adalah ungkapan bahasa yang indah, sehingga memberikan hiburan bagi pembacanya.
B. Fungsi Sastra
Antara sastra, fungsi dan sifatnya adalah sesuatu yang koheren. Membicarakan apa itu sastra berarti juga menyinggung bagaimanakah sastra itu
dan untuk apa. Fungsi suatu benda sesuai dengan sifat-sifat benda itu. Fungsi puisi sesuai dengan sifat-sifat puisi itu. Setelah dicermati beberapa pengertian sastra di
atas, maka terdapat unsur-unsur yang terdapat dalam sastra, misalnya kreatif, keindahan, menghibur, baik, bermanfaat, contoh-contoh tentang manusia dan
kehidupannya, dsb. Unsur-unsur tersebut merupakan indikator yang dapat digunakan untuk melacak, menangkap atau merumuskan fungsinya.
Fungsi sastra sering berubah-ubah menurut pandangan masyarakat terhadap sastra itu sendiri. Pada akhir abad ke-19, dengan munculnya doktrin
“seni untuk seni”, tentu saja fungsi sastra juga mengalami perubahan, yakni dalam rangka mengabdi pada seni. Demikian juga pada abad ke-20 dengan adanya
doktrin “poesie pure” atau puisi murni. Pada masa renaisance di Amerika, Edgar Allan Poe mengkritik konsep bahwa puisi bersifat didaktis, yang dalam istilah Poe
disebut didactic heresy yakni sastra berfungsi menghibur dan sekaligus mengajarkan sesuatu.
Namun demikian, menurut Wellek Warren 1993: 24, bila ditinjau dari sejarah estetika, konsep dan fungsi sastra pada dasarnya tidak berubah, sejauh
konsep-konsep itu dituangkan dalam istilah-istilah konseptual yang umum. Di bawah ini beberapa catatan Wellek Warren dalam hal fungsi sastra.
1. Fungsi Dulce dan Utile
Horace Horatius pernah mengemukakan pendapatnya bahwa sastra puisi harus memenuhi fungsi dulce dan utile: puisi itu indah dan berguna.
Konsep indah dan berguna itu, harus berlaku sekaligus, karena bila indah saja berarti puisi itu menghibur saja dan cenderung bermain-main sehingga
mengesampingkan ketekunan, keahlian, dan perencanaan sungguh-sungguh dari penyairnya. Sebaliknya, bila berguna saja, berarti melupakan kesenangan yang
ditimbulkan oleh puisi.
9
Dalam arti luas, konsep berguna tidak hanya dalam rangka berisi ajaran- ajaran moral, tetapi berarti “tidak membuang-buang waktu”, dan indah berarti
“tidak membosankan”, “bukan kewajiban” atau ”memberikan kesenangan”, maka fungsi itu telah terbukti, misalnya, Hegel mendapatkan fungsi itu dalam drama
kesenangannya Antigone. Konsep indah dan berguna tersebut harus saling mengisi. Dalam sastra,
kesenangan tidak hanya dalam arti fisik, tetapi lebih dari itu, yakni kontemplasi yang tidak mencari keuntungan. Sedang manfaatnya keseriusan yang bersifat
didaktis, adalah keseriusan yang menyenangkan, keseriusan estetis, keseriusan persepsi.
2. Fungsi Khusus Sastra
Apakah sastra memiliki manfaat yang berbeda dengan sejarah, filsafat, musik atau bidang-bidang lainnya? Aristoteles pernah mengemukakan diktumnya
yang terkenal, bahwa puisi lebih filosofis dari sejarah, karena sejarah berkaitan dengan hal-hal yang telah terjadi, sedang puisi berkaitan dengan hal-hal yang bisa
terjadi, yakni hal-hal yang umum dan yang mungkin. Pada jaman neoklasik, Samuel Johnson masih menganggap puisi menyampaikan hal-hal yang umum
grandeur of generality, sedang para teoritikus abad ke-20 telah menekankan sifat khusus puisi. Teori sastra dan apologetics pembelaan terhadap sastra juga
menekankan sifat tipikal sastra. Sastra dapat dianggap lebih umum dari sejarah dan biografi, tetapi lebih khusus dari psikologi dan sosiologi. Namun tingkat
keumuman dan kekususannya berbeda-beda tiap sastra dan tiap periode.
3. Sastra dan Psikologi