Pengaruh Keterjangkauan Sarana Kesehatan terhadap Penggunaan Vasektomi Pengaruh Dukungan Istri terhadap Penggunaan Vasektomi

Ketersediaan sumber daya kesehatan fasilitas pelayanan kesehatan, keterjangkauan sumber daya kesehatan, prioritas dan komitmen pemerintah terhadap kesehatan dan keterampilan yang berkaitan dengan kesehatan. Tersedia atau tidaknya sarana yang dapat dimanfaatkan adalah hal penting dalam munculnya perilaku seseorang dibidang kesehatan. Betapapun positifnya latar belakang, kepercayaan dan persiapan mental yang dimiliki tetapi jika sarana kesehatan tidak tersedia tentu seseorang tidak akan dapat berbuat banyak dan perilaku kesehatan tidak akan muncul Maryani, 2006. Pelayanan KB yang berkualitas harus mencakup pemberian pelayanan KIPK yang dapat melindungi klien dari resiko efek samping dan komplikasi serta meminimalkan kemungkinan terjadinya kegagalan. Walaupun telah dilakukan upaya untuk meningkatkan pelayanan KB, masih terdapat beberapa hambatan dalam penggunaan kontrasepsi, untuk itu diperlukan upaya, antara lain dengan memberikan Komunikasi InterpersonalKonseling KIPK pada saat sebelum pelaksanaan, saat pelaksanaan dan pasca pelaksanaan. Program KB Safari belum dapat menjamin bahwa informasi tentang vasektomi dapat disampaikan kepada seluruh pasangan usia subur di Kota Tebing Tinggi. Bahkan luas wilayah kerja sangat minim jika dikaitkan dengan frekuensi penyelenggaraannya hanya satu tahun sekali. Kondisi ini menyebabkan fasilitas untuk KB pria masih minim dan juga alat kontrasepsi wanita lebih banyak pilihannya dibandingkan kontrasepsi pria.

5.4 Pengaruh Keterjangkauan Sarana Kesehatan terhadap Penggunaan Vasektomi

Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterjangkauan sarana kesehatan yang terjangkau lebih banyak pengguna vasekotmi 55,8, sedangkan keterjangkauan sarana kesehatan yang tidak terjangkau lebih banyak tidak menggunakan vasektomi 63,6. Hasil uji chi square tidak menunjukkan hubungan antara keterjangkauan sarana kesehatan dengan penggunaan vasektomi p 0,127. Demikian juga hasil uji regresi logistik berganda keterjangkauan sarana kesehatan tidak berpengaruh langsung terhadap penggunaan vasektomi di Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi p 0,0740,05. Berbeda dengan penelitian Rustam 2006, didapatkan hasil partisipasi pria dalam praktik metode KB modern dipengaruhi faktor jarak ke sarana kesehatan terhadap program KB di Indonesia. Jarak dengan fasilitas kesehatan juga berkontribusi terhadap terciptanya suatu perilaku kesehatan pada masyarakat. Pengetahuan dan sikap yang baik belum menjamin terjadinya perilaku, maka masih diperlukan faktor lain yaitu jauh dekatnya dengan fasilitas kesehatan. Jarak fasilitas kesehatan yang jauh dari pemukiman penduduk akan mengurangi pemanfaatan pelayanan kesehatan, dan sebaliknya jarak yang relatif lebih dekat akan meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Faktor jarak keterjangkauan sarana kesehatan bukan merupakan faktor yang dapat memengaruhi penggunaan vasektomi disebabkan sarana kesehatan mudah dijangkau oleh suami. Tempat diselenggarakannya vasektomi bagi suami adalah RSU Kota Tebing Tinggi yang terletak di tengah-tengah kota yang mudah dijangkau oleh kendaraan alat transportasi.

5.5 Pengaruh Dukungan Istri terhadap Penggunaan Vasektomi

Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan istri yang baik lebih banyak pengguna vasekotmi 61,5, sedangkan dukungan yang kurang lebih banyak tidak menggunakan vasektomi 62,9. Hasil uji chi square menunjukkan hubungan antara dukungan istri dengan penggunaan vasektomi p 0,036. Penelitian serupa oleh Lubis 2009 dengan hasil penelitian bahwa dukungan istri memengaruhi pengambilan keputusan menggunakan vasektomi di Kota Tebing Tinggi. Demikian juga hasil uji regresi logistik berganda dukungan istri berpengaruh langsung terhadap penggunaan vasektomi di Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi p 0,0210,05. Hal ini menggambarkan bahwa semakin baik dukungan istri maka suami semakin menerima vasektomi sebagai alat kontrasepsi. Diperkuat dengan nilai OR sebesar 3,622 dengan 95 CI 1,213-10,817, berarti suami menggunakan vasektomi 3,622 kali kemungkinan yang didukung istri dengan baik dibandingkan yang tidak mengunakan vasektomi. Sejalan dengan penelitian Sirat 2012 didapatkan hasil dukungan istri memengaruhi partisipasi anggota Polri dalam ber-KB di Polres Kabupaten Serdang Bedagai. Dukungan istri merupakan faktor dominan memengaruhi partisipasi anggota Polri dalam ber-KB. Partisipasi dalam memakai metode kontrasepsi vasektomi yang dipengaruhi oleh dukungan istri sesuai dengan pendapat Arwen dalam Simanjuntak 2007, persetujuan seorang istri menjadi kunci dalam memutuskan menjalani vasektomi. Seluruh pasangan yang suaminya menjalani vasektomi di Tanzania mengatakan bahwa keputusan merupakan hasil diskusi dengan istri, bahkan lebih dari 50 diantaranya mengatakan bahwa persetujuan istri sebagai salah satu faktor dalam pengambilan keputusan. Banyak istri yang Universitas Sumatera Utara justru tidak ingin suaminya ber-KB khususnya menggunakan alat kontrasepsi vasektomi karena khawatir dimanfaatkan untuk berselingkuh padahal penggunaan alat kontrasepsi pria akan menyebabkan istri tidak perlu memakai alat kontrasepsi wanita lagi sehingga terhindar dari efek samping seperti keputihan, kegemukan, perdarahan dan lebih leluasa untuk mengurus keluarga. Variabel dukungan istri memberikan pengaruh secara langsung terhadap penggunaan vasektomi, dimana istri semakin mendukung menggunakan KB maka semakin banyak pertimbangan suami menggunakan kontrasepsi vasektomi. Dukungan merupakan ketersediaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat lewat pengetahuan bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai oleh orang lain dan ia juga merupakan anggota dalam suatu kelompok yang berdasarkan kepentingan bersama. Dukungan keluarga merupakan suatu proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan berbeda-beda pada setiap tahap siklus kehidupan Friedman, 1998. Istri yang kurang mendukung kepada suami kecenderungan suami tidak menggunakan kontrasepsi vasektomi. Hal ini disebabkan istri telah menggunakan program KB, sehingga istri tidak mendukung suaminya untuk berKB lagi. Sedangkan suami menggunakan kontrasepsi vasektomi disebabkan jumlah anak cukup banyak berdampak terhadap tingginya kebutuhan dalam keluarga sehingga suami memilih menggunakan kontrasepsi permanen vasektomi. Pada umumnya para akseptor vasektomi di Tebing Tinggi berprofesi sebagai penarik beca, buruh bangunan, petugas parkir, pedagang keliling dan kepala lingkungan. Mereka Universitas Sumatera Utara umumnya berasal dari keluarga pra-sejahtera yang memiliki anak lebih dari 3 orang. Jenis pekerjaan tersebut merupakan jumlah terbanyak dari para akseptor vasektomi di Tebing Tinggi.

5.6 Pengaruh Peran Petugas Kesehatan terhadap Penggunaan Vasektomi