Hasil-hasil Karya Sastra Jawa Kuna dan Jawa Pertengahan

Sejak runtuhnya Majapahit dan peralihan agama Hindu ke agama Islam terdapat ceritera-ceritera legendaris betapa berbagai buku-buku peninggalan Hindu Jawa dimusnahkan dan dibakar. Namun demikian masih ada beberapa buku yang tertinggal hingga saat ini, seperti cerita wayang Mahabharata dan Ramayana yang masih juga bertahan hingga kini. Dari sisi sastra tertulis memang hanya sedikit hasil karya sastra Hindu Jawa yang tersisa, antara lain syair Jawa Kuna Ramayana dan Arjunawiwaha. Bersyukurlah di Bali, kraton-kraton dan kasta Brahmin menjadi pelindung setia bagi warisan sastra Jawa Kuna Zoetmulder, 1983: 25.

B. Hasil-hasil Karya Sastra Jawa Kuna dan Jawa Pertengahan

Poerbatjaraka dalam bukunya Kapustakan Djawi 1952 atau 1964 membagi khasanah sastra Jawa Kuna setidak-tidaknya menjadi lima bagian, yakni 1 kitab-kitab yang tergolong tua dan berbentuk prosa, 2 kitab-kitab yang menggunakan puisi kakawin, 3 kitab-kitab yang termasuk muda, 4 kitab-kitab yang menggunakan bahasa Jawa Tengahan berbentuk prosa, dan 5 kitab-kitab yang berbentuk kidung Puisi Jawa Pertengahan. Dalam buku Kapustakan Djawi tersebut karya-karya sastra Jawa Kuna yang berbentuk prosa golongan tua yakni: Serat Candakarana, Serat Ramayana, Sang Hyang Kamahayanikan, Brahmandapurana, Agastyaparwa, Uttarakanda, Adiparwa, Sabhaparwa, Wirataparwa, Udyogaparwa, Bhismaparwa, Asramawasanaparwa dalam buku Kalangwan karya Zoetmulder dituliskan berjudul Asramawasaparwa, Mosalaparwa, Prasthanikaparwa, Swargarohanaparwa, dan Kunjarakarna. Sedang karya-karya yang berbentuk kakawin yakni: Arjunawiwaha, Kresnayana, Sumanasantaka, Smaradahana, Bhomakawya Bhomantaka, Bharatayudha, Hariwangsa, Gatotkacasraya, Wrettasancaya Cakrawaka-duta, dan Lubdhaka Siwaratrikalpa. Kitab-kitab parwa adalah kitab-kitab berbentuk prosa Jawa Kuna yang merupakan bagian-bagian dari epos panjang Mahabharata. Kitab-kitab parwa, dalam Kapustakan Djawi di atas dimasukkan golongan tua. Dalam Kalangwan, pada bagian sastra parwa juga dibahas kitab Uttarakanda yang oleh Zoetmulder 1983: 97 dipandang mirip dengan kitab-kitab parwa, baik dalam caranya bahan dibahas, dalam bahasa maupun gayanya. Zoetmulder menyebut bahwa dari bagian mukadimahnya Uttarakanda mungkin ditulis pada abad ke-10. Dengan demikian 41 mungkin yang terakhir ini dapat juga diklasifikasikan sebagai kitab Jawa Kuna golongan tua. Adapun karya-karya yang digolongkan karya Jawa Kuna muda adalah bentuk-bentuk kakawin yang mencakup: Brahmandapurana, Kunjarakarna, Nagarakretagama, Arjunawijaya, Sutasoma atau Purusadasanta, Parthayadnya, Nitisastra, Nirathaprakerta, Dharmasunya, dan Harisraya. Zoetmulder 1983: 480-507 juga membicarakan kakawin-kakawin yang disebutnya sebagai kakawin minor, yakni kakawin-kakawin yang muncul belakangan, waktu penulisannya sekitar akhir kerajaan Majapahit hingga abad ke- 19, yang mutunya relatif kurang atau rendah. Kakawin yang dimaksud antara lain Subhadrawiwaha, Abhimanyuwiwaha, Hariwijaya, kisah-kisah tentang Krsna, dan Narakawijaya. Hasil-hasil karya sastra jenis prosa yang menggunakan bahasa Jawa Tengahan adalah : Tantu Panggelaran, Calon Arang, Tantri Kamandaka, Korawasrama, dan Serat Pararaton. Sedang yang berbentuk kidung puisi Jawa Pertengahan, adalah: Dewa Ruci, Serat Sudamala, Serat kidung Subrata, Serat Panji Angreni, dan Serat Sri Tanjung. Di samping itu, dalam Kalangwan masih tercatat Kidung Harsawijaya, Ranggalawe, Sorandaka, Kidung Sunda, dan Waseng Sari. Dari segi substansinya, karya-karya berbahasa Jawa Kuna pada umumnya banyak berisi cerita-cerita kepahlawanan yang berasal dari India, terutama yang bersumber dari Mahabharata dan Ramayana. Sedangkan karya-karya berbahasa Jawa Pertengahan, sebagiannya telah berlatar situasi dan kondisi di Jawa, atau bahkan sebagiannya berhubungan dengan realita sejarah di Jawa ketika itu.

C. Cara Penentuan Umur Karya Sastra Jawa Kuna