lebih tinggi. Daerah terikat melaksanakan peraturan perundang-undangan, termasuk yang diperintahkan atau diminta dalam rangka tugas pembantuan.
Sebagian urusan yang dilaksanakan menurut asas tugas pembantuan antara lain; urusan haji, urusan bencana alam, lingkungan hidup, olahraga, kepemudaan dan lain-
lain.
48
E. Pelimpahan dan Penyerahan Kewenangan
Seiring dengan pilar utama negara hukum, yaitu asas legalitas legaliteitsbeginsel atau het beginsel van wetmatigheid van bestuur, berdasarkan prinsip ini tersirat
bahwa wewenang pemerintahan berasal dari peraruran perundang-undangan, artinya sumber wewenang bagi pemerintah adalah peraturan perundang-undangan. Secara
teoritis, kewenangan yang bersumber dari peraturan perundang-undangan tersebut diperoleh melalui tiga cara yaitu, atribusi, delegasi dan mandat. Mengenai hal ini
H.D Van WijkWillem Konijnenbelt mendefinisikan sebagai berikut:
49
1 Atribusi adalah pemberian wewenang pemerintahan oleh pembuat undang-
undang kepada organ pemerintah. 2
Delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan dari suatu organ pemerintahan kepada organ pemerintahan yang lainnya.
3 Mandat terjadi ketika organ pemerintahan mengizinkan kewenangannya
dijalankan oleh organ lain atas namanya.
48
Tjahya Supriatna, Sistem Administrasi Pemerintahan di Daerah, Bumi Aksara, Jakarta: 1996, hal. 79.
49
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Rajawali Pers, Jakarta: 2006, hal. 103.
Universitas Sumatera Utara
F. Good Governance Dalam Pemerintahan Daerah
Dalam kaitannya dengan otonomi daerah, prinsip good governance dalam praktiknya adalah dengan menerapkan prinsip penyelenggaraan pemerintah yang
baik dalam setiap pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan serta tindakan yang dilakukan oleh birokrasi pemerintahan daerah dalam melaksanakan fungsi
pelayanan publik. Dalam hal ini, warga masyarakat daerah didorong untuk berpartisipasi secara konstruktif dalam pengambilan kebijakan di daerah. selain itu,
penegakan hukum dilaksanakan guna mendukung otonomi daerah dalam konsepsi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Juga, para pengambil kebijakan di daerah
bertanggungjawab kepada publik dalam menentukan arah kebijakan daerah sehingga tidak ada satu lembaga publik apa pun di daerah yang tidak berada di dalam
jangkauan pengawasan publik.
50
Dalam menerapkan prinsip good governance ini, seluruh aparatur penyelenggara pemerintahan daerah dituntut mempunyai perspektif good governance. Prinsip ini
sebenarnya sejalan dengan asas umum pemerintahan yang baik yang selama ini menjadi sandaran dalam penyelenggaraan pemerintahan umum di Indonesia. Asas ini
menghubungkan esensi norma hukum dan norma etika yang merupakan norma tidak tertulis. Aparatur pemerintahan daerah dituntut memahami kedua esensi norma
tersebut dengan tujuan agar penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah tidak berada pada dua sisi yang bertentangan dengan hukum dan etika di
dalam masyarakat daerah. Demikian juga dalam pengambilan kebijakan dan keputusan di daerah, arah
tindakan aktif dan positif pemerintah daerah haruslah berlandaskan pada
50
Hari Sabarno, Memandu Otonomi Daerah Mejaga Kesatuan Bangsa, Sinar Grafika, Jakarta: 2007, hal. 18
Universitas Sumatera Utara
penyelenggaraan kepentingan umum. Sudah menjadi tugas penyelenggaraan pemerintahan daerah untuk menjaga kepentingan umum tersebut guna mencapai
harapan daerah dalam rangka memperkuat kesatuan bangsa. Kepentingan umum ini juga pada hakikatnya mencakup kepentingan nasional dalam arti bangsa,
masyarakat, dan negara Indonesia. Landasan kepentingan umum inilah yang akan mengatasi kepentingan individu, golongan, dan daerah dalam pengambilan
kebijakan. Kepentingan nasional juga menjadi tujuan eksistensi pemerintahan negara secara keseluruhan sehingga daerah tidak dapat mengabaikannya demi alasan
apapun. Kepentingan umum dalam rangka mengatasi kepentingan individu tidak diakui eksistensinya sebagai hakikat pribadi manusia, akan tetapi hak individu
tersebut tetap dihormati sepanjang diformulasikan terhadap kepentingan yang lebih luas.
51
Sementara itu, prinsip otonomi daerah yang dewasa ini diterapkan, yaitu otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggnung jawab tersebut, negara pemerintah pusat
memberikan peranan kepada daerah untuk mengatualisasikan dirinya dalam prinsip pemerintahan yang baik sesuai dengan situasi dan kondisi daerah.
Dalam pelaksanaan otonomi daerah ini, banyak pihak yang terlibat dan sangat mempengaruhi arah kebijakan otonomi daerah tersebut. Dalam prinsip good
governance, kebijakan otonomi daerah diarahkan untuk memandu semua pihak yang terlibat dan mempengaruhi kebijakan otonomi daerah untuk berjalan seiring pada
satu tujuan bersama. Upaya tersebut dilakukan dengan menempuh konsep dialog untuk memperoleh pamahaman dan persepsi yang sama mengenai arah dan tujuan
pelaksanaan otonomi di daerah. oleh sebab itu, ketidakmampuan semua pihak dalam
51
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
memahami dan mempersepsikan otonomi daerah secara dialog akan cenderung mengarah pada rivalitas konflik yang justru merugikan kepentingan dan tujuan
otonomi daerah itu sendiri.
52
52
Ibid., hal. 19.
Universitas Sumatera Utara
BAB III TINJAUAN TENTANG PELAKSANA TUGAS PLt WALIKOTA
A. PELAKSANA TUGAS PLt WALIKOTA
Istilah Pelaksana tugas atau yang selanjutnya disingkat dengan PLT adalah pegawai negeri sipil yang ditunjukdiperintahkan untuk sementara melaksanakan
tugas dan jabatan struktural karena pejabatnya berhalangan tetap.
53
Pelaksana tugas Plt dalam administrasi Negara adalah pejabat yang menempati posisi jabatan yang bersifat sementara karena pejabat yang menempati posisi itu
sebelumnya berhalangan atau terkena peraturan hukum sehingga tidak menempati posisi tersebut. Pelaksana Tugas ditunjuk oleh pejabat pada tingkat diatasnya dan
umumnya menempati jabatan struktural dalam administrasi Negara, seperti kepala instansi pemerintahan. Meskipun demikian, istilah ini dipakai pula untuk jabatan
publik seperti Gubernur dan BupatiWalikota.
54
Pelaksana Tugas Plt Walikota adalah pejabat yang menempati posisi Walikota yang bersifat sementara karena Walikota berhalangan atau melanggar peraturan
hukum sehingga tidak menempati posisi tersebut dengan tujuan untuk menghindari kekosongan jabatan Walikota dalam Pemerintahan Kota. Dalam hal ini, Pelaksana
Tugas Plt Walikota ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri atas usul Gubernur.
53
Pasal 1 angka 10 Peraturan Bupati Bantul Nomor 59 Tahun 2010.
54
http:id.wikipedia.orgwikiPelaksana_Tugas, diakses tanggal 31012014, jam 08.42.
Universitas Sumatera Utara