Aksesoris Wirausaha Aksesoris(Studi Etnografi Strategi Ekonomi Kreatif di Pasar UD Pajus Baru Medan)

56 BAB II WIRAUSAHA AKSESORIS

2.1. Aksesoris

Aksesoris sering kali dikaitkan dengan fashion, karena benda-benda yang dikenakan dianggap dapat mendukung penampilan seseorang. Studi aksesoris sebagai bagian dari fashion tidak hanya berbicara tentang bentuk materialnya saja, tetapi juga peran dan makna aksesoris dalam tindakan sosial. Istilah fashion itu sendiri sering digunakan dalam arti positif sebagai sinonim untuk glamour, keindahan, gaya atau style yang terus mengalami perubahan dari generasi ke generasi atau dari satu periode ke periode berikutnya. Perkembangan aksesoris dari masa ke masa menggambarkan karakter dan budaya yang berbeda dari tiap-tiap jamannya. Aksesoris merupakan blueprint yang dalam perkembangannya selalu mengalami pengulangan mode atau bentuk. Dikatakan sebagai blueprint, karena aksesoris itu sendiri sebenarnya sudah ada dibuat oleh orang lain jauh sebelumnya, kemudian orang lain tinggal meniru dan memodifikasinya. Proses pembuatan dan memodifikasi aksesoris, biasanya disesuaikan dengan fenomena yang tengah berlaku di masyarakat. Aksesoris yang menjadi ciri khas dari suatu fenomena tertentu, kemudian bisa menjadi popular dan dianggap sebagai sebuah tren di masyarakat. Tren mode dari suatu aksesoris mempunyai masanya tersendiri. Jika fenomena yang ada di masyarakat sudah tidak popular lagi, maka mode dari aksesoris tersebut bisa tidak diminati lagi dan digantikan dengan mode aksesoris baru yang menjadi tren saat itu. Oleh karena itu, sejarah dari aksesoris adalah tentang tren mode yang pernah terjadi sebelumnya. Meskipun asal-usul pertama sekali aksesoris Universitas Sumatera Utara 57 itu muncul tidak bisa dipastikan, akan tetapi tiap jenis aksesoris memiliki sejarahnya masing-masing. Jenis perhiasan aksesoris yang sering dikenakan oleh banyak orang sampai sekarang adalah berupa gelang, kalung, cincin, dan anting-anting. seperti berikut ini: 1. Gelang Aksesoris seperti gelang dalam bahasa asing disebut bracelet berasal dari kata brachile bahasa latin yang berarti ‘terletak di lengan. Bagi penduduk Amerika Latin, gelang dipercaya dapat melindungi bayi mereka dari setan, untuk itu setiap bayi akan mengenakan gelang di bagian lengannya. Sedangkan penduduk di Asia dan Eropa lebih percaya bahwa gelang melindungi seseorang dari kesialan, di mana orang yang mengenakan gelang dipercaya akan jauh lebih beruntung daripada mereka yang tidak mengenakan apa-apa di lengannya. Sumber: Winda Ragil Puspita, “Asal aksesoris gelang”, http:windaragilpuspitamautau.blogspot.com201107asal-aksesoris-gelang.html diakses pada tanggal 6 Februari 2013 2. Kalung Kalung adalah sebuah perhiasan berlingkar yang dikaitkan pada leher seseorang. Biasanya sebuah kalung berbentuk rantai dan kadang-kadang ditambahkan liontin sebagai pemanis. Kalung telah menjadi bagian integral dari perhiasan sejak peradaban kuno. Konon kalung dipercaya sudah digunakan sejak jaman batu, yaitu berkisar 40,000 tahun lalu. Pada masa itu, orang menggunakan kalung untuk menghiasi diri mereka, yang mana terbuat dari kerang-kerangan. Di kemudian hari, kalung terbuat dari batu, tulang, kulit kerang dan gigi binatang. Setelah penemuan besi, emas, dan perak, bahan yang beragam mulai digunakan sebagai penarik perhatian bagi pria ataupun wanita. Kalung telah Universitas Sumatera Utara 58 digunakan sepanjang sejarah oleh laki-laki dan perempuan. Digunakan untuk menandai berbagai perbedaan di banyak kebudayaan. Pada beberapa kebudayaan, kalung dapat menandakan kelas sosial penggunanya. Kalung juga digunakan sebagai identitas penggunanya, seperti kalung yang digunakan oleh tentara Amerika Serikat disebut sebagai dog tags. Kalung ini mulai digunakan sejak perang dunia ke dua. Indentitas pemakai diletakkan pada liontin yang terbuat dari lempengan aluminium. Identitas yang dituliskan adalah nama, jabatan, resimen atau korps dari si pemakai. Sumber: “Sejarah Kalung”, http:alyamalika.multiply.comjournalitem3?show_interstitial=1u=2Fjournal2Fitem diakses pada tanggal 6 Februari 2013 3. Cincin Cincin merupakan sebuah perhiasan yang melingkar di jari. Sejarah cincin dimulai di Mesir Kuno sebagai simbol lingkaran, digunakan untuk melambangkan siklus tidak pernah berakhir. Cincin Pasangan digunakan selama zaman Romawi. Pria Romawi memberikan cincin pada wanita yang merupakan simbolis untuk melindungi dan menghargai pasangannya. Cincin ditempatkan di jari manis di tangan kiri, kebiasaan ini berakar dari orang Mesir kuno yang percaya bahwa jari manis tangan kiri berhubungan dengan pembuluh darah yang langsung mengarah ke jantung vena amoris. Oleh karena itu, orang yang memakai cincin di jari manis tangan kiri menunjukkan bahwa sang pemakai sedang berada dalam sebuah hubungan. Penduduk Roma percaya cincin sebagai simbol untuk kepemilikan bukan cinta. Ini berarti bahwa suami akan mengklaim istrinya. Pada abad kedua SM sebelum masehi, pengantin Romawi diberikan dua cincin, satu emas yang dia kenakan di depan umum, dan satu terbuat dari besi, yang bisa ia dipakai di rumah Universitas Sumatera Utara 59 sambil melakukan pekerjaan rumah. Secara Historis, penggunaan cincin tidak selalu menandakan sebuah pernikahan, namun juga sebagai tanda sayang maupun persahabatan. Sejarah cincin pertunangan pertama berasal dari 1215, ketika Pobe Innocent III mengisyaratkan cincin menjadi syarat dari masa tunggu antara janji pernikahan dan upacara pernikahan yang sebenarnya. Cincin itu kemudian ditandai dengan pengabdian pasangan satu sama lain. Selama periode waktu dari masa ke masa, cincin juga di representasikan sebagai tingkatan sosial seseorang, semakin mahal cincinnya berarti memiliki tingkatan sosial yang tinggi pula. Pada abad ke-21, di banyak kebudayaan, cincin sudah dikenal sebagai alat pengikat satu pasangan dengan yang lain. Cincin dikenakan secara terus menerus yang merupakan simbol dari mereka untuk mempertahankan komitmen yang mereka pegang. Sumber: “Sejarah Cincin”, http:gallerysilver.blogspot.com201208sejarah-cincin.html diakses pada tanggal 6 Februari 2013 4. Anting-anting Anting-anting merupakan jenis aksesoris yang digunakan sebagai penghias telinga. Cara memakai anting itu sendiri adalah dengan menusuk tulang rawan telinga atau yang lebih dikenal dengan istilah tindik. Penemuan Arkeologis mengenai anting terdapat di kota kuno Perspolis, Persia pada sebuah ukiran dinding istana yang menggambarkan tentara kekaisaran yang memakai anting. Anting yang dikenakan oleh kaum pria merupakan sebagai simbol kasta dan menunjukan bahwa mereka pejuang. Sedangkan anting tertua yang pernah ditemukan di kota Ur, Mesopotamia yang diperkirakan berasal dari 3500 SM. Bentuk antingnya berupa cincin besar berpinggiran tipis. Universitas Sumatera Utara 60 Kemudian pada 2500-1600 SM di Yunani ditemukan anting dengan bentuk bulan sabit. Melimpahnya persediaan emas di masa jayanya, membuat Yunani 600- 475 SM menghasilkan anting-anting emas dengan bentuk yang lebih bervariasi, seperti anting-anting yang berbentuk perahu lengkap dengan manusia sebagai penumpangnya. Meskipun anting-anting gantung dengan panjang mencapai bahu populer pada akhir masa klasik 475-330 SM, tetap saja bentuk cincin lebih banyak dipilih. India, misalnya, membuat model serupa namun berukuran lebih besar menjelang berakhirnya abad I SM. Tidak hanya itu, sebuah lukisan di Cina dari abad VII pun menggambarkan beberapa wanita mengenakan anting-anting cincin. Akan tetapi anting-anting sempat tenggelam dari sejarah peradaban manusia, terutama di Eropa, kira-kira abad XVII, XVIII, dan XIX. Hal tersebut disebabkan dengan munculnya gaya rambut, rambut palsu, dan hiasan kepala yang menutupi telinga. Namun ketika ditemukan anting jepit, juga dengan cara melubangi daun telinga yang tidak sakit, di abad XX anting-anting berjaya kembali. Sebagai aksesoris, anting memang sering dipandang sebagai perhiasan eksklusif kaum wanita, seperti pada masyarakat di Asia bagian barat, termasuk Israel dan Mesir Kuno. Namun kenyataannya di Yunani dan Roma Kuno misalnya, pria beranting dapat segera dikenali sebagai pria dari Timur, misalnya Timur Tengah. Bahkan kaum pria Eropa pada masa Renaissance 1400-1600 dan Barok 1500-1750 pernah mengenakan anting sebelah. Pada abad XVII dan XVIII, mereka menambahinya dengan mutiara. Pemicunya karena Pangeran Inggris Charles I yang selamat dari tiang gantungan dengan menggunakan anting seseperti itu. Selain mutiara berbagai batu permata pun digunakan untuk model anting-anting, seperti: kecubung, pirus, akik, dan jasper yang diikat emas dan perak pada anting-anting kaum wanita Mesir. Universitas Sumatera Utara 61 Lain lagi dengan masyarakat India yang memasukkan perunggu dan emas, serta memadatinya dengan mutiara dan batu-batuan. Setelah platina diperkenalkan untuk pengikat batu permata, pada tahun 1920-an ditemukan cara budidaya mutiara. Terlebih saat produksi plastik semakin berkembang, setelah PD II, produksi anting- anting semakin banyak dan bervariasi dengan warna-warni yang tidak kalah kilauannya dengan batu permata asli. Sumber: “Cerita unik dibalik anting-anting”, http:laman-info.blogspot.com201203cerita-unik-dibalik-anting- anting.html diakses pada tanggal 6 Februari 2013

2.2. Industri Kreatif Aksesoris di Kota Medan