untuk vasektomi, kurangnya motivasi provider untuk pelayanan vasektomi dan kurangnya dukungan peralatan dan medical suplies untuk vasektomi BKKBN, 2008.
Upaya pemerintah Kota Tebing Tinggi membentuk Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana di mana petugas kesehatan mensosialisasikan
kebijakannya tentang partisipasi pria dalam program KB kontap pria. Kebijakan tersebut antara lain dengan memberikan insentif Rp. 200.000 kepada masing-masing akseptor
vasektomi. Dana tersebut berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBD. Selain itu, petugas kesehatan mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai provider, juga harus
mampu pemberdayaan tokoh masyarakat agama sebagai penyuluh. Petugas kesehatan telah melakukan promosi kesehatan kepada pasangan usia subur
tentang kontrasepsi vasektomi melalui penyuluhan namun penyampaiannya belum merata di setiap wilayah kerja Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi sehingga cakupan
vasektomi hanya mencapai 1,15 belum sesuai dengan sasaran kontrasepsi vasektomi sebesar 4,5 disebabkan keluarga mempunyai nilai yang menginginkan lebih banyak anak
laki-laki sebagai penerus marga dan setelah dewasa anak dapat membantu keluarga menambah pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Selain itu faktor tokoh
masyarakat tidak dilibatkan dalam program kontrasepsi vasektomi. Padahal tokoh masyarakat agama lebih diteladani oleh masyarakat dalam kehidupanya dan
memungkinkan peran tokoh tersebut mendapat respon dari masyarakat.
5.7 Pengaruh Ketersediaan Pelayanan Vasektomi, Dukungan Istri dan Peran Petugas
terhadap Penggunaan Vasektomi
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel bebas yang memengaruhi penggunaan vasektomi di Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi Tahun 2014 yaitu
ketersediaan pelayanan vasektomi, dukungan istri dan peran petugas dengan nilai p0,05. Namun variabel pengetahuan suami, sikap dan keterjangkauan sarana kesehatan tidak
berpengaruh langsung terhadap penggunaan vasektomi p0,05. Penelitian Budisantoso dan Rustam didua tempat yang berbeda, bahwa penggunaan
vasektomi dipengaruhi oleh ketersediaan pelayanan kesehatan atau petugas kesehatan dan dukungan istri. Pendapat Green 1991 menyatakan bahwa faktor pemungkin enabling
factors meliputi tersedianya pelayanan kesehatan dan faktor penguat reinforcing factors meliputi perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas
termasuk petugas kesehatan dapat memengaruhi perilaku kesehatan seseorang. Suami merasa bahwa dengan tersedianya pelayanan vasektomi memudahkan suami
memahami lebih banyak tentang vasektomi sehingga timbul rasa percaya diri, merasa amah dan nyaman dalam memilih vasektomi untuk membantu pasangan dalam merencanakan
jarak kelahiran anak. Istri sebagai orang yang dekat dan lebih memahami suami merupkan faktor yang dapat memengaruhi suami memilih menggunakan vasektomi. Istri dapat
menyampaikan informasi kesehatan tentang vasektomi yang bukan merupakan proses pengkebirian dan tidak mengganggu hubungan intim suami istri. Padahal dengan suami
menjadi akseptor vasektomi dapat membantu kesehatan reproduksi istri, khususnya dalam hal penggunaan kontrasepsi.
Petugas kesehatan juga merupakan faktor berpengaruh langsung terhadap penggunaan vasektomi disebabkan petugas kesehatan merupakan orang yang telah diberi
wewenang oleh pemerintah untuk memberikan berbagai informasi kesehatan untuk
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tenaga kesehatan telah diakui sebagai sebuah profesi dan untuk dapat dikatakan sebagai seseorang yang bekerja profesional,
maka tenaga kesehatan harus dapat memahami sejauh mana peran dan fungsinya sebagai seorang provider. Namun bila dibandingkan dengan wilayah kerjanya memungkinan
penyampaian informasi belum efektif disebabkan kurangnya sarana mendukung seperti transportasi, brosur leaflet tentang vasektomi dan jumlah tenaga kesehatan belum
berbanding lurus dengan luas wilayah kerjanya. Selain itu peran stakeholder lainnya seperti Kantor Lurah, Camat sebagai penyuluh kesehatan tentang vasektomi belum dapat
diberdayakan secara efektif. Ketersediaan pelayanan vasektomi yang baik, didukung oleh istri dan peran petugas
kesehatan baik berpeluang 95 suami menggunakan metode vasektomi. Sebaliknya ketersediaan pelayanan vasektomi dan dukungan istri yang kurang baik dan peran petugas
kesehatan kurang baik berpeluang 15,8 suami menggunakan metode vasektomi
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN