Faktor Penghambat Kebijakan Implementasi Kebijakan Mengatasi Masalah Tawuran di SMA Negeri 2 Ngaglik

101 tawuran antar pelajar, dimana mereka berperan aktif memberikan informasi dan membantu pengamanan pelaku maupun korban tawuran. Pihak berwenang juga selalu menjaga ketertiban sekolah dalam menajaga kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. Hal senada juga diungkapkan oleh YMN sebagai berikut: Tentu sangat banyak keterlibatan pihak lain antara lain kordinasi dengan Bapak polisi yang selalu memberi masukan mengenai peraturan tata tertib, dan apabila ada aksi dari pelajar yang mencurigakan Bapak polisi segera dihubungi, dalam hal ini sekolah jarang sekali menangani masalah sendiri. Kami juga berkerjasama dengan masyarakat sekitar, sekolah kita ibarat sekolah milik masyarakat juga, jadi mereka sering kali memberi informasi-informasi yang berkaitan dengan tawuran dan beberapa saat yang lalu ada warga masyarakat juga yang menangkap dan menyerahkan oknum yang terlibat tawuran ke kantor polisi . WawYMN 6 juni 2014 Berdasarkan beberapa pernyataan di atas bahwa, orangtua, masyarakat dan pihak berwenang turut berperan aktif dalam menertibkan siswa, karena mereka mempunyai tujuan yang sama yaitu membangun SMA Negeri 2 Ngaglik menjadi sekolah yang lebih baik. Selain itu sekolah juga mempunyai staff keamanan yang berkomitmen dan berani sehingga antara staff keamanan dan seluruh warga sekolah mempunyai visi dan misi yang sama untuk menegakkan ketertiban sekolah.

b. Faktor Penghambat Kebijakan

Di samping adanya faktor pendukung dalam menegakkan ketertiban tentunya juga masih terdapat faktor penghambat dalam 102 pelaksanaan kebijakan. Adapun faktor penghambat tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh ibu NR sebagai berikut: Faktor penghambatnya itu ada pada ketidakdisiplinan murid- murid yang tidak setia memegang konsep tatib, dan mudah melupakan tata tertib, mudah terpengaruh oleh ajakan teman, sekedar hanya ikut-ikutan dan ada beberapa karena efek paksaan temantekanan WawNR 18 Juni 2014. Sesuai dengan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan Ibu NR selaku Guru BK bahwa memang benar masih ada anak-anak yang kurang dapat mematuhi tata tertib sekolah dilihat dari pengamatan peneliti masih ada saja anak yang mengeluarkan baju saat berada di lingkungan sekolah, dasi yang tidak digunakan, dan beberapa siswa yang melakukan pacaran di lingkungan sekolah serta coret-coretan siswa v Ô ÕÖ Ô × Ø s Ù Ú yang berada di sekolah seperti tembok kelas, kursimeja belajar, maupun pintu kamar mandi. Padahal dalam buku tata tertib sekolah sudah tertulis batasan-batasan yang harus dikenakandilakukan siswa di sekolah. Kendala lain juga diungkapkan oleh MR sebagai berikut: Waktu yang sangat terbatas saat siswa berada di sekolah, jadi saat di luar jam sekolah guru susah memantau siswa . WawMR 17 Juni 2014. Dari pendapat ibu MR sebagai guru bimbingan konseling dapat dianggap benar karena waktu sebagai guru hanya sebatas di sekolah saja, sedangkan anak-anak dapat bertemu dengan teman-teman di luar sekolah jadi tingkat kontrol guru menjadi kurang. Namun alasan demikian harusnya dapat diminimalisir oleh guru, apalagi di zaman modern ini yang 103 membuat jauh menjadi dekat dengan adanya teknologi. Guru dapat meminta nomer siswa lalu melacaknya dengan ÛÜÝ tr Þßà á â Û jadi tahu dimana anaksiswa berada, saat di sekolah guru lalu dapat menanyakan langsung kepada si anak. Hal senada juga diungkapkan oleh DW sebagai berikut: Ada kelompok identitas Û Þâà yang masih dibackup oleh para alumni yang sering mempengaruhi para siswa terkait dengan eksistensi kelompok tersebut. Ada banyak orangtua yang tidak menyadari bahwa perilaku anak yang di sekolah berbeda ketika saat sedang berada di rumah, sehingga timbul ketidak percayaan orangtua. Dana sangat dibutuhkan ketika kami harus bekerjasama dengan pihak luar utamanya saat menitipkan anak yang bermasalah ke instansi diluar sekolahan. WawDW 18 Juni 2014. Hal serupa juga diungkapkan oleh YM, sebagai berikut: Di sini sebagai lembaga pendidikan meskipun ada tatib sekolah namun kami tidak dapat sembarangan dalam menjalankannya dan tidak kaku dan sebagai lembaga pendidikan harus bertindak sesuai dengan prosedur sehingga anak-anaksiswa menerjemahkan tindakan ini sebagai hal yang biasa dan cenderung acuh terhadap peraturan. WawYM 6 juni 2014. Berdasarkan pernyataan beberapa kutipan wawancara di atas dapat diketahui bahwa pelaksanaan kebijakan sekolah berjalan kurang optimal karena banyak siswa yang kurang memperhatikan peraturan sekolah, hal tersebut terlihat dari adanya tingkah laku siswa yang kurang disiplin, ada alumni yang ãä ãå Þ ßà u Ü suatu komunitas tertentu, kurangnya waktu pengawasan anak di sekolah, orangtua yang kurang peka terhadap anaknya, masalah dana yang menghimpit sekolah dan yang kurang keterbukaan anaksiswa kepada guru ketika mempunyai masalah sehingga 104 menyulitkan guru untuk memerikan solusi secara cepat dan tepat sesuai kebutuhan siswa. Padahal sekolah sudah berupaya sekuat tenaga untuk æçèé u êêë ì t anak didiknya agar menjauhi segala tindakan negatif yang dapat merugikan siswa, sekolah juga sudah meringankan sedikit hukuman dengan tidak langsung mengembalikan siswa yang terlibat dalam kasus tawuran tetapi masih diberikan fase-fase perbaikan siswa dan dalam proses pengembalian ke orangtua juga ditunggu setelah anak berada di kenaikan kelas. Setiap kenakalan yang disebabkan remaja pasti berubah-ubah dan akan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, maka dari itu segala penghambat yang menghambat kebijakan sekolah setiap waktu pasti akan berubah juga jadi seluruh warga sekolah harus menyikapinya dengan positif dan saling bekerja sama untuk membuat sekolah menjadi lebih tertib lagi.

C. Pembahasan

Berdasarkan data yang telah disajikan di atas, perlu dilaksanakan analisis dan sintetis untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan yaitu: fenomena- fenomena yang dapat memicu tawuran antar pelajar, kebijakan sekolah dalam mengatasi masalah tawuran antar pelajar, implementasi kebijakan sekolah dalam mengatasi masalah tawuran antar pelajar, dan faktor pendukung dan penghambat dalam proses implementasi kebijakan sekolah dalam mengatasi masalah tawuran