. Tujuh Tahapan Pembuatan Aksesoris

109

3.1.2 .

Pembersihan Proses pembersihan bahan baku adalah tahapan yang pertama sekali harus dilakukan sebelum menuju proses desain menggambar. Kegiatan membersihkan bahan baku penting dilakukan untuk memperlancar kegiatan yang dilakukan pada tahapan selanjutnya. Bahan yang bersih akan memberikan efek yang nyaman bagi si pengrajin saat sedang mengerjakan pekerjaannya. Bahan baku yang dipakai dalam membuat aksesoris kalung, gelang, dan cincin adalah dari bahan batok kelapa, flat stainless, plastik, dan kayu bekas. Bahan- bahan tersebut dapat berupa bahan bekas atau pun bahan yang masih baru. Bahan baku yang baru biasanya tidak membutuhkan pembersihan secara khusus. Namun pada bahan bekas harus terlebih dahulu melalui proses pembersihan yang dilakukan secara sederhana. Alat yang digunakan untuk membersihkan bahan-bahan tersebut juga cukup sederhana dan mudah untuk di dapatkan. Alat-alat pembersih tersebut adalah seperti: kain lap, kuas atau sikat gigi bekas, dan gunting. Pada bahan tertentu seperti bahan plastik dapat dibersihkan dengan menggunakan kain lap. Jika bahan tersebut sangat kotor maka dapat dibersihkan dengan air, kemudian dikeringkan dengan menggunakan kain lap atau di jemur di bawah sinar matahari. Pada bahan batok kelapa yang masih memiliki serabut- serabut kasar dan masih memiliki sisa-sisa daging kelapa, terlebih dahulu harus dibersihkan dengan cara mengikis serabut-serabut dan sisa-sisa daging kelapa tersebut dengan menggunakan pisau. Sedangkan pada bahan yang terbuat dari flat steanless cukup dibersihkan dengan kain lap saja. Universitas Sumatera Utara 110 Foto 20 A. Batok kelapa sebelum B.Batok kelapa sesudah dibersihkan dibersihkan Sumber: Di rumah Pak Ojie. 3.1.3. Proses Desain Gambar Setelah bahan baku dibersihkan, maka tahapan selanjutnya adalah melakukan desain gambar. Desain adalah suatu proses menggambar model atau motif pada kertas atau lebih dikenal dengan sebutan sketsa yang bisa dilakukan dengan menggunakan pulpen, pensil, spidol, atau alat bantu tulis lainnya. Sedangkan orang yang mendesain disebut dengan istilah desainer atau perancang, namun dalam kajian wirausaha aksesoris ini orang tersebut lebih dikenal dengan sebutan pengrajin. Pada proses desain aksesoris hal pertama yang harus diperhatikan adalah tahap perumusan konsep. Tahap ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembuatan produk. Pengrajin terlebih dahulu menyusun, konsep kemudian merancang sketsa yang sesuai dengan konsep tersebut. Proses merancang sketsa perlu dibuat untuk melengkapi perumusan ide, dimana tren yang sedang berkembang yang tengah diminati oleh masyarakat. Universitas Sumatera Utara 111 Ide-ide kreatif dalam membuat sketsa dapat diperoleh dari mana saja. Menurut Pak Ojie sendiri sebagai seorang pengrajin aksesoris, ide-ide kreatif itu sebenarnya selalu ada, jika kita peka terhadap lingkungan sekitar. Baik melalui referensi sejumlah gambar aksesoris, buku, majalah, brosur-brosur, internet, perpustakaan, jalanan, mitos atau cerita, galeri seni, fenomena dalam masyarakat, dan semua aspek dari segala tempat dapat dijadikan sebagai sumber dalam menemukan inspirasi dari desain. Beliau juga menambahkan bahwa, semua orang bisa menghasilkan ide-ide kreatif, hanya saja sedikit orang yang menyadari ide-ide kreatif yang ada dalam pikirannya. Oleh karena itu, sebagai orang yang menekuni bidang usaha aksesoris ide- ide kreatif yang tadinya masih ada dalam pikiran mind, kemudian harus dituangkan dalam media kertas dalam bentuk gambar yang dikenal dengan sebutan model atau motif. Hal ini dilakukan agar ide yang ada dalam pikiran yang masih samar-samar tidak terlupakan. Ide yang ada dituangkan dalam media kertas, sehingga model atau motif yang sudah terlihat melalui sketsa gambar dapat dikaji kembali dan dikembangkan sehingga sesuai dengan keinginan dari si pengrajin maupun permintaan pelanggan. Motif yang sudah jadi dalam media kertas kemudian ditempelkan pada bahan yang sebelumnya sudah dibersihkan dengan menggunakan lem kertas. Proses menggambar juga dapat dilakukan dengan cara mencetak motif kertas tersebut pada bahan atau langsung menggambar motif pada bahan dengan menggunakan media alat tulis. Proses ini dilakukan untuk meminimalis resiko kesalahan bentuk pada saat melakukan pemotongan bahan. Universitas Sumatera Utara 112 Foto. 21 a. Proses Mendesain Gambar b. Motif kertas ditempelkan pada langsung pada batok kelapa. batok kelapa. Sumber: Di rumah Pak Ojie 3.1.4. Proses Pemotongan Setelah motif ditempelkan atau digambar pada bahan, maka tahapan selanjutnya yang akan dilakukan adalah proses pemotongan bahan. Proses pemotongan bahan disesuaikan dengan model atau motif yang telah ada. Alat yang digunakan untuk memotong bahan adalah gergaji tangan, yang dilakukan dengan cara mengikuti garis dan detail-detail komponen dari motif yang telah dibuat. Sebelum memotong bahan, pengrajin harus mengetahui terlebih dahulu bagaimana teknik menggunakan gergaji tangan. Jika tekniknya tepat, maka hal itu akan membantu mempermudah pekerjaan dari si pengrajin. Namun apabila teknik memotongnya salah, mata gergaji bisa putus dan membutuhkan waktu lebih lama untuk memperbaikinya kembali. Pengrajin aksesoris mempunyai tekniknya masing-masing dalam melakukan proses pemotongan bahan terutama dengan menggunakan gergaji tangan. Salah satu Universitas Sumatera Utara 113 contoh adalah Pak Ojie. Menurut beliau setiap pengrajin mempunyai ciri khas tersendiri saat bekerja. Ada orang yang tidak mempermasalahkan jenis alat yang digunakan, dalam artian yang penting alat itu dapat digunakan sesuai dengan fungsinya. Ada juga orang yang hanya ingin memakai alat yang memang sudah biasa ia gunakan. Namun bagi Pak Ojie sendiri, peralatan yang digunakan itu haruslah yang nyaman digunakan. Selain mempermudah pekerjaan, juga dapat meningkatkan rasa percaya dirinya disaat sedang bekerja. Akan tetapi sering kali alat dan perlengkapan yang dibeli dari toko tidak nyaman atau tidak pas untuk digunakan. Sehingga perlu dilakukan modifikasi terhadap peralatan tersebut, seperti melakukan modifikasi bentuk pada gergaji tangan yang biasa beliau gunakan. Mencoba melakukan pemotongan bahan dengan menggunakan gergaji tangan bukanlah pekerjaan yang mudah. Diperlukan teknik yang tepat agar bisa memperoleh hasil yang memuaskan. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan, karena pada saat memotong bahan pengrajin harus dapat mengikuti lekukan dari motif bahan sesuai dengan bentuk motif yang digambar. Ada beberapa teknik yang harus diperhatikan saat memotong bahan dengan menggunakan gergaji tangan, yaitu: a. Mata harus fokus pada objek bahan yang akan dipotong. b. Posisi kedua tangan harus tepat. Pangkal atau pegangan pada gergaji dipegang oleh tangan yang memiliki tenaga lebih kuat, dan pada umumnya tenaga yang lebih kuat ada pada tangan kanan, dengan demikian posisi tangan kanan harus lurus dengan objek atau benda yang akan di potong. Sedangkan tangan kiri berperan untuk memegang bahan yang akan dipotong Universitas Sumatera Utara 114 dan diusahakan agar bahan itu tidak bergeser dari tempatnya, dan kecepatan tangan saat menggergaji juga harus stabil tidak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat. c. Posisi badan harus rileks dan jangan terlalu kaku, cara seperti ini dilakukan untuk mempermudah proses pemotongan bahan dan menghasilkan bentuk yang lebih rapi. d. Bahan yang dipotong dengan menggunakan gergaji, akan menghasilkan sisa-sisa serbuk seperti debu. Serbuk debu ini ada baiknya dikumpulkan karena akan sangat berguna sebagai penutup atau pendempul bagian bahan yang tidak sempurna. Foto 22 Proses Pemotongan Bahan Sumber: Di rumah Pak Ojie 3.1.5. Proses Pembentukan Bahan-bahan yang sudah dipotong masih dalam bentuk kasar dan masih dalam bentuk setengah jadi. Bentuk kasar dari sebuah bahan yang sudah dipotong dalam konteks ini adalah ketika sisi-sisinya tidak merata dan belum sesuai dengan bentuk akhir yang ingin dicapai oleh si pengrajin. Karena proses pemotongan Universitas Sumatera Utara 115 dilakukan secara manual, maka pembentukan bahan dapat dilakukan secara lebih detail sesuai dengan keinginan si pembuatnya. Bahan-bahan yang sudah dipotong dilanjutkan dengan tahap pembentukan. Pembentukan bahan disesuaikan dengan jenis aksesoris yang ingin dibuat. Pada pembuatan sebuah cincin diperlukan dua buah potong bahan yang tadi masih kasar. Pada kedua bahan, masing-masing dari salah satu bagian sisinya diolesi dengan lem kertas, setelah itu bagian yang sudah diolesi lem ditempelkan sehingga menyatu. Bahan yang sudah menyatu kemudian ditekan kembali dengan menggunakan ragum agar lebih merekat. Namun karena ragum terbuat dari besi yang sangat keras, maka ketika menekan benda yang lebih lunak seperti bahan yang terbuat dari batok kelapa dan kayu resikonya menjadi sangat besar karena bahan-bahan tersebut bisa menjadi pecah. Sehingga diperlukan sebuah solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Solusi yang dilakukan Pak Ojie adalah dengan cara melapisi kedua sisi bagian ragum yang berfungsi untuk menekan benda lain dengan karet. Trik tersebut ternyata berhasil dan benda-benda yang lebih lunak saat ditekan tidak menjadi pecah. Foto 23 Proses Pembentukan dengan Menyatukan Dua Bahan dengan Lem dan Ragum Sumber: Di rumah Pak Ojie Universitas Sumatera Utara 116 Meskipun bahan sudah menyatu namun bukan berarti tidak ada celah dari bekas sambungan dari kedua bahan. Oleh karena itu, celah tersebut perlu di tutup dengan menggunakan serbuk dari sisa-sisa pemotongan sebelumnya. Hal yang pertama dilakukan adalah dengan cara mengolesi bagian yang bercelah dengan menggunakan lem Jepang atau yang lebih sering disebut dengan lem setan. Kemudian pada bagian yang sudah terkena lem ditaburkan serbuk kayu dan ditekan agar menyatu. Hal tersebut dapat dilakukan secara berulang-ulang sampai tidak ada lagi celah yang terlihat. Bahan yang sudah dilapisi dengan serbuk dapat ditekan kembali dengan menggunakan ragum agar lebih melekat dan menyatu dengan bahan. Foto 24 Serbuk dari Hasil Pemotongan Batok Kelapa Digunakan Untuk Menutupi Celah yang Timbul dari Penyatuan Dua Buah Bahan. Sumber: Di rumah Pak Ojie Universitas Sumatera Utara 117 Setelah bahan sudah tertutupi dan tidak ada celah lagi, maka proses selanjutnya adalah membentuk bahan tersebut dengan cara mengamplasnya dengan menggunakan kertas pasir. Kertas pasir digunakan untuk membentuk bahan karena menurut Pak Ojie, bagian kasar yang terdapat pada kertas pasir dapat mengikis kulit luar bahan yang tidak merata dan hasilnya menjadi lebih halus. Selain itu pada saat melakukan proses pembentukan ada beberapa tata cara yang harus diperhatikan serta dipahami. Hal pertama yang perlu diperhatikan bahwa bahan yang baru dipotong lalu celahnya dilapisi dengan serbuk akan menimbulkan ketebalan yang tidak merata, sehingga perlu diseimbangkan dengan mengikis atau mengamplas lapisan kasar yang terdapat pada bahan. Bahan dapat diamplas dengan menggunakan kertas pasir. Halus kasarnya pada bagian sisi kertas pasir ditentukan dari ukuran nomornya. Semakin tinggi ukuran nomornya, maka semakin halus sisi kertas pasir tersebut. Pada bahan yang baru pertama kali akan diamplas bagian sisinya masih sangat kasar. Sehingga diperlukan kertas pasir yang bagian sisinya lebih kasar agar dapat mengikis lebih banyak pada bagian yang diinginkan seperti kertas pasir yang berukuran nomor 40. Pembentukan akseoris dengan menggunakan kertas pasir yang lebih halus sebenarnya juga dapat dilakukan, namun cara tersebut dianggap tidak efektif karena akan membutuhkan waktu yang lebih lama dan hasilnya kurang maksimal. Cara mengamplas bahan dengan kertas pasir juga ada trik tertentu yang harus diketahui. Untuk mengamplas sisi bagian luar pada bahan, kertas pasir cukup dibentangkan saja pada sebuah meja atau lantai. Kemudian dipaku pada keempat sisinya agar tidak bergeser. Setelah itu bagian luar bahan digosok pada bagian kasar Universitas Sumatera Utara 118 yang terdapat pada kertas pasir. Bahan harus digosok pada kertas pasir secara berulang-ulang dengan searah perputaran jarum jam dan tidak berlawanan arah. Karena apabila bahan digosok dengan berlawanan arah, maka hasilnya adalah bahan akan terlihat seperti tergores-gores dan tidak halus. Oleh karena itu, bahan harus digosok secara memutar sampai bentuk bahan merata dan tingkat ketebalan yang seimbang. Setelah bentuknya sudah seimbang, maka trik selanjutnya adalah mengganti kertas pasir kasar dengan kertas pasir yang lebih halus seperti kertas pasir berukuran nomor 400. Hal ini dilakukan untuk mengurangi pengikisan yang terjadi pada saat bahan digosok pada kertas pasir. Proses pembentukan ini tidak hanya dilakukan pada sisi bagian luar bahan saja, tetapi juga ikut dilakukan pada sisi bagian dalam agar bentuknya seimbang. Namun cara yang dilakukan untuk mengamplas bagian dalam berbeda halnya dengan bagian luar yang sisinya lebih terbuka. Cara yang dilakukan untuk mempermudah proses mengamplas pada bagian dalam bahan adalah dengan mengubah bentuk alatnya. Kertas pasir dibalutkan pada sebuah batang kayu yang ukuran lingkarannya dapat masuk ke bagian dalam bahan. Setelah itu bahan digosok berulangkali, sampai bentuknya sesuai dengan yang diinginkan. Universitas Sumatera Utara 119 Foto 25 Proses Pembentukan Cincin Bagian Dalam dengan Menggunakan Kertas Pasir Kasar yang Dibalut Pada Sebatang Kayu Sumber: Di rumah Pak Ojie Pak Ojie juga menambahkan bahwa, selama proses pembentukan tidak cuma tenaga saja yang dibutuhkan tetapi juga harus disertai dengan perasaan juga. Menurut beliau salah satu yang membedakan aksesoris buatan pabrik dengan aksesoris buatan tangan hand made adalah dari bentuknya. Aksesoris hasil buatan pabrik pada umumnya bentuknya semua terlihat sama persis karena memang sudah memiliki cetakan tertentu. Berbeda halnya dengan aksesoris buatan tangan, meskipun dengan memakai motif yang sama akan tetapi setiap bentuk yang dihasilkan pasti memiliki perbedaan antara aksesoris yang satu dengan aksesoris yang lainnya. Aksesoris buatan tangan terlihat lebih berseni, karena memiliki cerita tersendiri yang tersirat pada saat terjadinya proses pembuatannya. Cerita tersebut dapat berupa sebuah proses kehidupan yang sedang dialami oleh si pembuatnya baik itu perasaan saat sedang senang, sedih, marah, lelah, bosan, maupun tenang. Meski terlihat sederhana, namun hal tersebut sangat berpengaruh besar pada hasil akhirnya. Universitas Sumatera Utara 120

3.1.6. Proses Penghalusan