Dalam arti luas, konsep berguna tidak hanya dalam rangka berisi ajaran- ajaran moral, tetapi berarti “tidak membuang-buang waktu”, dan indah berarti
“tidak membosankan”, “bukan kewajiban” atau ”memberikan kesenangan”, maka fungsi itu telah terbukti, misalnya, Hegel mendapatkan fungsi itu dalam drama
kesenangannya Antigone. Konsep indah dan berguna tersebut harus saling mengisi. Dalam sastra,
kesenangan tidak hanya dalam arti fisik, tetapi lebih dari itu, yakni kontemplasi yang tidak mencari keuntungan. Sedang manfaatnya keseriusan yang bersifat
didaktis, adalah keseriusan yang menyenangkan, keseriusan estetis, keseriusan persepsi.
2. Fungsi Khusus Sastra
Apakah sastra memiliki manfaat yang berbeda dengan sejarah, filsafat, musik atau bidang-bidang lainnya? Aristoteles pernah mengemukakan diktumnya
yang terkenal, bahwa puisi lebih filosofis dari sejarah, karena sejarah berkaitan dengan hal-hal yang telah terjadi, sedang puisi berkaitan dengan hal-hal yang bisa
terjadi, yakni hal-hal yang umum dan yang mungkin. Pada jaman neoklasik, Samuel Johnson masih menganggap puisi menyampaikan hal-hal yang umum
grandeur of generality, sedang para teoritikus abad ke-20 telah menekankan sifat khusus puisi. Teori sastra dan apologetics pembelaan terhadap sastra juga
menekankan sifat tipikal sastra. Sastra dapat dianggap lebih umum dari sejarah dan biografi, tetapi lebih khusus dari psikologi dan sosiologi. Namun tingkat
keumuman dan kekususannya berbeda-beda tiap sastra dan tiap periode.
3. Sastra dan Psikologi
Salah satu nilai fungsi kognitif drama dan novel adalah segi psikologisnya. Menurut Wellek Warren pernyataan yang sering terdengar
adalah bahwa novelis dapat mengajarkan lebih banyak tentang sifat-sifat manusia daripada psikolog. Karen Horney menunjuk pada Dostoyevsky, Shakespeare,
Ibsen, dan Balzac sebagai sumber studi psikologi. E.M. Forster menyatakan bahwa novel sangat berjasa mengungkapkan kehidupan batin tokoh-tokohnya.
4. Sastra dan Kebenaran
10
Dalam hubungannya dengan kebenaran, Max Eastman menyangkal bahwa pada abad ilmu pengetahuan, “pikiran sastra” dapat mengungkapkan kebenaran.
Bagi Eastman, “pikiran sastra” adalah pikiran amatir tanpa keahlian tertentu khusus dan warisan jaman pra-ilmu pengetahuan yang memanfaatkan sarana
verbal untuk menciptakan “kebenaran”. Menurut pendapatnya, kebenaran dalam karya sastra sama dengan kebenaran di luar karya sastra, yakni pengetahuan
sistematik yang dapat dibuktikan. Menurut Eastman, tugas penyair bukan menemukan dan menyampaikan pengetahuan. Fungsi utamanya adalah membuat
orang melihat apa yang sehari-hari sudah ada di depannya, dan membayangkan apa yang secara konseptual dan nyata sebenarnya sudah diketahuinya.
Menurut Wellek Warren kontroversi antara ada dan tidaknya kebenaran dalam sastra bersifat semantik antara “pengetahuan”, “kebenaran”, “kognisi”, dan
“kebijaksanaan”. Kalau kebenaran diartikan sebagai konsep dan proposisi, maka seni, termasuk seni sastra, bukan bentuk kebenaran. Apalagi jika batasan positif
reduktif diterapkan, yakni bahwa kebenaran dibatasi pada apa yang dapat dibuktikan secara metodis oleh siapa saja. Namun secara umum, ahli-ahli estetika
tidak menolak bahwa “kebenaran” merupakan kriteria atau ciri khas seni. Hal ini dikarenakan: 1 kebenaran adalah kehormatan sehingga memberi penghormatan
pada seni; 2 bila seni itu tidak “benar” berarti seni itu “bohong” seperti tuduhan Plato. Menurut Wellek Warren sastra rekaan adalah fiksi sebuah “tiruan
kehidupan” yang artistik dan verbal. Lawan kata fiksi bukanlah “kebenaran” melainkan “fakta” atau “keberadaan waktu dan ruang”. Dalam sastra hal-hal yang
mungkin terjadi lebih berterima daripada “fakta”. Ada dua tipe dasar pengetahuan yang menggunakan sistem bahasa yang
terdiri atas tanda-tanda: 1 ilmu pengetahuan yang memakai cara diskursif, yakni membuat uraian panjang 2 seni yang memakai cara presentasional, yakni
langsung memberi wujud atau contoh. Sistem pertama dipakai oleh para pemikir dan filsuf. Yang kedua meliputi mitos keagamaan dan puisi sastra. Susanne K.
Langer melihat sastra dalam beberapa hal, merupakan campuran arti bentuk diskursif dan presentasional. Dalam hal ini Archibald MacLeish dalam bukunya
Ars Poetica menjabarkan sifat indah sastra dan filsafat, bahwa puisi sama seriusnya dan sama pentingnya dengan filsafat ilmu pengetahuan, kebijaksanaan
dan memiliki persamaan dengan kebenaran; jadi mirip kebenaran.
11
5. Sastra dan Propaganda