Plt Walikota masih berlaku ketika Walikota nonaktif kembali diangkat menjadi kepala daerah definitif dan Walikota definitif tidak sepakat dengan Pelaksana Tugas
Plt Walikota mengenai perizinan tersebut. Hal ini pasti membuat pihak yang diberikan izin merasa dirugikan dan pada akhirnya akan menimbulkan sederet
persoalan.
c. Membuat kebijakan tentang pemekaran daerah yang bertentangan dengan kebijakan pejabat sebelumnya
; Pemekaran daerah merupakan salah satu tipe dari pembentukan daerah. secara
filosofis tujuan pemekaran daerah terdapat dua kepentingan, yaitu pendekatan pelayanan umum pemerintahan kepada masyarakat dan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat setempat.
105
Landasan hukum pemekaran daerah diatur dalam pasal 4 ayat 3 dan 4 serta pasal 5 ayat 1 Undang-Undang 32 Tahun 2004
sebagai berikut: Pasal 4 ayat 3:
“Pembentukan daerah dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau bagian daerah yang bersanding atau pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau
lebih.” Pasal 4 ayat 4:
“Pemekaran dari satu daerah menjadi 2 dua daerah atau lebih sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dapat dilakukan setelah mencapai batas minimal usia
penyelenggaraan pemerintahan.”
105
Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta: 2008, hal.5.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 5 ayat 1: “Pembentukan daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 harus memenuhi
syarat administratif, teknis, dan fisik kewilayahan.”
d. Membuat kebijakan yang bertentangan dengan kebijakan penyelengaraan pemerintahan dan program pembangunan pejabat sebelumnya.
Menurut Werf yang dimaksud dengan kebijakan adalah usaha mencapai tujuan tertentu dengan sarana tertentu dan dalam urutan tertentu. Sedangkan kebijakan
pemerintah mempunyai pengertian baku yaitu suatu keputusan yang dibuat secara sistematik oleh pemerintah dengan maksud dan tujuan tertentu yang menyangkut
kepentingan umum. Kebijakan pemerintah pusat bisa berupa Peraturan Pemerintah PP, Keputusan Menteri Kepmen dan lain-lain. Sedangkan jika kebijakan
pemerintah daerah akan melahirkan Surat Keputusan, Peraturan Daerah Perda dan lain sebagainya.
106
Hal-hal yang menjadi larangan bagi Pelaksana Tugas Plt Kepala Daerah dikecualikan apabila telah mendapat persetujuan tertulis dari Mendagri selaku
delegans. Persetujuan
tertulis Mendagri
diatur dengan
keputusan Mendagri
No.B32.24127SJ. Kewenangan Plt. Walikota dalam hal melakukan mutasi tetap harus mengedepankan unsur profesionalisme kompetensi pegawai dan mengisi
kekosongan jabatan struktural.
107
106
http:103.10.169.96xmluibitstreamhandle1234567894616Jurnal.pdf?sequence=1diak ses tanggal 21022014, jam 10.10 wib.
107
http:www.suaramerdeka.comv2index.phpreadnews20120701122874Kewenangan- Plt-Wali-Kota-Terbatasdiakses tanggal 05022014, jam 00.30 wib.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan teori kewenangan, kewenangan yang dimiliki oleh Pelaksana Tugas Plt tidak hanya bersumber dari atributsi kewenangan, melainkan juga bersumber
dari adanya delegasi kewenangan karena Pelaksana Tugas Plt Walikota menjalankan semua tugas Walikota sebagaimana mestinya kecuali 4 empat hal
yang diatur dalam Pasal 132 A PP Nomor 49 Tahun 2008.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PERAN PELAKSANA TUGAS Plt WALIKOTA DALAM
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KOTA MEDAN MENURUT HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
A. Landasan Hukum Pelaksana Tugas Walikota Medan
Pelaksana Tugas Plt Walikota atau Pelaksana Tugas Plt Kepala Daerah diangkat apabila Kepala Daerahnya berhalangan karena meninggal dunia,
mengundurkan diri, diberhentikan, atau terkena masalah hukum. Sebelum ada pejabat yang diangkat secara definitif, yang melaksanakan tugas dan kewajiban
Kepala Daerah itu dinamakan Pelaksana Tugas Plt. Pada saat ini di Kota Medan yang menjadi Plt. Walikota adalah Wakil Walikota Medan. Sebagaimana kita
ketahui salah satu tugas Wakil Walikota yaitu melaksanakan tugas dan wewenang kepala daerah apabila Kepala Daerah berhalangan.
Hal yang melatar belakangi diangkatnya Pelakasana Tugas Plt Walikota Medan disebabkan karena Walikotanya terkena masalah hukum dalam Kasus Korupsi.
sebagaimana disebut pada pasal 126 ayat 1 Dan Pasal 130 ayat 1 PP No 6 Tahun 2005;
Pasal 126 ayat 1: “Kepala Daerah danatau Wakil Kepala Daerah diberhentikan sementara oleh
Presiden tanpa melalui usulan DPRD karena didakwa melakukan tindak pidana korupsi, tindak pidana terorisme,makar, danatau tindak pidana terhadap
keamanan Negara.”
Universitas Sumatera Utara