Tema dan Amanat dalam Drama

yang bersangkutan, maka perlu disebutkan oleh tokoh-tokohnya dalam bentuk dialog pada adegan masing-masing. Misalnya suasana mistis pada malam Jumat Kliwon yang bagi latar sosial tertentu, seperti suku Jawa, mengandung makna khusus, tentu saja tidak cukup dituliskan dalam teks samping, jadi perlu dilontarkan melalui dialog bahwa saat itu malam Jumat Kliwon. Latar suasana yang demikian itu bisa dibantu dengan berbagai lakuan seperti membakar kemenyan, dsb., yang dapat dijelaskan atau dituliskan dalam teks samping.

5. Tema dan Amanat dalam Drama

Penulis naskah lakon, mencipta bukanlah semata-mata mencipta, tetapi untuk menciptakan pesan atau amanat kepada masyarakat, kepada bangsa, bahkan kepada seluruh manusia dan kemanusiaan. Penulis naskah lakon mencipta untuk menyuguhkan persoalan kehidupan manusia, baik kehidupan batiniah maupun lahiriah, yakni pikiran cipta, perasaan rasa, dan kehendak karsa. Teknik penyampaian pesan itu dapat secara langsung atau tidak langsung, tersurat, tersirat atau simbolik Satoto, 1985: 16. Adapun tentang tema, M. Saleh Saad menyatakan bahwa tema karya sastra adalah sesuatu yang menjadi pikiran pokok, sesuatu yang menjadi persoalan bagi pengarang. Di dalamnya terbayang pandangan hidup atau cita-cita pengarang, cara ia melihat persoalan itu. Persoalan itulah yang dihidangkan pengarang, yang kadang-kadang dihadirkan pemecahannya sekaligus. Pemecahannya itulah yang diistilahkan dengan amanat Mido, 1982: 9. Kalau tema dalam lakon merupakan ide sentral yang menjadi pokok persoalannya, maka amanat merupakan pemecahannya. Tema dan amanat dalam seni sastra sebaiknya disesuaikan dengan kondisi lingkungannya Satoto, 1985: 16. Dalam drama Jawa sebagian besar tema-tema yang ada bersifat istana centris, baik yang bersumber pada cerita wayang purwa maupun yang diambil dari sumber serat-serat babad. Tema-tema istana centris inilah yang sering dipentaskan dalam drama-drama tradisional Jawa, seperti dalam berbagai jenis drama wayang dan kethoprak. Adapun tema-tema modern yang mengetengahkan kehidupan masyarakat modern mulai tergarap sejak munculnya drama Jawa modern atau sandiwara modern yang keberadaannya telah mendapat pengaruh dari budaya drama bangsa-bangsa Barat. 128 Amanat pada jenis lakon wayang pada umumnya, teknik penyampaian pesannya menggunakan cara simbolik. Wayang itu sendiri merupakan karya seni yang bersifat simbolik Satoto, 1985: 16. Jalan cerita wayang secara simbolik juga mengandung amanat, namun juga tidak tertutup kemungkinan penyampaian amanat secara eksplisit, antara lain berupa ajaran yang disampaikan oleh seorang pandita kepada seorang kesatria setelah adegan gara-gara, disampaikan oleh tokoh-tokoh abdi kepada sesama abdi pada adegan gara-gara atau limbukan, abdi kepada tuannya adegan sabrangan atau adegan kesatria, atau abdi kepada masyarakat penonton secara langsung adegan limbukan atau gara-gara. Bahkan setiap tokoh mungkin saja dibebani amanat oleh pengarang atau dalang. Menurut Wibisono 1987: 8 semakin akrab dengan konvensi pedalangan akan semakin mudah untuk membaca amanat yang tersurat maupun yang tersirat dalam lakon wayang.

6. Konvensi dalam Drama