. Pengertian Masyarakat

Istilah masyarakat yang berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata syaraka memiliki arti ikut serta dan berpartisipasi. Sedangkan masyarakat didalam istilah bahasa Inggris society yang merupakan dari kata latin socious yang berarti kawan. Dari istilah di atas masyarakat dapat diartikan sebagai suatu kesatuan manusia atau sekumpulan manusia yang saling bergaul, dalam istilah ilmiah yaitu saling berinteraksi satu sama lain.

Masyarakat atau komunitas menunjuk pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal disuatu wilayah (secara Geografis) dengan batas-batas tertentu, dimana yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar dari anggota-anggotanya dibandingkan dengan penduduk diluar batas wialayahnya. Menurut Soerjono Soekanto (2004: 31) dalam pengertian sosiologi, bahwa masyarakat tidak dipandang sebagai kumpulan individu-individu semata. Masyarakat merupakan suatu pergaulan yang terbentuk karena hubungan anggota-anggotanya. Dengan kata lain, masyarakat adalah suatu sistem yang terwujud dari kehidupan bersama manusia, atau yang sering disebut dengan sistem kemasyarakatan.

Emile Durkheim (Abdullah Idi, 2011: 168) menyatakan bahwa masyarakat merupakan suatu kenyataan yang obyektif secara mandiri, bebas dari individu-individu yang bebas dari anggotanya. Dengan kata lain masyarakat dapat berpartisipasi, berpendapat atau bersuara secara bebas


(31)

14

dan mandiri tanpa terpengeruhi oleh orang lain (namun tetap berpedoman pada norma yang berlaku). Namun manusia tetap sebagai makhluk sosial, makhluk yang tidak dapat hidup sendiri tanpa pertolongan orang lain karena hidup bermasyarakat merupakan fitrah atau bawaan semula manusia, oleh sebab itu manusia perlu berinteraksi dengan anggota-anggota masyarakat disekelilingnya. Melalui interaksi, anggota-anggota masyarakat akan dapat mewujudkan suatu kepahaman bersama dikalangan mereka dalam memecahkan suatu permasalahan atau solusi bersama dalam hidup bermasyarakat.

Salah satu cara yang baik untuk lebih mengerti tentang masyarakat yaitu dengan cara menelaah ciri-ciri pokok dari masyarakat itu sendiri. Sebagai suatu pergaulan hidup atau suatu bentuk kehidupan bersama manusia, maka masyarakat memiliki ciri-ciri pokok, yaitu :

a. Manusia yang hidup bersama

Secara teoritis, jumah manusia yang hidup bersama itu dua orang. Didalam ilmu sosial, khusunya sosiologi, tidak ada suatu ukuran mutlak atau angka yang pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada.

b. Begaul selama jangka waktu cukup lama

c. Adanya kesadaran, bahwa setiap manusia merupakan bagian dari satu kesatuan (Abdullah Idi, 2011: 95)

Dalam perekembangan dan pertumbuhanya masyarakat dapat digolongkan menjadi :

a. Masyarakat sederhana. Dalam lingkungan masyarakat sederhana pola pembagaian kerja cenderung dibedakan menurut jenis kelamin. Pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin, nampaknya dilatarbelakangi adanya kelemahan dan kemampuan fisik antara


(32)

15

seorang wanita dan pria dalam menghadapi tantangan-tantangan kehidupan yang ada.

b. Masyarakat maju. Masyarakat maju memiliki aneka ragam kelompok sosial, atau lebih yang sering dikenal dengan sebutan kelompok organiasasi kemasyarakatan yang tumbuh dan berekembang berdasarkan kebutuhan serta tujuan tertentu yang akan dicapai.

Dari pemaparan definisi di atas dapat disimpulkan masyarakat memiliki arti berpartisipasi atau ikut serta, sedangkan dalam bahasa Inggris Society dan dalam bahasa latin Socious. Jadi masyarakat adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi satu sama lain, yang saling membutuhkan satu sama lain dalam suatu hubungan sosial. Dengan kata lain masyarakat merupakan sekumpulan orang yang tinggal disuatu wilayah, dimana setiap anggotanya mempunyai kepentingan bersama untuk mencapai tujuan.

2. Pengertian Partisipasi Masyarakat

Konsep partisipasi dalam ilmu sosial memiliki keragaman definisi, seperti yang dikemukakan oleh Loekman Soetrisno (1995: 207), partisipasi adalah kerjasama antara rakyat dan pemerintah dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan hasil pembangunan. Sedangkan Faqence (Loekman Soetrisno, 1995: 208), partisipasi merupakan keterlibatan dalam perencanaan dan penyampaian kebijakan.


(33)

16

Menurut Daman Huri (2008: 22), partisipasi adalah pelibatan seseorang atau beberapa orang dalam suatu kegiatan tertentu. Keterlibatan itu bisa berupa keterlibatan mental, emosi dan fisik dalam menggunakan segala potensi atau kemampuan yang dimilikinya dalam segala kegiatan yang dilakukan serta mendukung pencapaian tujuan dan tanggung jawab atas segala keterlibatanya.

Keith Davis menjelaskan (Akhmad Sukardi, 2009: 53), bahwa partisipasi merupakan keterlibatan mental dan emosional yang memberikan sumbangan kepada tujuan, cita-cita kelompok dan ikut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.

Partisipasi merupakan keterlibatan mental dan emosi untuk menghendaki adanya kontribusi terhadap kepentingan atau tujuan kelompok. Adapun partisipasi dibagi menjadi partisipasi inisiasi dan legitimasi. Partisipasi inisiasi merupakan partisipasi yang berupa inisiatif dari pemimpin masyarakat baik formal maupun informal ataupun dari anggota masyarakat mengenai suatu program yang merupakan kebutuhan masyarakat. Sedangkan partisipasi legitimasi yaitu partisipasi pada tingkat pebicaraan atau pembuatan keputusan tentang program tersebut. (Siti Irene A.D, 2015: 50)

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan termasuk program Pendidikan Luar Sekolah (pendidikan non-formal dan informal) merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan, karena berhasil atau tidaknya program pembangunan (pendidikan nonformal dan informal) yang ada dimasyarakat sangat tergantung oleh masyarakat sebagai subyek sekaligus menjadi obyek pembangunan, oleh karena itu dengan adanya partisipasi dari masyarakat maka program-program yang elah direncakan akan tercapai tujuanya.


(34)

17

Pentingnya partisipasi masyarakat dalam program pendidikan luar sekolah, Conyer dalam Hiryanto (jurnal Diklus Edisi 5, Tahun X, Maret 2005) hlm. 59 menyatakan bahwa ada tiga alasan yang mendasar yaitu:

a) partisipasi masyarakat merupakan alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat tanpa kehadiranya program pendidikan luar sekolah akan menemui kegagalan. b) masyarakat akan lebih mempercayai program pendidikan jika merasa dilibatkan dalam proses persipan dan perencanaan, karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk program tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap program tersebut. c) suatu hal yang demokratis jika masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat sendiri.

Beberapa contoh partisipasi masyarakat dalam pendidikan yang dijelaskan oleh Pidarto dalam Hiryanto (jurnal Diklus Edisi 5, Tahun X, Maret 2005) hlm. 60 antara lain:

1) menyediakan perlengkapan belajar yang dibutuhkan untuk belajar di lembaga pendidikan, 2) bersedia datang kelembaga pendidikan bila diundang, 3) ikut berdiskusi memecahkan masalah pendidikan seperti keuangan, sarana, kegiatan dan sebagainya, 4) membantu fasilitas-fasilitas yang diperlukan lembaga dalam memajukan proses belajar megajar, 5) meminjami tenaga pelatih dan narasumber bila ditunjuk, 6) menerima warga belajar dengan senang hati bila mereka belajar di masyarakat, 7) bersedia memberikan bantuan dana secara cuma-cuma dan 8) mengajukan usul-usul untuk perbaikan dan ikut mengontrol jalanya pendidikan.

Berdasarkan beberapa pengertian dan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsep partisipasi tidak hanya keikutsertaan atau peran serta masyarakat yang berkaitan dengan lahiriyah saja namun juga keterlibatan mental, peran serta, dan pikiran atau usaha bersama yang dijalankan secara bahu-membahu dari suatu anggota masyarakat baik dalam perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi dalam pelaksanaan suatu program atau kegiatan dalam mencapai tujuan bersama yang telah


(35)

18

ditentukan sebelumnya. Wujud partisipasi tersebut dapat berupa saran, jasa, atau dalam bentuk materu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam suasana yang demokratis.

Partisipasi yang dimaksudkan didalam penelitian ini adalah peran serta atau keterlibatan seluruh warga masyarakat RW 01 Jlagran Pringgokusuman dalam berbagai program dan persoalan yang berkorelasi atau yang berhubungan dengan adanya penyelenggaraan program Kampung Ramah Anak (KRA) dalam memenuhi hak pendidikan anak. 3. Macam-Macam Partisipasi Masyarakat

Ada beberapa macam partisipasi yang dikemukakan oleh beberapa ahli menurut Sundariningrum (Ambar Teguh S, 2004: 75) yang mengklasifikasikan partisipasi menjadi dua berdasarkan cara keterlibatanya, yaitu :

a. Partisipasi Langsung

Partisipasi yang terjadi apabila individu menampilkan kegiatan tertentu dalam proses partisipasi. Partisipasi ini terjadi apabila setiap orang dapat mengajukan pandangan, membahas pokok permasalahan, mengajukan keberatan terhadap keinginan orang lain atau terhadap ucapanya.

b. Partisipasi Tidak Langsung

Partisipasi yang terjadi apabila individu mendelegasikan hak partisipasinya pada orang lain.


(36)

me Cit Ma (M (M Ke bag ber Sedangk enjadi sebu tizen Partic

Sumber : Jo Bagan 1: T

Kedelap anipulation Menginforma Mendiamkan ekuasaan) d Arnstein gian. Bagia rjenjang da kan menuru uah tangga p cipation. Be

urrnal of the A Tangga Part pan anak tan (Meman asikan), n), Partners dan Citizen C

n mengelom an pertama ari Manipul

19 ut Arnstein m

partisipasi a erikut tangga

American Inst tisipasi ngga ini me nipulasi),

Consultati hip (Bekerj Control (Ko mpokan dela yaitu Non lation dan T

macam-mac atau yang se a partisipas

titute of Plann

engurut dari Therapy

ion (Me

asama), De ontrol Masy apan anak t nparticipatio

Therapy. P

cam partisip ering disebu

inya

ners (1969)

i bawah kea (Memulihk erundingkan elegated Pow yarakat).

tangga di a on (Tidak

ada bagian

pasi ini dib ut The Ladd

atas dimulai kan), Infor n), Plac wer (Pelimp

atas menjad Ada Partis ini, pihak entuk der of i dari, rming cation pahan di tiga ipasi) yang


(37)

20

berkuasa sengaja menghapus segala bentuk partisipasi masyarakat. Masyarakat disiini hanya dijadikan sebagai objek. Pada tahap Manipulation, mereka memilih dan mendidik sejumlah orang sebagai wakil dari masyarakat. Fungsinya, ketika mereka mengajukan berbagai program, maka para wakil masyarakat tadi harus selalu menyetujuinya. Sedangkan masyarakat sama sekali tidak diberitahu tentang hal tersebut. Pada tahap Therapy, mereka (yang berkuasa) sedikit memberitahu kepada masyarakat tentang beberapa program yang sudah disetuji oleh wakil masyarakat. Masyarakat hanya bisa mendengarkan.

Bagian kedua yaitu Tokenism yang memiliki rentang dari Informing, Consultation, dan Placation. Pada bagian ini masyarakat hanya sekedar formalitas yang memungkinkan masyarakat mendengar dan memilki hak untuk memberikan suara, tetapi pendapat mereka belum menjadi bahan dalam pengambilan keputusan.

Bagian ketiga yaitu Citizen Power (kekuatan masyarakat) yang memiliki rentang dari Partnership, Delegated Power, dan Citizen Control. Pada bagian ini sudah terjadi pembagian hak, tanggung jawab, dan wewenang dengan yang berkuasa (pemerintah) dalam pengambilan keputusan.

Menurut Cohen dan Uphoff (Siti Irene A.D, 2015: 61) membedakan partisipasi menjadi 3 jenis yaitu pertama, partisipasi dalam pengambilan keputusan. Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan. Ketiga, partisipasi dalam pengambilan manfaat. Dan keempat, partisipasi dalam evaluasi.


(38)

21

Pertama, partisipasi dalam pengambilan keputusan. Partisipasi ini terutama berkaitan dengan penentuan alternatif dengan masyarakat yang berkaitan dengan gagasan atau ide yang menyangkut kepentingan bersama. Dalam partisipasi ini masyarakat menuntut untuk ikut menentukan arah dan orientasi pembangunan. Wujud dari partisipasi ini antara lain seperti kehadiran rapat, diskusi, sumbangan pemikiran, tanggapan atau penolakan terhadap program yang ditawarkan.

Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan suatu program meliputi: menggerakkan sumber daya, dana, kegiatan administrasi, koordinasi dan penjabaran program. Ketiga, partisipasi dalam pengambilan manfaat. Partisipasi ini tidak lepas dari hasil pelaksanaan program yang telah dicapai baik yang berkaitan dengan kuantitas maupun kualitas. Dari segi kualitas, dapat dilihat dari peningkatan output, sedangkan dari segi kuantitas dapat dilihat seberapa besar prosentase keberhasilan program. Keempat, partisipasi dalam evaluasi. Partisipasi masyarakat dalam evaluasi ini berkaitan dengan masalah pelaksanaan program secara menyeluruh. Partisipasi ini bertujuan untuk mengetahui ketercapaian program yang telah direncanakan sebelumnya.

4. Manfaat Partisipasi

Pendidikan dieselenggarakan tentu mengacu dari, oleh dan untuk masyarakat. Apabila suatu pendidikan yang berkualitas maka manfaatnya kepada masyarakat tentu akan sangat baik, begitupun sebaliknya jika pendidikan tidak bermutu atau berkualitas maka akibatnya juga akan


(39)

22

berdampak pada masyarakat. Untuk memperbaiki ataupun meningkatkan kualitas pendidikan tersebut dibutuhkan peran secara aktif dari masyarakat, karena partisipasi dalam pendidikan sangat besar manfaatnya terhadap kemajuan pendidikan.

Pendapat yang dikemukakan oleh Burt K. Schalan dan Roger (Widi Astuti, 2008: 14) manfaat partisipasi antara lain :

a. Lebih banyak komunikasi dua arah.

b. Lebih banyak bawahan mempengaruhi keputusan. c. Manajer dan partisipasi kurang bersikap agresif.

d. Potensi untuk memberikan sumbangan yang berarti dan positif, diakui dalam derajat yang tinggi.

Dengan adanya partisipasi, organisasi atau kelompok sosial akan memperoleh beberapa keuntungan dalam mencapai suatu keberhasilan sesuai dengan tujuan yang diharapakan.

Dari pendapat-pendapat di atas tentang manfaat partisipasi, dapat disimpulkan bahwa partisipasi akan memberikan manfaat yang penting bagi keberhasilan organisasi atau kelompok sosial yang ada di masyarakat antara lain:

a. Mendorong kemampuan berfikir kreatif untuk mencapai kepentingan atau tujuan bersama

b. Lebih memungkinkan diperolehnya keputusan yang benar karena banyaknya sumbangan aspirasi yang berarti dan positif.

c. Berkembangnya komunikasi yang timbal balik dengan masyarakat.


(40)

23 5. Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat

Masyarakat itu memiliki peran yang cukup besar terhadap lembaga pendidikan. Baik pendidikan formal, pendidikan informal maupun pendidikan non formal. Keberadaan dan kemajuan suatu institusi atau lembaga pendidikan sangat ditentukan oleh peran serta atau kontribusi masyarakat yang ada. Tanpa adanya partisipasi dan dukungan masyarakat, pendidikan tidak dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat.

Partisipasi dapat dibagi dalam berbagai bentuk. Partisipasi menurut Effendi (Siti Irene A.D, 2015: 58) terbagi atas partisipasi vertikal dan partisipasi horizontal. Disebut partisipasi vertikal karena terjadi dalam bentuk kondisi tertentu masyarakat terlibat atau mengambil bagian dalam suatu program pihak lain, dalam hubungan di mana masyarakat berada sebagai status bawahan, pengikut atau klien. Adapun dalam partisipasi horizontal, masyarakat mempunyai prakarsa dimana setiap anggota atau kelompok masyarakat berpartisipasi horizontal satu dengan yang lainnya. Partisipasi semacam ini merupakan tanda permulaan tumbuhnya masyarakat yang mampu berkembang secara mandiri.

Secara lebih rinci dijelaskan didalam buku “Partisipasi Masyarakat” yang diterbitkan oleh Depdiknas (2001: 25-26) bahwa bentuk partisipasi masyarakat yaitu:

a. Pengawasan terhadap anak-anak.

b. Tenaga yaitu sebagai sumber atau tenaga sukarela untuk membantu mensuseskan wajib belajar dan pelaksanaan Kegiatan


(41)

24

Belajar Mengajar, serta memperbaikai sarana dan prasarana baik secara individu maupun gotong royong.

c. Dana untuk membantu pendanaan operasional sekolah, memberikan bea siswa, menjadi orang tua asuh, menjadi sponsor dalam kegiatan sekolah dan sebagainya.

d. Pemikiran yaitu memberikan masukan berupa pendapat, pemikiran, dalam rangka menjaring anak-anak usia sekolah, menanggulangi anak-anak putus sekolah dan meningkatkan mutu pendidikan disekolah.

Dari kutipan di atas, jika dapat diaplikasikan di masyarakat, maka dapat disimpulkan bahwa bentuk partisipasi masyarakat dapat dibedakan menjadi empat bentuk, yaitu bentuk finansial, pengawasan, tenaga/keahlian dan moril/pemikiran. Partisipasi dalam bentuk finansial misalnya partisipasi pemberian sumbangan dana untuk kegiatan masyarakat atau untuk perbaikan sarana prasarana yang ada di masyarakat dll. Partisipasi dalam bentuk pengawasan misalnya mendampingi anak ketika belajar dirumah, mengecek dimana anak bermain, dengan siapa anak bermain dan lain sebagainya. Bentuk tenaga dan keahlian misalnya partisipasi tenaga, baik tenaga kependidikan, tenaga ahli, keterampilan dalam membantu kegiatan pendidikan yang ada di masyarakat, ikut serta dalam program pendidikan memperbaiki sarana-prasarana dll. Bentuk moril misalnya partisipasi buah pikiran, pendapat/ ide, saran, pertimbangan, nasehat dukungan moril dan lain sebagainya yang berkenaan dengan penentuan kebijakan atau dalam pengambilan suatu keputusan atau dalam penyelenggaraan pengembangan pembelajaran atau pendidikan yang ada di masyarakat.


(42)

25

6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat

Pada dasarnya banyak faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat atau seseorang yang tercermin dalam perilaku dan aktifitasnya dalam suatu kegiatan. Untuk bisa berpartisipasi dalam suatu kegiatan atau suatu program seseorang harus memiliki pengetahuan dan kemampuan mengenai bidang partisipasi tersebut. Pendidikan, tingkat status ekonomi atau penghasilan suatu anggota masyarakat yang menjadi beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat.

Tingkat pendidikan memiliki hubungan yang positif terhadap partisipasi dalam membantu pelaksanaan penyelenggaran pendidikan. Menurut Soemanto (Daman Huri, 2008: 22) mengatakan bahwa mereka yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi akan lebih tinggi derajat partisipasinya dalam pembangunan. Hal ini berarti semakin tinggi derajat partisipasi terhadap program pemerintah termasuk dalam penyelenggaraan pendidikan. Kesiapan seseorang untuk berpartisipasi juga sangat berpengaruh terhadap partisipasi seseorang sehingga yang menjadi masalah, apakah masyarakat sekitar sudah siap atau belum untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan dalam hal ini pendidikan informal yaitu di Kampung Ramah Anak (KRA).

Faktor pendidikan juga berpengaruh pada perilaku seseorang dalam menerima dan menolak suatu perubahan yang dirasakan baru. Masyarakat (keluarga) yang berpendidikan lebih tinggi ada kecenderungan lebih


(43)

26

mudah menerima inovasi jika ditinjau dari segi kemudahan atau dalam mendapatkan informasi yang mempengaruhi sikapnya.

Seseorang yang mempunyai derajat pendidikan mempunyai kesempatan yang lebih besar dalam menjangkau sumber informasi. Oleh karena itu, orang yang mempunyai pendidikan kuat akan tertanam rasa ingin tahu sehingga akan selalu berusaha untuk tahu tentang inovasi baru dari pengalaman-pengalaman belajar selama hidup. Faktor tingkat ekonomi atau pengahsilan merupakan indikator status ekonomi seseorang, faktor ini mempunyai kecenderungan bahwa seseorang dengan status ekonomi tinggi pada umumnya status sosialnya tinggi pula. Dengan kondisi semacam ini mempunyai peranan besar yang dimainkan dalam masyarakat dan ada kecenderungan untuk terlibat dalam berbagai kegiatan terutama gejala ini dominan di masyarakat pedesaan. Pengaruh ekonomi jika diukur dalam besarnya kontribusi dalam kegiatan pembangunan ada kecenderungan lebih besar kontribusi berupa tenaga.

Menurut Arif Syafrodin (2007: 20) setidaknya ada tiga faktor yang mempersulit dalam mewujudkan partisipasi masyarakat, yaitu:

a. Ahli-ahli golongan elite menganggap diri mereka paling tahu dan merasa harus menggurui mereka.

b. Rakyat sendiri yang belum terbiasa dengan pola hidup modern (partisipasi dalam ritus kolektif bahkan sangat tinggi)

c. Ada kontradiksi antara usaha mengembangkan partisipasi dengan usaha untuk mencapai target-target secepat-cepatnya.


(44)

27 B. Tinjaun Pendidikan Keluarga

1. Konsep Keluarga

Johnsons (William J.Goode, 1995: 39) mendefinisikan keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang memiliki hubungan darah atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan yang terus menerus, yang tinggal dalam satu atap, yang mempunyai satu atap, yang memiliki emosional dan kewajiban antara satu orang dengan orang lainya. Definisi lain menjelaskan, keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama lainya dalam peranya dalam menciptakan dan mempertahankan budaya. Bailon dan Magya (Soerjono Soekanto, 2004:87). Keluarga juga diartikan sebagai sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, kakek dan nenek. Gillis (Soerjono Soekanto, 2004: 87).

Pemaparan pengertian yang dikemukakan di atas memiliki kesamaan yang dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari setiap anggota keluarga. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anaknya yang meliputi agama, psikologi, makan dan minum dan seagainya. Sesuai


(45)

28

dengan tujuan membentuk keluarga yaitu untuk mewujudkan kesejahteraan bagi anggota keluarganya.

Keluarga memiliki struktur dan fungsi. Struktur dan fungsi merupakan hal yang berhubungan erat dan terus menerus berinteraksi satu sama lain. Struktur didasarkan pada organisasi yaitu perilaku anggota keluarga dan pola hubungan dalam keluarga. Sebagai contoh hubungan yang ada dapat bersifat kompleks atau saling berhubungan atau rumit yaitu misalnya seorang pria atau laki-laki bisa menjadi suami, sebagai ayah, atau sebagai menantu dll. Pola hubungan tersebut yang membentuk kekuatan dan struktur peran keluarga.

Menurut Herien Puspitawati (2013: 6-7) fungsi keluarga yang berhubungan dengan struktur yaitu :

a. Struktur egalisasi : masing-masing anggota keluarga mempunyai hak yang sama dalam menyampaikan pendapat (demokrasi) b. Struktur yang hangat, menerima dan toleransi

c. Struktur yang terbuka, dan anggota yang terbuka: mendorong kejujuran dan kebenaran

d. Struktur yang kaku: suka melawan dan tergantung pada peraturan

e. Struktur yang bebas: tidak adanya aturan yang memaksakan f. Struktur yang kasar: menyiksa, kejam dan kasar

g. Suasanan emosi yang dingin: sukar berteman h. Disorganisasi keluarga: Stres emosional. 2. Pengertian Pendidikan Keluarga

Pendidikan keluarga merupakan salah satu pendidikan di jalur pendidikan informal. Menurut Coombs (Sudjana, 2004: 22) menjelaskan bahwa pendidikan informal merupakan kegiatan atau proses yang berlangsung sepanjang usia, sehingga setiap orang memperoleh nilai,


(46)

29

sikap, keterampilan dan pengetahuan yang bersumber dari pengalaman hidup seharai-hari, pengaruh lingkungan termasuk didalamnya adalah pengaruh kehidupan keluaraga, hubungan dengan tetangga, lingkungan pekerjaan, dan permainan, pasar, perpustakaan dan media massa.

Menurut Poggler (William J. Goode, 1995: 22) bahwa pendidikan keluarga bukanlah pendidikan yang diorganisasikan, tetapi pendidikan yang organik yang didasarkan pada spontanitas, intuisi, pembiasaan dan improvisasi. Hal ini dapat diartikan bahwa keluarga adalah segala usaha yang dilakukan oleh orang tua dan pembiasaan dan penerapan untuk membantu perkembangan pribadi anak. Perilaku para pendidik dalam pendidikan keluarga pada umumnya timbul secara spontan sesuai dengan munculnya keadaan.

Keluarga yang seharusnya menjadi pendidik yang utama dan pertama seringkali tergantikan baik disadari atau tidak disadari oleh berbagai sarana yang tersedia dengan begitu mudah diperoleh di sekolah, dari internet, atau teman-teman sepermainan (S.W Septiarti, 2015: 9). Jika diluar lingkungan keluarga anak-anak tidak diawasi bukan tidak mungkin anak-anak melakukan hal yang negatif, namun jika diluar lingkungan keluarga memberikan pengaruh secara edukatif, aman dari pengaruh negatif maka hal tersebut dapat mengembangkan kepribadianya. Pendidikan yang terjadi dalam lingkungan keluarga pada dasarnya akan terkait dengan sejumlah fungsi dasar yang melekat didalam keluarga. Fungsi-fungsi itu antara lain: mengekalkan anak, megatur dan melatih


(47)

30

anak, memberikan status inisial pada anak, mengatur dan mengontrol anak, menyediakan suatu lingkungan yang intim untuk kasih sayang dan persahabatan, menetapkan suatu dasar warisan kekayaan pribadi dan mensosialisasikan anggota baru.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan keluarga memiliki peran yang sangat penting didalam tumbuh kembang anak. Keluarga sebagai suatu lembaga atau masyarakat pendidikan yang pertama yang senantiasa berusaha memenuhi hak-hak anak dan serta merawat dan mendidiknya. Pendidikan keluarga merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh orang tua (suami dan istri) bagi anaknya untuk membimbing potensi jasmani dan rohani anak menuju kea arah kesempurnaan, sehingga terciptanya pribadi anak yang baik.

3. Aspek-Aspek Pendidikan dalam Keluarga a. Peran suami sebagai bapak

Seorang suami yang berperan sebagai kepala rumah tangga, tidak hanya berkewajiban untuk mencari nafkah bagi keluarganya, tetapi juga memiliki tanggung jawab dan kewajiban untuk membimbing istri dan anaknya dengan memberikan pendidikan baik pendidikan umum maupun pendidikan agama serta keterampilan yang dibutuhkan oleh istri dan anaknya dalam menjalani kehidupanya. b. Peran Istri sebagai ibu

Seoarang istri dalam sebuah keluarga juga berperan mendidik dan membimbing anaknya dengan baik. Selain itu seorang istri dalam


(48)

31

keluarga berperan sebagai sebagai ibu rumah tagga yang mengelola segala keperluan yang dibutuhkan oleh setiap anggota yang ada dialam keluarga tersebut.

c. Peran Anak

Anak merupakan anugerah dari Tuhan yang diberikan kepada kedua orang tua. Hadirnya anak akan membuat orang tua merasakan kebahagiaan, ketentraman dan kegembiraan dalam menjalani kehidupan. Jadi seorang anak berusaha untuk selalu memberikan kebahagiaan, ketentaraman, kebanggaan dan kegembiraan kepada kedua orang tua yang telah merawat, mendidik dan membimbingnya. 4. Tujuan Pendidikan Keluarga

Pada dasarnya tujuan pendidikan dalam keluarga adalah menanamkan nilai-nilai kebaikan dalam diri seorang anak sejak kecil. Menurut Weda Wahini (William J. Goode, 1995: 53) tujuan pendidikan dalam keluarga dibagi menjadi tiga aspek yaitu aspek pribadi, moral dan sosial. Berikut penjelasanya:

a. Aspek Pribadi

Dari aspek pribadi tujuan pendidikan keluarga yaitu orang tua mengajarkan kepada anak agar anak kedepanya menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Bertanggung jawab dalam artian anak kelak mampu menjadi individu yang dapat menjaga nama baik keluarga dan membanggakan kedua orang tua


(49)

32 b. Aspek Moral

Pendidikan dalam keluarga penting untuk memberikan bekal moral bagi anak. Keluarga merupakan tempat awal pendidikan dimulai. Pendidikan moral dalam keluarga tidak hanya berisi penyampaian mengenai apa yang benar dan apa yang salah. Anak pasti juga akan melihat tingkah laku orang tuanya. Oleh sebab itu orang tua bersikaplah dengan baik karena anak akan meniru perilaku orang tua. c. Aspek Sosial

Aspek ini bertujuan untuk menciptakan generasi yang berguna tidak hanya bagi dirinya sendiri, namun juga bagi lingkup sosial yang lebih besar. Sejak anak-anak telah ditanamkan nilai-nilai yang baik agar mampu menjadi pribadi yang baik kedepanya. Bekal yang ditanamkan orang tua bertujuan agar anak memiliki kepekaan terhadap lingkungan sekitarnya

Soelaeman (Husni, Suci M, Tarbawi vol 1 No. 2, 2012 : 88) menjelaskan bahwa dalam bahasa inggris kehidupan keluarga ini disebut dengan family life education. Tujuanya ialah agar masing-masing anggota keluarga dapat melaksanakan fungsi, tanggung jawab dan peranannya dengan baik, secara efektif dan memuaskan selaras dengan kedudukanya dalam keluarga itu.

Ketika setiap anggota keluarga mampu melaksanakan peran dan fungsinya masing-masing. Maka akan terwujud keluarga yang bahagia, sejahtera dan harmonis. Oleh karena itu, demi terlaksananya pendidikan


(50)

33

keluarga dengan baik, maka setiap anggota keluarga harus menjalankan peran dan fungsinya masing-masing.

C. Tinjauan Tentang Hak Anak

Masa kanak-kanak adalah masa yang tidak akan pernah terulang, sehingga hak-hak anak yang harus mereka peroleh pada masa kanak-kanak harus diberikan pada masa itu. Namun seperti yang sudah dijelaskan dilatar belakang di atas bahwa masih ada kasus kejahatan terhadap anak. Dengan masih adanya kasus-kasus yang menyangkut anak maka sebagai bukti tanggung jawab pemerintah Indonesia merngamandemen UU No 23 tahun 2002 ke UU No 35 Tahun 2014 pasal 1 ayat 2 tentang hak anak, yaitu bahwa perlidungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melidungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Sekali hak-hak anak tidak terpenuhi maka mereka tidak akan pernah dapat menikmati selama hidupnya. Ada beberapa alasan mengapa hal itu penting, antara lain: anak adalah amanah dan sekaligus karunia Tuhan yang senantiasa harus dijaga dan dilindungi karena dalam dirinya melekat harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Anak memiliki hak-hak dasar yaitu hak untuk dapat hidup, tumbuh dan berkembang serta berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan.

Setiap anak Indonesia berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat


(51)

34

kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan yang dijamin oleh undang-undang. (Kebijakan Partisipasi Anak, Permeneg PP&PA No.3, 2011)

1. Pengertian Anak

Menurut Haditono (Wagiati Soetodjoe, 2006: 37) anak adalah makhluk yang membutuhkan kasih sayang, pemeliharaan, dan tempat bagi perkembangannya. Selain itu anak merupakan bagian dari kelurga dan keluarga memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar tingkah laku yang penting untuk perkembanganya dalam kehidupan bersama. Anak juga makhluk sosial sama seperti orang dewasa. Anak juga sama dengan orang dewasa yaitu makhluk sosial. Anak akan membutuhkan orang lain untuk bisa membantu mengembangkan kemampuanya, karena pada dasarnya anak lahir dengan segala keterbatasan dan kelemahan sehingga tanpa adanya orang lain anak tidak mungkin bisa mencapai suatu taraf kemanusiaan yang normal.

Menurut Bagong Suyanto (2013: 17) bahwa anak tidaklah sama dengan orang dewasa, anak mempunyai kecenderungan untuk menyimpang dari hukum dan ketertiban yang disebabkan oleh, keterbatasan pengetahuan, dan pengertian terhadap kenyataan di kehidupan. Anak akan lebih mudah meniru atau belajar dengan contoh-contoh yang diterimanya dari aturan-aturan yang bersifat memaksa. Anak dalam masa perkembangan dan pertumbuhanya sangat perlu untuk mendapatkan perhatian, perhatian yang paling utama adalah perhatian


(52)

35

orang tua atau keluarga, karena pendidikan yang paling utama adalah keluarga.

Anak merupakan investasi dan bibit generasi sebagai penerus bangsa, oleh karena itu selayaknya mereka memperoleh pendidikan yang baik, layak, nyaman dan aman untuk menunjang masa depan yang cerah, sehingga diharapkan potensi yang ada didalam dirinya dapat berkembang secara optimal sesuai dengan umur perkembanganya. Perkembangan dan pertumbuhan anak perlu perhatian yang khusus, karena perekembangan dan pertumbuhan anak akan sangat menentukan perekembangan selanjutnya dalam rangka membentuk anak yang mandiri, cerdas dan bermoral.

Setiap anak pasti memiliki rasa ingin tahu dan pendidikan disini harus mampu menumbuhkan dan mengasah rasa ingin tahu yang ada didalam diri anak. Anak yang baru lahir tentu sudah memiliki potensi untuk belajar, dan dari belajar itu anak dapat mengembangkan diri dalam berbagai macam kegiatan. Jadi dapat disimpulkan bahwa anak merupakan suatu makhluk hidup yang sedang dalam taraf perkembangan yang memiliki perasaan, kehendak sendiri, pikiran yang semua sifat-sifat dan struktur itu akan berlainan atau tidak sama pada tiap fase masa perkembangan anak

2. Hak-Hak Anak

Anak merupakan genenerasi penerus bangsa yang wajib dan harus difasilitasi untuk menampung bakatnya. Oleh sebab itu anak memiliki 4


(53)

36

hak dasar yang wajib dipenuhi oleh keluarga (orang tua), hak dasar anak yang harus dan wajib dipenuhi antara lain:

a. Hak Hidup

Setiap anak berhak untuk hidup dan mempertahankan hidupnya. Meski ada anak-anak yang tidak diinginkan oleh orang tuanya, tetapi anak memiliki hak untuk tidak diaborsi. Contoh hak hidup ini antara lain: berhak mendapatkan kasih sayang orang tua, asi ekslusif, akte kelahiran, pangan, sandang dll.

b. Hak Tumbuh dan Berkembang

Hak tumbuh dan berkembang merupakan hak dimana anak berhak mendapatkan fasilitas untuk dapat tumbuh dan berkembang sehingga dapat menjadi pribadi yang berkualitas. Contoh hak tumbuh dan berkembang antara lain: anak berhak mendapatkan untuk mendapatkan gizi yang baik, pendidikan yang layak, kesehatan dll. c. Hak Perlindungan

Setiap anak berhak mendapatkan rasa yang aman dari segala sesuatu yang membahayakan anak. Anak berhak untuk mendapatkan perlindungan baik dari kekerasan atau kejahatan fisik maupun psikis, dll.

d. Hak Partisipasi

Bahwa setiap anak berhak untuk menyampaikan pendapat, memiliki suara dalam musyawarah keluarga, memiliki hak untuk berkeluh


(54)

37

kesah atau curhat, memilih pendidikan sesuai dengan bakat dan minat dll.

Hak anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan Negara. Hak yang sangat penting dan wajib terpenuhi yaitu hak pendidikan anak. Hak pendidikan anak adalah hak untuk memperoleh pendidikan sebagaimana diamanatkan didalam Undang-Undang, yang dijabarkan dalam bentuk pendidikan non formal, pendidikan informal dan pendidikan formal dari pendidikan dasar hingga pendidikan menengah.

Pemenuhan hak pendidikan anak disini ialah pemenuhan hak pendidikan diluar kegiatan sekolah. Sesuai dengan konsep pendidikan luar sekolah bahwa pendidikan diluar kegiatan sekolah adalah sebagai pendidikan pelengkap, penambah, dan pengganti. Sebagai pendidikan pelengkap artinya untuk melengkapi kemampuan anak dengan jalan memberikan pengalaman belajar yang tidak diperoleh dalam kurikulum pendidikan formal. Sebagai pendidikan penambah artinya untuk menambah kemampuan anak, yang mana kemampuan tersebut dapat diterima dan diasah dilingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Sedangkan sebagai pendidikan pengganti artinya meneyediakan kesempatan belajar bagi anak-anak yang karena alasan, tidak memperoleh kesempatan untuk mendapatkan haknya yaitu mendapatkan pendidikan yang layak.


(55)

38

Didalam Konverensi Hak Anak yang sudah disahkan dalam Keppres No. 36/1990, juga terdapat sejumlah prinsip lain yang harus diperhatikan dalam pemenuhan hak pendidikan anak, yaitu sebagai berikut:

a. Berdasarkan pasal 28 ayat 2, maka harus ada jaminan bahwa disiplin sekolah dilaksanakan dalam cara yang sesuai dengan martabat manusia sianak dan sesuai dengan konvensi ini tanpa tindak kekerasan.

b. Berdasarkan pasal 29, maka pendidikan anak harus diarahkan pada: (a) Pengembangan kepribadian, bakat dan kemampuan mental

fisik pada potensi terpenuh mereka;

(b) Pengembangan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan dasar dan prinsip-prinsip yang diabadikan dalam piagam PBB;

(c) Pengembangan penghormatan terhadap orang tua anak, jati diri budayanya sendiri, bahasa dan nilai-nilainya sendiri terhadap nilai-nilai nasional dari Negara diamana anak itu sedang bertempat tinggal, negara anak itu mungkin berasal dan terhadap peradaban-peradaban yang berbeda dengan miliknya sendiri;

(d) Persiapan anak untuk kehidupan yang bertanggung jawab dalam suatu masyarakat yang bebas, dalam semangat saling pengertian, perdamaian, tenggang rasa, persamaan jenis kelamin dan persahabatan antara semua bangsa, etnis, warga negara dan kelompok agama dan orang-orang asal pribumi; (e) Pengembangan untuk menghargai lingkungan alam.

Selain itu Hak tersebut dipertegas kembali dalam amandemen UUD 1945 pada tahun 2000 yaitu pasal 28c ayat (1) yang berbunyi:

“Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia”

Dalam Peraturan Pemerintah Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 11 tahun 2011, hak anak adalah bagian dari


(56)

39

hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh keluarga (orang tua), masyarakat dan Negara. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan Anak, telah disebutkan sejumlah hak yang harus dimiliki anak, diantaranya adalah hak untuk hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Peraturan Pemerintah Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 12 tahun 2011 menyebutkan bahwa pemenuhan hak anak dibagi menjadi lima kluster hak anak yaitu

a. Hak sipil dan kebebasan

Mencakup hak anak untuk mendapatkan Kutipan Akta Kelahiran, fasilitas informasi yang layak anak dan berorganisasi.

b. Lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif

Tersedianya lembaga kesejahteraan sosial anak, lembaga kosultasi perawatan dan pengasuhan anak.

c. Kesehatan dasar kesejahteraan

Anak berhak untuk mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) ekslusif, mendapatkan kecukupan gizi, memperoleh akses peningkatan kesejahteraan anak, akses air bersih, tersedia kawasan bebas merokok dan lain-lain.

d. Pendidikan, pemanfaatan waktu luang dan kegiatan budaya.

Seorang anak mendapatkan hak untuk berpartisipasi dalam pendidikan anak usia dini, wajib belajar pendidikan 12 (dua belas) tahun, sekolah ramah anak dan lain-lain.

e. Perlindungan Khusus

Setiap anak berhak untuk mendapatkan perlindungan dan memperoleh pelayanan.

Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak juga menyebutkan bahwa perlindungan khusus diberikan kepada:

a. Anak dalam situasi darurat (anak pengungsi, anak korban kerusuhan, anak korban bencana alam, anak dalam situasi konflik bersenjata) b. Anak yang berhadapan dengan hukum


(57)

40

c. Anak dari kelompok minoritas dan terisolasi

d. Anak tereksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual e. Anak yang diperdagangkan

f. Anak yang menjadi penyalahgunaan narkotika, alcohol, psikotropika dan zat adiktif lainya (napza)

g. Anak korban penculikan, penjualan dan perdagangan h. Anak korban kekerasan baik fisik dan/atau mental i. Anak koban perlakuan salah

j. Penelantaran

k. Anak yang menyandang cacat 3. Kesejahteraan Anak

Kata kesejahteraan selalu dikaitkan dengan tingkat ekonomi masyarakat yang semakin baik dan segala sesuatu yang akan mendatangkan kesengsaraan berkurang sehingga kualitas hidup masyarakat semakin meningkat, baik secara moral maupun materiil.

Menurut Undang-Undang No 4 Tahun 1979, Pasal 2 Tentang Kesejahteraan Anak, menjelaskan bahwa :

(1) Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam keluargnya maupun didalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar.

(2) Anak nerhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya, sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa untuk menjadi warga negara yang baik dan berguna.

(3) Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan.

(4) Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkunga hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar.

Orang tua merupakan orang yang pertama dan paling utama yang bertanggung jawab atas terwujudnya kesejahteraan anak. Hal ini juga termaktub di Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 Pasal 9 tentang Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Kesejahteraan Anak yang berbunyi


(58)

41

“Orang Tua adalah yang pertama-tama bertanggung jawab atas terwujudnya kesejahteraan anak baik secara rohani, jasmani mapun sosial”

Usaha-usaha yang dilakukan untuk kesejahteraan anak juga diatur didalam Undang-Undang No 4 Tahun 1979 pasal 11 tentang Usaha Kesejahteraan Anak Menjelaskan :

(1) Usaha kesejahteraan anak terdiri atas usaha pembinaan, pengembangan, pencegahan dan rehabilitasi.

(2) Usaha kesejahteraan anak dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.

(3) Usaha kesejahteraan anak yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat dilaksanakan baik didalam maupun diluar panti.

(4) Pemerintah mengadakan pengerahan, bimbingan, bantuan dan pengawasan terhadap, usaha kesejahteraan anak yang dilakukan oleh masyarakat.

(5) Pelaksanaan usaha kesejahteraan anak sebagai termaktub dalam ayat (1), (2), (3), dan (4) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial dijelaskan bahwa kesejahteraan adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan, material, spiritual, dan sosial agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri.

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kesejahteraanan anak adalah suatu kondisi dimana anak terpenuhi kebutuhan lahir, batin, maupun sosialnya. Untuk pemenuhan kesejahteraan anak tersebut, maka hak-hak dan kebutuhan dasar anak yang sudah dijelaskan diatas harus terpenuhi untuk perekembangan maupun pertumbuhan sang anak.


(59)

D. Penge L Yogya s k k m l k D yang h (tingka terpen Proses melipu Sum Ba F ertian Kam Laporan A akarta (2012 suatu progra kampung be kesempatan menuju kam layak kemb kebutuhan d Dalam pemb harus terpe at RW) da nuhi maka a s-proses da uti:

mber : Kantor agan 2: Pros ocus Group Pembentu

mpung Ram Akhir Kaji 2:113) menj

am yang di erupa usah tumbuh d mpung yang bang dengan dasar hidup. bentukan K enuhi yaitu an inisiatif ada proses-p alam memb r Pemberdayaa ses Pembent Implem W p Discussion indika ukan Gugus Kampun Me Sosialisas 42 mah Anak an Pengem jelaskan bah ilakukan ole a pemenuh dan berkem g mampu m

n dasar ke . Kampung Ra komitmen masyaraka proses dalam bentuk Kam an Masyaraka tukan Kamp Monitorin mentasi prog Workshop pen n (FGD) pen ator KRA ya

Tugas Kam ng Yang Di embangun K si Kebijakan

mbangan K hwa, Kamp eh warga ya han hak sip

mbang ber memberi ke sehatan, pe amah Anak pengambil at. Apabila m membent mpung Ram

at dan Peremp pung Rama ng Dan Eval gram pen nyusunan p nilaian statu ang berisi 60 mpung Rama Sk-kan Ole Komitmen B n Kota Laya

Kota Laya ung Ramah ang tergabu pil anak unt rdasarkan k enyamanan, endidikan s

(KRA) mem l kebijakan dua syara tuk Kampun mah Anak uan Yogyakar h Anak luasi ndampingan program us kampung 0 indikator, ah Anak Da eh Keluraha Bersama ak Anak (KL

ak Anak h Anak adala ung dalam r

tuk membe kondisi rea layak hun serta pemen

miliki dua s n ditingkat at di atas s ng Ramah A

menurut K

rta (KPMP) n

g dengan ala an Forum A an LA) Kota ah: rukun erikan alistik ni dan nuhan syarat lokal sudah Anak. KPMP at ukur Anak


(60)

43

Melalui FGD Kampung Ramah Anak yang diselenggarakan oleh Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (KPMP) di RW 01 Jlagran pada hari Minggu, tanggal 12 April 2015 menjelaskan Kampung Ramah Anak adalah pembangunan yang berbasis dari RW, yang menyatukan komitmen dan sumber daya lokal, masyarakat dan dunia usaha yang berada di lingkungan setempat, dalam rangka :

a. Menghormati b. Menjamin

c. Memenuhi hak anak

d. Melindungi anak dari tindakan kekerasan, eksploitasi, pelecehan, dan diskriminasi

e. Mendengar pendapat anak f. Direncanakan secara sadar g. Menyeluruh dan berkelanjutan

Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 2010 Pasal 11 tentang Petunjuk Teknis Kabupaten/Kota Layak Anak Di Desa/Kelurahan tertulis “Dalam Mengembangkan Desa/Kelurahan Layak Anak dapat melibatkan masyarakat, keluarga, anak, lembaga masyarakat dan dunia usaha”. Dari Undang-undang tersebut tersirat bahwa dalam mengembangkan Kampung Ramah Anak agar tercipta Kota Layak Anak sangat perlu dengan adanya partisipasi masyarakat.

Menurut Arif Rohman (23: 2014) masyarakat beranggapan jika pemerintah atau politik merupakan usaha menggerakan anggota masyarakat untuk tujuan kebaikan. Kampung Ramah Anak merupakan program yang digagas oleh pemerintah kota Yogyakarta sebagai upaya menggerakan anggota masyarakat untuk berpartisipasi dalam memenuhi hak anak. Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa Kampung Ramah Anak merupakan langkah awal untuk menciptakan Kota Layak Anak. Kota Layak


(61)

44

Anak (KLA) merupakan strategi pembangunan kabupaten/kota yang mengintegrasikan komitmen dan sumber daya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha yang terencana secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam program dan kegiatan pemenuhan hak anak. Tujuannya adalah untuk melindungi hak anak dari segala bentuk kekerasan serta memberikan kesempatan bagi anak untuk mengeksperesikan diri di kotanya sendiri. Kebijakan program Kota Layak Anak (KLA) digagas karena adanya kekerasan anak, keadaaan anak yang belum merasa aman di tempat umum bahkan di rumah dan tempat bermain bagi anak-anak yang masih kurang. E. Kajian Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Fima Windyawatami Nurmiayuni (2014) yang berjudul “Partisipasi Masyarakat Dalam Program Keaksaraan Fungsional Melalui Peningkatan Budaya Tulis Koran Ibu Di Rumah Pintar Nuraini Desa Jeruksari Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa partisipasi masyarakat dalam program keaksaraan fungsional melalui peningkatan budaya tulis koran ibu di Rumah Pintar Nuraini di Desa Jeruksari, Wonosari, Gunungkidul dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pihak yang berpartisipasi dalam program keaksaraan ini antara lain pengelola rumah pintar, ibu-ibu warga sekitar. Partisipasi masyarakat dalam proses penyelenggaraan program keaksaraan fungsional melalui budaya tulis koran ibu di Rumah Pintar Nuraini meliputi perencaanan, pelaksanaan dan evaluasi.


(62)

45

2. Peneletian yang dilakukan oleh Fariz Afifah (2013) yang berjudul “Partisipasi Masyarakat Dalam Pengawasan Pelayanan Publik (Studi Kasus: Implementasi Program Audit Sosial Di Lembaga Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta). Hasil dari penelitin ini menunjukan bahwa partisipasi masyarakat dalam pengawasan pelayanan publik berperan penting dan cukup efektif dalam terselenggaranya pelayanan publik yang berkualitas. Adanya partisipasi masyarakat dalam mengawasi pelayanan publik dari waktu ke waktu. Partisipasi masyarakat diwujudkan dalam keaktifan masyarakat seperti menyampaikan laporan melalui SMS, datang langsung ke kantor LOD serta melalui program audit sosial. Adanya program audit sosial terjalin kemitraan antara LOD DIY dan masyarakat dalam melakukan pengawasan pelayanan publik.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Yusniati (2011) yang berjudul “Partisipasi Masyarakat Dalam Penyelenggaraaan Pendidikan Taman Kanak-Kanak Di Desa Sinduharjo Kecamatan Ngaglik Sleman”. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pihak-pihak yang berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan Taman Kanak-kanak di beberapa Taman Kanak-kanak di Desa Sinduharjo antara lain, orang tua, komite sekolah, takmir masjid, remaja masjid, warga sekitar, penerbit buku, dan pihak kelurahan Desa Sinduharjo. Wujud partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan Taman Kanak-Kanak di Desa Sinduharjo berupa dana, barang, tenaga dan pemikiran. Disisi lain beberapa Taman


(63)

46

Kanak-Kanak, penyelenggaraan pendidikan berjalan karena kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi seperti iuran SPP dan bantuan wajib lainya.

Dari berbagai penelitian yang pernah dilakukan di atas ada persamaan dan perbedaannya dengan penelitian yang dilakukan. Persamaan dengan penelitian yang sudah ada yaitu mengenai partisipasi masyarakat tetapi fokus penelitian berbeda-beda baik dari segi setting penelitian ataupun pokok permasalahan yang diteliti seperti tentang kebijakan dan implementasinya. Dengan penelitian yang sudah dilakukan di atas bahwa sejauh ini belum ada penelitian yang membahas tentang partisipasi masyarakat dalam memenuhi hak pendidikan anak di RW 01 Jlagran, Pringgokusuman, Yogyakarta.

F. Kerangka Berfikir

Bagan 3. Kerangka Berfikir Warga

Masyarakat Kampung Ramah

Anak

Bentuk Partisipasi

Faktor Pendukung dan Penghambat Partisipasi

Manfaat

Tenaga Dana Pemikiran/

ide

Pengawasan Partisipasi


(64)

47

Kampung Ramah Anak merupakan program yang dilakukan oleh warga yang tergabung dalam rukun kampung berupa usaha pemenuhan hak anak untuk memberikan kesempatan tumbuh dan berkembang. Anak-anak disini yaitu individu yang berusia 0-18 tahun dan mereka adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Oleh karena itu agar pertumbuhan dan perkembangan anak bisa sesuai dengan yang diharapakan orang tua pada khususnya dan masyarakat pada umumnya bisa memenuhi 4 hak dasar anak.

Keluarga dan warga masyarakat (Partisipasi Masyarakat) memiliki peran yang cukup penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Karena keluarga dan warga masyarakat adalah suatu pintu utama yang dilalui oleh anak atau individu yang menjadi sarana awal dan pokok dalam membentuk kepribadian, dari keluargalah seseorang melangkah keluar. Didalam keluarga individu dapat hidup bersama dengan sekelompok orang secara akrab.

Malalui alur penelitian di atas akan melihat bagaimana bentuk-bentuk partisipasi masyarakat, yang meliputi bentuk partisipasi dalam memberikan sumbangan fisik/tenaga, sumbangan dana atau finansial, sumbangan buah fikiran atau ide, dan sumbangan pengawasan terhadap anak. Selain itu apa saja faktor pendukung dan penghambat partisipasi masyarakat dalam memenuhi hak pendidikan anak di RW 01 Pringgokusuman Yogyakarta. Serta manfaat partisipasi masyarakat yang dirasakan.


(65)

48 G. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam memenuhi hak pendidikan anak dengan adanya Kampung Ramah Anak di RW 01 Jlagran, Pringgokusuman, Yogyakarta?

a. Apa alasan masyarakat ikut berpartisipasi dalam memenuhi hak pendidikan anak?

b. Bagaimana bentuk partisipasi masyarakat dalam memenuhi hak pendidikan anak di RW 01 Jlagran, dengan adanya Kampung Ramah Anak?

c. Apa manfaat partisipasi masyarakat bagi anak-anak di Kampung Ramah Anak (KRA) Jlagran ?

2. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat partisipasi masyarakat dalam memenuhi hak pendidikan anak di Kampung Ramah Anak RW 01 Jlagran, Pringgokusuman, Yogyakarta?


(66)

49 BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Jonathan Sarwono (2006 : 193) mendefinisikan pendekatan kualitatif adalah suatu proses yang mencoba untuk mendapatakan pemahaman yang lebih baik mengenai kompleksitas yang ada didalam interaksi manusia.

Sedangkan menurut Sugiyono (2012: 1) mengatakan penelitian kualitatif adalah penelitian yang naturalistik karena penelitianya dilakukan pada kondisi yang alamiah, dimana seorang peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan datanya dilakukan secara gabungan (triangulasi) analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian ini lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Menurut Bogdan dan Biklen (Moleong, 2010: 3) ada beberapa jenis dalam penelitian kualitatif yaitu etnografi, inkuiri naturalistik, etnometodologi, ekologis, dan studi kasus. Penelitian kualitatif ini lebih spesifik diarahkan pada jenis studi kasus. Menurut Creswell (Imam Gunawan. 2013:115) menjelaskan studi kasus merupakan penelitian dimana peneliti itu menggali suatu fenomena (kasus) tertentu dalam suatu waktu atau kegiatan serta mengumpulkan informasi secara terinci dan mendalam dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data selama periode tertentu. Penelitian studi kasus sebagai salah satau strategi penelitian kualitatif. Jenis studi kasus


(67)

50

dilakukan untuk mengungkapkan secara terperinci dan menyeluruh terhadap objek yang diteliti.

Imam Gunawan (2013: 113) memaparkan penelitian studi kasus yang baik, harus dilakukan secara langsung dalam kehidupan sebenarnya dari kasus yang diselidiki. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa studi kasus adalah penelitian yang dilakukan tehadap suatu objek yang disebut sebagai suatu kasus, dan dilakukan secara menyeluruh dan utuh.

Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif jenis studi kasus berupaya menggambarkan apa yang sudah diamati, didengar, dirasakan dan dipikirkan dari suatu gejala, fenomena atau kasus dilapangan secara terperinci dan mendalam. Dalam penelitian ini digambarkan partisipasi masyarakat yang tinggal di daerah padat penduduk yang berada di bantaran sungai Winongo, perlintasan rel kereta api dan jalan raya yang selalu diidentikan dengan kerantanan sosial dan masalah sosial seperti kemiskinan. Dengan adanya permasalahan tersebut bagaimana partisipasi masyarakat dalam memenuhi hak pendidikan anak di Kampung Ramah Anak (KRA) RW 01 Jlagran, Pringgokusuman, Gedongtengen, Yogyakarta. Oleh sebab itu pendekatan yang tepat untuk meneliti adanya suatu keunikan dan fenomena kehidupan masyarakat yang tinggal di Jlagran ialah dengan menggunakan pendekatan kualitatif jenis studi kasus.

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian merupakan sumber atau pemberi informasi atau keterangan mengenai data-data yang diperlukan. Menurut Aswani Sudjud


(68)

51

(Jonathan Sarwono, 2006: 193) ada dua hal yang sering ditemui dalam penelitian yaitu subyek dan obyek penelitian. Subyek dan obyek penelitian penelitian ini memiliki perbedaan. Subyek peneletian adalah orang, hewan atau benda yang akan dijadikan data penelitian sedangkan obyek penelitian adalah sesuatu yang akan dijadikan sasaran untuk diselidiki.

Subyek dalam penelitian ini adalah orang-orang yang menjadi informasi yang dapat memberikan data yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah: 1) Anak-anak Kampung Ramah Anak RW 01 Jlagran 2) Warga masyarakat Kampung Ramah Anak RW 01 Jlagran. 3) Tokoh masyarakat Kampung Ramah Anak, RW 01 Jlagran Pringgokusuman, sebagai informan utama yang diambil sesuai dengan kriteria yang akan diteliti baik dari segi tingkat pendidikan, usia, yang terlibat langsung dalam struktur organisasi kampung ramah anak maupun yang tidak terlibat secara langsung, serta semua pihak yang ada di Kampung Ramah Anak RW 01 Jlagran, Pringgokusuman, Yogyakarta.

Sedangkan obyek yang dikaji dipenelitian ini adalah partisipasi masyarakat RW 01 Jlagran, Pringgokusuman dalam memenuhi hak pendidikan anak.

C. Setting Penelitian

Lokasi penelitian ini di Kampung Ramah Anak, RW 01 Jlagran yang beralamatkan di RW 01 Kelurahan Pringgokusuman, Kecamatan Gedongtengen, Kota Yogyakarta. Kampung Ramah Anak (KRA) RW 01 Jlagran dijadikan sebagai setting penelitian karena sebagai salah satu kampung


(69)

52

yang berada di pusat kota yang mana tempat tinggal mereka berada di bantaran sungai Winongo, jalan raya dan perlintasan rel kereta api yang cenderung identik dengan permasalahan sosial, tempat yang kumuh dan padat penduduk.

D. Teknik Pengumpulan Data

Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peniliti itu sendiri, dengan dibantu alat atau instrumen yaitu pengamatan atau observasi, dokumentasi dan wawancara.

1. Pengamatan atau Observasi

Kegiatan observasi meliputi atau melakukan pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan.

Menurut Sugiyono (2012: 64-65) mengatakan observasi merupakan alat pengumpul data yang harus sistematis. Artinya observasi serta pencatatanya dilakukan sesuai dengan prosedur dan aturan tertentu. Secara garis besar observasi bisa dilakukan dengan :

a. Observasi Patisipan (adanya partisipasi langsung dari peneliti) b. Observasi Non Partisipan (tidak adanya partisipasi dari peneliti)

Observasi ini bertujuan untuk memperoleh data-data yang tidak dibuat-buat atau alami. Penelitian ini menggunakan pengamatan partisipan, jadi peneliti berinteraksi dan terlibat secara langsung dengan subyek penelitian. Partisipasi disini peneliti tidak dapat mengendalikan


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)