“rumah tradisional” dapat diartikan sebuah rumah yang dibangun dan digunakan dengan cara yang sama sejak beberapa generasi.
Berdasarkan definisi sebelumnya dapat disimpulkan bahwa rumah tinggal bagi orang Jawa bukan hanya sebagai tempat tinggal, namun juga sebagai simbol
kehidupan, selain itu rumah tinggal juga sebagai tempat untuk berhubungan manusia dengan manusia, dan manusia dengan Tuhan.
2. Bentuk dan Jenis Rumah Tinggal
Berdasarkan sejarah perkembangan bentuk, rumah tempat tinggal orang Jawa dibagi menjadi 4 macam, yaitu
panggangpe, limasan, kampung
, dan
joglo
. Sedangkan bentuk
tajug
tidak dipakai untuk rumah tempat tinggal, tetapi untuk rumah ibadah atau rumah pemujaan Dakung, 1982: 25. Berikut penjelasan
tentang tipe bentuk rumah tingal tersebut:
a.
Panggangpe
Rumah
panggangpe
merupakan bentuk bangunan rumah yang paling sederhana dan merupakan bentuk bangunan dasar. Bangunan
panggangpe
ini merupakan bangunan pertama yang digunakan orang untuk berlindung dari
gangguan angin, dingin, panas matahari dan hujan. Bangunan yang sederhana ini bentuk pokoknya mempunyai tiang atau
saka
sebanyak 4 atau 6 buah. Sedangkan pada sisi-sisi kelilingnya diberi dinding sekedar penahan hawa
lingkungan sekitarnya Dakung, 1982: 26.
Gambar 2: Bentuk Bangunan
Pangangpe
Sumber : interiorisisolo.blogspot.com, diunduh pada 9 Oktober 2013
b.
Kampung
Bangunan lain yang setingkat lebih sempurna dari
panggangpe
adalah bentuk bangunan rumah yang disebut
kampung
. Bangunan pokoknya terdiri dari
saka-saka
atau tiang yang berjumlah 4, 6 atau bisa juga 8 dan seterusnya. Tetapi biasanya hanya memerlukan 8
saka
. Sedangkan atap terdapat pada dua belah sisinya dengan satu
bubungan
atau
wuwung
seperti halnya bentuk
panggangpe
. Bentuk bangunan
kampung
ini dalam perkembangannya mengenal berbagai bentuk variasi, sehingga dari bentuk yang sederhana ini kita mengenal bentuk
bangunan
kampung
yang lain Dakung, 1982: 30.
Gambar 3: Bentuk Bangunan
Kampung
Sumber : interiorisisolo.blogspot.com, diunduh pada 9 Oktober 2013
c.
Kampung Srontong
Kampung srontong
merupakan bentuk bangunan
kampung
yang ditambah lagi bangunan emper pada bagian sisi depan dan belakang bangunan pokok.
Dengan demikian bentuk bangunan
srontong
ini merupakan bangunan
kampung
pokok yang mempunyai dua bangunan
emper
yang kesemuanya berbentuk
panggangpe
. Mempunyai
saka
jumlahnya 8, 12, 16 dan seterusnya. Sedangkan atap terdiri dari dua belah sisi masing-masing bersusun dua dan satu bubungan
atau wuwung dan dua tutup keong Dakung, 1982: 31.