Struktur Organisasi IMEJI Gambar 3.

91

2.4.1. Struktur Organisasi IMEJI Gambar 3.

Keterangan : : Laki-laki : : Perempuan Ego : Pak Muslim A : Ibu Awi B : Ibu Iroh C dan D: Anak-anak dari Pak Muslim dan Ibu Iroh Pak Muslim dan Ibu Awi mempunyai hubungan saudara. Pak Muslim dan Ibu Iroh adalah pasangan suami istri dan mempunyai dua orang anak perempuan. Anak pertama berumur 12 tahun dan anak ke dua berumur 6 tahun. Pak Muslim dan Ibu Iroh menjalankan usaha aksesoris dengan pembagian kerja yang sudah disepakati bersama. Ibu Iroh selain ikut membantu usaha suami juga mempunyai peran sebagai ibu rumah tangga. Oleh karena itu, sebelum berangkat ke Pasar UD Pajus Baru Medan Ibu Iroh terlebih dahulu menyiapkan sarapan dan mengantar anak-anak berangkat ke sekolah. Meski sangat sibuk dengan pekerjaan, tapi untuk urusan anak tetap harus B A ego D C Universitas Sumatera Utara 92 menjadi perhatian yang utama. Beliau berusaha menjadi ibu rumah tangga yang baik bagi keluarganya. Sehingga meski orang tua jarang di rumah, akan tetapi anak-anak tetap mendapat perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya. Sedangkan untuk urusan memberekan rumah tangga, Ibu Iroh tidak merasa khawatir karena beliau dibantu oleh seorang pekerja rumah tangga. Biasanya Ibu Iroh baru datang ke Pajak UD Pajus Baru Medan setelah mengantar anak ke sekolah. Pak Muslim, suaminya tidak merasa keberatan jika istrinya datang agak siang untuk membantunya menjaga toko serta melayani pembeli di Pasar UD Pajus Baru Medan. Pada pagi hari Pajus memang masih terlihat sangat sepi, baik dari pedagang maupun pengunjung. Pajus baru ramai didatangi pembeli saat siang dan sore hari. Menurut beliau hal ini disebabkan karena pengunjung Pajus kebanyakan datang dari kalangan anak sekolah, kuliah dan pekerja. Sehingga Pajus menjadi ramai pada saat jam-jam pulang sekolah atau jam makan siang. Pak Muslim sendiri bertugas menjadi kepala keluarga yang fokus utamanya adalah mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anak-anak dan istrinya. Saat senggang beliau juga menyempatkan diri bermain dengan anak dan jika ada urusan sekolah yang mengharuskan kehadiran orang tua, maka beliaulah yang mewakili untuk menghadirinya. Sedangkan dalam usaha beliau mengontrol serta mengurus kelengkapan benda-benda aksesoris yang mereka jual, mulai dari memodifikasi aksesoris, hingga membeli aksesoris dari pusat pasar maupun tempat lainnya. Selain itu beliau juga membantu istrinya untuk menjual dan melayani pembeli. Sedangkan kedua anak mereka karena masih duduk di bangku sekolah, maka mereka tidak diikut sertakan dalam menjalankan usaha tersebut. Kedua anaknya hanya diperbolehkan ikut ke toko pada hari minggu atau saat sedang libur sekolah Universitas Sumatera Utara 93 saja. Hal tersebut dilakukan karena menurut Pak Muslim, beliau sebagai orang tualah yang berkewajiban untuk bekerja dan mencari nafkah bagi keluarganya. Sedangkan bagi anak-anaknya, pendidikan menjadi kewajiban utama yang harus dilakukan saat ini. Memodifikasi aksesoris biasanya dilakukan Pak Muslim saat sedang di rumah. Tidak ada ruangan khusus tempat beliau bekerja, beliau mengerjakannya di dalam atau di teras rumah. Sehingga tidak jarang anak-anaknya juga ikut melihat dan memperhatikan pekerjaan yang dilakukannya. Saat sedang membongkar pasang aksesoris, anak-anaknya kadang ikut memperhatikan dan meminta untuk diajari bagaimana cara kerjanya. Secara pribadi, beliau sangat senang karena ada keinginan sendiri dari anak-anaknya untuk ikut belajar. Menurut beliau ilmu yang diajarkan kepada anak-anaknya suatu saat pasti akan sangat berguna bagi mereka sendiri. Oleh karena itu, keingintahuan anak harus didukung kearah yang positif. Namun meski demikian beliau tidak mau terlalu memaksa anak-anaknya untuk mempelajari cara membuat atau memodifikasi aksesoris. Beliau tetap memberi kebebasan bagi anak-anaknya untuk melakukan apa yang mereka sukai tanpa ada unsur paksaan dari pihak mana pun. Menjadi seorang wirausaha aksesoris menurut beliau tidak mudah. Orang yang menjalankan usaha aksesoris harus memiliki jiwa seni, karena kalau tidak maka orang tersebut akan cepat bosan dan hanya memikirkan keuntungan material saja. Namun jika jiwa seni itu ada pada diri seseorang, maka menjalankan usaha aksesoris akan dirasa seperti sedang melakukan sebuah hobi. Melakukan sebuah hobi yang disukai tentu akan memberikan kesenangan tersendiri, sehingga pekerjaan tersebut tidak dianggap menjadi beban. Universitas Sumatera Utara 94 BAB III PROSES PEMBUATAN AKSESORIS Seperti yang telah kita ketahui pada umumnya dalam memulai sebuah usaha tentu tidak terlepas dari adanya modal. Modal memang menjadi faktor yang sangat utama dalam membangun sebuah usaha. Sering kali orang berpikir untuk menjalankan sebuah usaha, maka dibutuhkan sebuah modal usaha dalam bentuk material uang dengan jumlah besar. Namun berbeda halnya dengan pendapat Pak Ojie seorang wirausaha aksesoris, menurut beliau modal tidak hanya berupa modal material saja, tetapi juga ada bakat, keahlianskill, ide, kemauan, kreatifitas, dan kerja keras. Beliau juga mengatakan meski modal material untuk memulai sebuah usaha sangat minim, namun jika memiliki modal seperti: bakat, keahlianskill, ide, kemauan, kreatifitas, dan kerja keras, benda-benda yang bagi kebanyakan orang dianggap sudah tidak berharga lagi, ditangan orang tersebut akan dapat diubah menjadi sesuatu yang bermanfaat dan menguntungkan. Pencapaian modal-modal usaha seperti yang disebutkan di atas tentu tidak terlepas dari adanya sebuah proses belajar. Proses belajar ini dapat dilakukan melalui segi formal seperti pendidikan, maupun segi informal seperti pengalaman. Melalui proses inilah seseorang yang tadinya tidak memiliki bakat alamiah seperti dalam hal membuat aksesoris dapat belajar dan mengasah keahliannya, sehingga menjadi terbiasa dan dapat berkreatifitas dengan ide-ide yang dimilikinya. Demikian juga halnya dengan pembuatan aksesoris itu sendiri. Sebelum menjadi sebuah aksesoris yang siap pakai, ada tahapan-tahapan yang terlebih dilakukan dalam proses pembuatannya. Tahapan dalam proses pembuatan aksesoris Universitas Sumatera Utara 95 ini penting untuk diketahui, karena melalui tahapan ini benda yang tadinya tidak memiliki nilai dapat dirubah menjadi benda aksesoris yang memiliki nilai jual.

3.1. Tujuh Tahapan Pembuatan Aksesoris