Tema dalam Wayang Purwa

6 Bentuk banjaran, yang menekankan pada cerita biografi tokoh-tokoh wayang tertentu. Dengan kata lain alurnya dipusatkan pada satu tokoh. Misalnya Banjaran Karna, Banjaran Bisma, dan banjaran-banjaran tokoh lainnya. 7 Analisa atau kupasan tentang hal-ihwal wayang purwa. Dalam hubungannya dengan sumber induknya, yakni Ramayana dan Mahabharata, dalam wayang purwa tersebar tiga jenis lakon, yakni 1 lakon baku, 2 lakon carangan dan 3. lakon sempalan. Lakon baku, atau lakon pokok, yaitu lakon yang diangkat dari cerita induknya, yakni dari Ramayana atau Mahabharata. Lakon carangan adalah lakon karangan yang masih mengambil dari lakon baku tetapi sudah diberi cerita dan bentuk baru. Adapun lakon sempalan, yaitu lakon yang dikembangkan dari sebuah peristiwa yang termuat dalam Ramayana atau Mahabharata, tetapi sudah sangat jauh atau sama sekali terlepas dari lakon baku bdk. Mertosedono, 1992: 75

d. Unsur-unsur Sastra Wayang Purwa dan Konvensi-konvensinya

Berdasarkan pada beberapa penjelasan di atas tampak bahwa wayang purwa telah berumur panjang dan memiliki tradisinya sendiri. Wajarlah bila sastra wayang purwa memiliki berbagai konvensi yang sangat mengikat. Wibisono, 1987: 8. Pada gilirannya berbagai konvensi yang ada akan tampak pada berbagai unsur sastra wayang. Oleh karena itu di bawah ini perlu dibicarakan unsur-unsur sastra wayang dan berbagai konvensinya.

1. Tema dalam Wayang Purwa

Tema umum yang dijumpai dalam lakon wayang adalah melukiskan pertentangan antar pihak protagonis melawan pihak antagonis dengan akhir kemenangan di pihak protagonis. Cerita wayang purwa, baik siklus Mahabharata maupun Ramayana di Jawa berakhir dengan kemenangan pihak protagonis. Demikian pula penggalan-penggalan cerita yang berbentuk lakon untuk pertunjukan wayang purwa semalam, pada umumnya juga berakhir dengan kemenangan pihak protagonis. Namun, ada juga satu dua lakon yang berakhir tragis pada pagi hari, terutama pada lakon-lakon perang besar Bharatayuda, misalnya dalam gaya Yogyakarta dalam lakon Seta Gugur, Gatutkaca Gugur, Abimanyu Gugur, Paluhan, dsb. 145 Tema-tema dalam lakon wayang sebenarnya dapat diklasifikasikan antara lain sebagai berikut. 1 Tema kelahiran, misalnya: lakon Bima Bungkus Laire Bima, Laire Abimanyu, Laire Wisanggeni, Laire Gathutkaca, Laire Parikesit, dsb 2 Tema Pernikahan, atau tema alap-alapan, misalnya: lakon Alap-alapan Surtikanti Suryatmaja Maling, yakni pernikahan Suryatmaja, Alap-alapan Drupadi pernikahan Puntadewa, Rabine Gathutkaca, Parta Krama pernikahan Arjuna dengan Wara Subadra, dsb. 3 Tema kematian, misalnya: lakon Gathutkaca Gugur, Ranjapan Abimanyu Gugur, Bisma Gugur, Aswatama Lena, Somba Sebit kematian Somba, dsb. 4 Tema Wahyu, misalnya: lakon Wahyu Makutharama, Tumurune Wahyu Manik Imandaya Godhong Pancawala, Wahyu Padmasana Manik, Wahyu Purba Sejati, dsb. 5 Tema hancurnya kerajaan tertentu, misalnya lakon Bedhahe Dwarawati hancurnya kerajaan Dwarawati dengan rajanya Prabu Padmanaba, oleh Kresna, Bedhahe Amarta, menceritakan hancurnya negara Amarta milik para jin oleh para Pandawa Babad Alas Mrentani. 6 Tema murca, yakni menceritakan pusaka atau tokoh tertentu yang hilang atau pergi meningglkan istana tanpa pamit. 7 Tema begawan atau pandita palsu, pada umumnya begawan itu terjadi dari sukma atau yitmane Dasamuka, Batara Guru atau Batari Durga yang hendak membunuh para Pandawa, atau dari raja raksasa, atau justru terjadi dari kerabat Pandawa atau Kresna yang hendak menyelamatkan Pandawa dari fitnah Korawa, misalnya: lakon Begawan Kilat Buwana, Begawan Suryandadari, dsb. 8 Tema membangun, yakni membangun taman, candi, istana dan sebagainya. Contohnya lakon Semar Mbangun Kahyangan, Mbangun Taman Maerakaca, Mbangun Candhi Saptarengga, Semar Mbangun Jatidhiri, dsb. 9 Tema jumenengan, yakni tentang penobatan raja tertentu. Misalnya Jumenengan Parikesit, Gathutkaca Madeg Ratu, dsb 10 Tema duta, yakni tentang perjalanan seorang utusan raja. Misalnya lakon Anoman Duta, Kresna Duta, Drupada duta, Anggada Duta, dsb 11 Tema ngenger, yakni tentang tokoh yang mengabdi pada raja tertentu. Misalnya Sumantri Ngenger, Trigangga Suwita, Wibisana Balik, dsb 146 12 Tema boyong, yakni tentang perpindahan tempat bagi tokoh-tokoh tertentu. Misalnya lakon Semar Boyong, Pandhawa Boyong, Sri Mulih, dsb 13 Tema takon bapa, yakni tentang tokoh-tokoh kesatria, atau panakawan yang menanyakan siapa sebenarnya ayahnya. Misalnya lakon Antasena Takon Bapa, Petruk Takon Bapa, Tirtanata Takon Bapa, atau anak-anak Arjuna yang mencari tahu siapa ayahnya, dsb. 14 Tema tentang surga, yakni tokoh-tokoh kesatria yang dengan bertapa, dsb., sehingga dapat naik ke kahyangan untuk menanyakan tentang surganya atau surga bagi orang tuanya. Misalnya lakon Anoman Takon Swarga, Pandhawa Swarga, Pandhu Swarga, dsb. 15 Tema tentang pertalian Ramayana dengan Mahabharata. Misalnya lakon Semar Boyong, Rama Nitik, Rama Nitis, Wahyu Makutharama, dsb. 16 Tema larung, yakni tokoh tertentu yang dibuang, misalnya lakon Sembadra Larung 17 Tema sesaji, yakni sesaji tertentu untuk memenuhi persyaratan tertentu. Misalnya lakon Sesaji Rajasuya. 18 Tema perjudian, misalnya lakon Pandhawa Dhadhu. 19 Tema banjaran, yakni tema yang menekankan biografi tokoh tertentu. Misalnya lakon Banjaran Karna, Banjaran Bima, Banjaran Gathutkaca, dsb. 20 DSb.

2. Alur atau Plot dalam Lakon Wayang Purwa