Rehabilitasi Hutan Mangrove REHABI LI TASI HUTAN MANGROVE DAN HUTAN PANTAI

60

G. REHABI LI TASI HUTAN MANGROVE DAN HUTAN PANTAI

Hutan mangrove dan hutan pantai merupakan jalur hijau daerah pantai yang mempunyai fungsi ekologis dan sosial ekonomi, khususnya bagi masyarakat pesisir melalui pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu serta jasa lingkungannya. Secara fisik hutan mangrove dan hutan pantai mampu memecah energi kinetik gelombang air laut sehingga berfungsi sebagai pelindung pantai. Menyadari akan pentingnya hutan mangrove dan hutan pantai bagi kehidupan masyarakat maka melalui Gerhan dilaksanakan rehabilitasi terhadap sumberdaya tersebut. Tahapan rehabilitasi hutan mangrove dan hutan pantai adalah sebagai berikut :

1. Rehabilitasi Hutan Mangrove

a. Penyusunan Rancangan 1 Penetapan Calon Lokasi Calon lokasi rehabilitasi hutan mangrove adalah kawasan pantai yang ditetapkan dalam Rencana Teknik Tahunan RTT. Penentukan calon lokasi mempertimbangkan aspek teknis dan aspek sosial ekonomi sebagai berikut : a Aspek Teknis 1 Kawasan hutan mangrove yang : a Tidak dapat berfungsi sebagai habitat biota yang hidup di kawasan hutan mangrove; b Mengalami degradasi yang dicirikan oleh menurunnya kerapatan tegakan sehingga terbuka dan tumbuhnya berbagai jenis semak seperti warakas Achrosticum aureum dan jerujen Acanthus ilicifolius; c Adanya kenyataan dan atau berpotensi proses kejadian abrasi tsunami. 2 Daerah pantai yang berfungsi lindung yang memenuhi persyaratan biofisik untuk pertumbuhan mangrove : a Kondisi tanah berlumpur, sedikit berpasir dan dipengaruhi pasang surut air laut; b Salinitas antara 10 - 30 0 ∞ , tetapi harus diperhatikan iklim dan kondisi pasang surut air laut yang menyebabkan tinggi-rendahnya kadar salinitas; c Ketahanan jenis mangrove terhadap pasang surut. 3 Kawasan pantai berhutan mangrove dengan lebar minimal 130 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan diukur dari garis air laut surut terendah ke arah darat. b Aspek Sosial ekonomi 1 Adanya pengaruh yang nyata keberadaan hutan mangrove terhadap kehidupan dan lingkungan; 2 Adanya ketergantungan masyarakat terhadap keberadaan hutan mangrove sebagai mata pencaharian; 61 3 Adanya kecenderungan berkembangnya pola usaha tani perikanan tambak pantai. 2 Pengumpulan Data dan I nformasi Pengumpulan data dan informasi dilakukan sebagai bahan dalam penyusunan rancangan. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data Primer diperoleh melalui wawancara dengan responden atau dengan mendatangi langsung obyek yang akan diambil datanya. Data Sekunder diperoleh melalui telaah data yang resmi hasil laporan, penelitian dan lain-lain. Jenis data yang dikumpulkan berupa data biofisik meliputi : letak dan luas, status lahan, tanah, salinitas, jenis tanaman, sarana dan prasarana, iklim dan zone hutan mangrove sedangkan data sosial ekonomi meliputi : demografi, mata pencaharian dan pendapatan, tenaga kerja, kelembagaan masyarakat. 3 Penataan Areal Penataan areal dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi serta mengidentifikasi permasalahan yang berkaitan dengan penguasaan lahan. Kegiatan penataan areal terdiri dari : a Survey ke lapangan untuk mengumpulkan data dan informasi lapangan biofisik-sosek, yang dituangkan dalam risalah umum; b Pengukuran luas dan batas luar areal yang dituangkan dalam peta rancangan; c Penentuan pola tanam penanaman merata, tumpangsari tambak dan atau model rumpun berjarak dengan memperhatikan kondisi lahan dan tegakan yang ada di lapangan serta sosial ekonomi masyarakat setempat. d Pengukuran batas areal tanam : 1 Luas areal sasaran rehabilitai hutan mangrove minimal 10 ha dalam satu hamparan yang kompak. 2 Batas areal tanam dapat menggunakan batas alam seperti alur-alur, anak sungai, patok bambu kayu dan lain-lain yang sifatnya relatif permanen dan diberikan tanda batas yang jelas. e Dari hasil pengukuran dibuat sket lapangan tanpa skala dan dicatat dalam buku ukur untuk bahan pembuatan peta rancangan skala 1 : 1.000 s d 1 : 10.000 sesuai kegiatan dan operasional pelaksanaan. 4 Pengolahan dan Analisa Data Data dan informasi yang telah dikumpulkan diolah tabulasi, sortasi dan validasi, yang selanjutnya dianalisis untuk bahan penyusunan 62 rancangan kegiatan dan rancangan anggaran biaya dan peta rancangan. 5 Rancangan Kegiatan a Kegiatan dirancang sesuai lokasi kawasan rehabilitasi : 1 Di Luar Kawasan Hutan Negara Pola penanaman di luar kawasan hutan negara diterapkan pola RHL insentif, dilaksanakan pada areal yang masyarakatnya terkonsentrasi pada suatu wilayah tertentu, mempunyai semangat dan partisipasi yang tinggi dalam upaya pelestarian hutan mangrove dan didukung oleh tersedianya bibit yang berkualitas baik. Selanjutnya, dirancang kegiatan pembuatan tanaman yang meliputi pola tanam, tata tanam, pemilihan jenis, persiapan lapangan, penanaman dan pemeliharaan. Jumlah bibit yang disediakan 1.100 bt Ha dengan sulaman tahun berjalan dan pemeliharaan tahun I sebesar 10 . Pola tanam dapat dirancang dengan pola murni merata atau strip jalur atau tumpangsari tambak. Kegiatan yang dibiayai oleh Pemerintah meliputi: penyusunan rancangan dan penyediaan bibit, dan pengembangan kelembagaan. I nsentif berupa bantuan sebagian biaya penanaman dan pemeliharaan tanaman tahun I dan tahun I I sesuai ketentuan yang ditetapkan dalam dokumen anggarannya. 2 Di Dalam Kawasan Hutan Rehabilitasi hutan mangrove di areal kawasan hutan negara dengan Pola RHL Subsidi Biaya Penuh. Penanaman dilaksanakan dengan pola murni merata atau strip jalur dengan melibatkan masyarakat setempat dan didukung oleh tersedianya bibit yang berkualitas baik. Dalam pola ini dirancang kegiatan yang akan dilaksanakan, biaya dan tatawaktu meliputi pola tanam, pemilihan jenis dan penyediaan bibit, penyiapan sarana dan prasarana, persiapan lapangan, penanaman dan pemeliharaan. Jumlah bibit yang disediakan 3.300 bt Ha dengan sulaman tahun berjalan dan pemeliharaan tahun I sebesar 10 Kegiatan yang disubsidi meliputi penyusunan rancangan dan pengadaan bibit, penanaman, pemeliharaan tahun pertama dan tahun kedua, monitoring dan evaluasi, pengawasan dan pengendalian serta pengembangan kelembagaan. b Pemilihan Jenis Jenis tanaman dipilih yang sesuai dengan kondidi ekologis, fisik dan sosial ekonomi masyarakat. Pada tahap ini perlu dipertimbangkan zonasi jenis tanaman mangrove berkaitan dengan ketahanannya terhadap pasang surut dan tingkat ketinggian air. Sebagai rujukan pemilihan jenis sebagaimana tercantum pada Tabel 13. 63 Tabel 13. Kesesuaian beberapa jenis tanaman mangrove dengan faktor lingkungan. Jenis Salinitas o oo Toleransi thd kekuatan ombak angin Toleransi thd kandungan pasir Toleransi thd Lumpur Frequensi penggenang- an 1 2 3 4 5 6 Rhizophora mucronata bakau 10-30 S MD S 20 hr bln R. stylosa tongke besar 10-30 MD S S 20 hr bln R. apiculata tinjang 10-30 MD MD S 20 hr bln Bruguiera parvilofa bius 10-30 TS MD S 10-19 hr bln B. sexangula tancang 10-30 TS MD S 10-19 hr bln B.gymnorhiza tancang merah 10-30 TS TS MD 10-19 hr bln Sonneratia alba pedada bogem 10-30 MD S S 20 hr bln S.caseolaris padada 10-30 MD MD MD 20 hr bln Xylocarpus granatum nyirih 10-30 TS MD MD 9 hr bln Heritiera littoralis bayur lau t 10-30 STS MD MD 9 hr bln Lumnitzera racemora Tarumtum 10-30 STS S MD Beberapa kali thn Cerbera manghas bintaro 0-10 STS MD MD Tergenang musiman Nypa fruticans nipah 0-10 STS TS S 20 hr bln Avicenia spp. api-api 10-30 MD TS S Keterangan : S = Sesuai, MD = Moderat, TS = Tidak Sesuai, STS = Sangat Tidak Sesuai 6 Rencana Anggaran Biaya RAB Dari hasil pengolahan data dan informasi rancangan kegiatan yang meliputi kebutuhan bahan, peralatan dan tenaga kerja pada setiap komponen pekerjaan serta sarana dan prasarananya, selanjutnya dengan menggunakan harga pasar yang wajar dan ketentuan yang berlaku disusun Rencana Anggaran Biaya per komponen pekerjaan. 7 Pembuatan Gambar dan Peta Dari hasil pengumpulan data, sket lapangan dan buku ukur kemudian dibuat gambar dan peta. a Peta situasi skala 1 : 100.000 dan atau 1 : 250.000 yang menunjukkan situasi dan letak lokasi kegiatan pada wilayah DAS dan Kabupaten Kota. b Peta rancangan yang menggambarkan peta kerja memuat batas- batas areal, petak, rencana jalan inspeksi, pola penanaman, 64 dengan skala 1 : 1.000 dan atau 1 : 10.000. c Peta rancangan dibuat sesuai dengan kaidah perpetaan dengan inzet lokasi dan ruang penilaian serta pengesahan peta. d Gambar bestek yang perlu dibuat adalah : Gubuk Kerja, papan nama, tata ruang tata letak tanaman pola tanam. Khusus untuk Kawasan Hutan Konservasi disesuaikan dengan Rencana Pengelolaan Kawasan Konservasi. 8 Perancangan Kelembagaan Kegiatan ini mencakup penetapan pengaturan pelaksanaan kegiatan- kegiatan untuk memperkuat kelembagaan masyarakat sehingga secara individu maupun kelompok mampu melaksanakan kegiatan rehabilitasi mangrove. Kegiatan tersebut diprakondisikan terlebih dahulu melalui penyuluhan untuk menumbuhkembangkan kesadaran akan pentingnya hutan mangrove. Demikian pula bagi petani tambak nelayan yang belum mempunyai kelompok tani diarahkan untuk membetuk kelompok tani dengan pendampingan oleh Petugas Lapangan Gerhan PLG. Kelompok tani diarahkan untuk mampu melaksanakan pembuatan tanaman, oleh karena itu mereka diharuskan mengikuti sosialisasi, penyuluhan, menyelenggarakan pertemuan-pertemuan kelompok, menyiapkan administrasi kelompok dan menyusun perangkat aturan kesepakatan internal kelompok. Berkaitan dengan ini dirancang pula kebutuhan pelatihan bagi petani. 9 Organisasi Pelaksana a Penyusun rancangan rehabilitasi mangrove : 1 Di Kawasan Hutan Lindung dan Hutan Produksi oleh Sub Dinas Program Perencanaan pada Dinas Kabupaten Kota. 2 Di Kawasan Hutan Konservasi oleh Tim Pejabat yang ditunjuk oleh Kepala BKSDA Balai Taman Nasional. 3 Di TAHURA oleh Sub Dinas Program Perencanaan pada Dinas Propinsi Kabupaten Kota. 4 Di Luar Kawasan Hutan oleh : oleh Sub Dinas Program Perencanaan pada Dinas Kabupaten Kota. 5 Penyusunan rancangan dapat memanfaatkan Jasa Konsultansi Pihak Ketiga. b Penilai rancangan : Kepala Balai Pengelolaan DAS atau pejabat yang ditunjuk oleh Kepala BPDAS yang bersangkutan. c Pengesah rancangan : 1 Kawasan Hutan Lindung dan Hutan Produksi oleh Kepala Dinas Kabupaten Kota.. 2 Kawasan Hutan Konservasi oleh Kepala BKSDA Balai Taman Nasional. 3 TAHURA oleh Kepala Dinas Propinsi Kabupaten Kota. 4 Luar Kawasan Hutan oleh Kepala Dinas Kab Kota. 65 10 Tata Waktu Rancangan rehabilitasi hutan mangrove disusun 1 satu tahun sebelum pelaksanaan T-1, namun dalam kondisi tertentu ketersediaan anggaran dapat dilaksanakan pada tahun berjalan T+ 0 tetapi dibuat sebelum pembuatan tanaman dilaksanakan. 11 Hasil Kegiatan Hasil kegiatan pembuatan rancangan adalah buku rancangan rehabilitasi hutan mangrove dilengkapi peta-peta dan gambar bestek yang telah dinilai oleh Kepala Balai Pengelolaan DAS setempat dan disahkan oleh pejabat yang berwenang. b. Pelaksanaan Rehabilitasi Hutan Mangrove 1. Persiapan Lapangan a. Penyiapan kelembagaan 1 Prakondisi dilakukan terhadap masyarakat pantai setempat yang akan terlibat dalam kegiatan rehabilitasi hutan mangrove berupa penyuluhan, pembentukan kelompok tani dan pendampingan oleh Petugas Lapangan Gerhan PLG. 2 Penyiapan organisasi pelaksana dan koordinasi dengan pihak terkait untuk lokasi dan areal yang akan direhabilitasi oleh Dinas Kabupaten Kota. b. Pengadaan sarana dan prasarana Penyiapan bahan dan pembuatan gubuk kerja, papan nama, patok batas, ajir dan penyiapan alat pengukuran GPS alat ukur theodolit, kompas, altimeter dan lain-lain serta perlengkapan kerja lainnya. c. Penataan areal tanaman 1 Berdasarkan rancangannya, dilakukan penataan lahan untuk kesesuaian lokasi dan areal tanam. 2 Penyiapan areal tanam : a Pengukuran ulang batas-batas areal, pemancangan patok batas luar areal tanam; b Pembuatan jalur tanaman dimulai dengan penentuan arah larikan tanaman melintang terhadap pasang surut sesuai pola tanam yang telah dirancang pada lokasi dan areal tanam yang bersangkutan; c Pembersihan jalur tanam dari sampah, ranting pohon, dan potongan kayu serta tumbuhan liar; d Pemancangan ajir sesuai jarak tanam, dipasang tegak lurus dan kuat pada areal tanam; e Penyiapan titik bagi bibit di masing-masing areal penanaman. 66 2. Pembuatan Tanaman a. Pemilihan jenis tanaman 1 Jenis tanaman dipilih yang sesuai dengan hasil analisa yang telah dituangkan dalam rancangan. 2 Spesifikasi bibit a Jenis tanaman mangrove disesuaikan dengan zonasi berbagai tanaman sebagaimana tertuang dalam rancangan, yakni dengan memperhatikan ketahanan terhadap pasang surut dan tingkat ketinggian air; antara lain : zone Avicennia, zone Rhizophora, zone Bruguiera, dan zone kering serta nipah. b Kualitas bibit siap tanam : Bibit sehat, berbatang tunggal dan leher berkayu. Kenampakan fisiologis yang baik ditandai ; Tinggi minimal 20 untuk jenis bibit dari benih non propagul; dan berdaun untuk jenis bibit dari benih propagul ; b. Pola Tanam Sebagaimana dituangkan dalam rancangan, pembuatan tanaman rehabilitasi hutan mangrove baik di luar kawasan hutan Negara maupun di dalam kawasan hutan dapat dilaksanakan dengan menerapkan 3 tiga pola tanam yaitu 1. penanaman murni sepanjang pantai green belt; 2. tumpangsari tambak. c. Penanaman Pelaksanaan penanaman dimulai pada musim ombak tenang dan dari garis terdekat dengan darat agar terhindar dari ombak besar. Pelaksanaan pembuatan tanaman rehabilitasi hutan mangrove di luar kawasan hutan dan di dalam kawasan hutan dilakukan dengan menerapkan pola tanam sebagaimana tertuang dalam rancangan. 1 Pola tanam murni a Bibit dikeluarkan dari dalam kantong plastik dengan cara menyobek bagian bawah kantong dengan hati-hati supaya media tetap kompak dan perakaran tidak rusak; b Bibit ditanam dekat ajir, dan apabila tanahnya sangat lunak atau mudah hanyut sebaiknya diikat dengan tali pada ajir agar bibit tidak roboh; c Jarak tanam disesuaikan dengan kondisi lapangan dengan jumlah bibit 3.300 batang ha untuk penanaman dalam kawasan hutan dan 1.100 batang ha untuk penanaman di luar kawasan hutan; d Pada tapak berombak besar disarankan ditanami dengan jenis Rhizophora, sp dengan pola selang seling, bibit diikat pada tiang pancang bambu serta dibuat penghalang ombak. Dan pada tapak berlumpur-dalam sebaiknya menggunakan jenis Rhizophora mucronata . 67 Pola tanam murni meliputi penanaman merata dan atau penamanan strip jalur dapat dilihat pada gambar 7. 2 Pola tanam tumpangsari tambak S ylvofishery wanamina a Penanaman tumpangsari tambak dilaksanakan seperti halnya dengan penananam murni, tetapi dikombinasikan dengan kegiatan pertambakan. Penanaman selain pada jalur tanam juga dilakukan di pelataran tambak sesuai dengan rancangan; b Jarak tanam disesuaikan dengan kondisi lapangan dengan jumlah bibit maksimal 1.100 batang ha, dan untuk sulaman maksimal 10 110 batang Ha; c Pola tumpangsari tambak sylvofishery wanamina terdiri dari 4 empat macam cara yaitu : empang parit tradisional, komplangan, empang parit terbuka dan kao- kao; Bagian bawah kantong plastik dibukadisobek Ajir Gambar 6 a. Cara menanam dengan ajir tanpa tali pengikat Gambar 6 b. Cara menanam dengan bibit yang diikat pada ajir Bagian bawah kantong plastik dibukadisobek Ajir Tali x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x - - - -- - - laut - - - - -- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -- - - -- x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x - - - -- - - laut - - - - -- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -- - - -- Strip Strip a. Penanaman Merata b. Penanaman Strip jalur Gambar 7. Alternatif Pola Tanam Murni 68 d Macam-macam kombinasi seperti pada gambar 8. Keterangan : = parit = tanaman mangrove Gambar 8. Macam-macam pola tumpangsari tambak 3. Pemeliharaan Tanaman a Waktu Pelaksanaan Pemeliharaan tanaman dilakukan pada tahun berjalan T+ 0, tahun pertama T+ 1 dan tahun kedua T+ 2. b Komponen pekerjaan. 1 Penyiangan Penyiangan dimaksudkan untuk membebaskan tanaman pokok mangrove dari tanaman pengganggu. Pada areal genangan atau daerah pasang surut umumnya tidak perlu dilaksanakan penyiangan, akan tetapi pada areal yang kering perlu dilakukan penyiangan sampai tanaman berumur 2 tahun pemeliharaan tahun kedua. 2 Penyulaman a Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati merana, diusahakan menggunakan bibit sejenis; b Pelaksanaan penyulaman pada pemeliharaan tanaman tahun berjalan dilaksanakan + 15 - 30 hari setelah penanaman; c Pelaksanaan penyulaman dalam kawasan hutan negara pada pemeliharaan tanaman tahun pertama pemeliharaan I dengan biaya Pemerintah dilakukan 69 apabila persentase tumbuh tanaman tahun berjalan setelah sulaman 70 dan pemeliharaan tahun kedua pemeliharaan I I dilakukan apabila persentase tumbuh tanaman setelah pemeliharaan tahun I 90 . Untuk luar kawasan adalah 60 tahun I dan 80 tahun kedua. 3 Pengendalian hama gulma Hama tanaman yang sering ditemui dan menyerang pada tanaman mangrove jenis Rhizophora, spp, baik di persemaian maupun setelah ditanam adalah yuyu ketam Crustacea, sp., ulat daun dan batang, serta gulma biasanya lumut. Pengendalian hama gulma dapat dilakukan pada pemeliharaan tanaman tahun berjalan, tahun pertama dan atau tahun kedua. 4. Organisasi Pelaksana Organisasi pelaksana rehabilitasi hutan mangrove dengan pola penyelenggaraan RHL insentif dan atau Pola RHL Subsidi biaya penuh, yakni : a Penyiapan kelembagaan Penyiapan kelembagaan rehabilitasi hutan mangrove di luar kawasan hutan dilaksanakan oleh Dinas Kabupaten Kota; pada Kawasan Hutan Lindung serta Kawasan Hutan Produksi Satkernya Dinas Kabupaten Kota; pada Kawasan Hutan Konservasi satkernya adalah BKSDA BTN sedangkan pada TAHURA satkernya adalah Dinas Propinsi Kabupaten Kota. Sedangkan pendampingan masyarakat oleh Petugas Lapangan Gerhan PLG yang ditunjuk. b Penyediaan bibit : 1 Untuk kebutuhan penanaman di luar kawasan hutan : a Pengadaan bibit dilaksanakan oleh Pihak Ketiga b Kesiapan bibit diperiksa oleh Konsultan Penilai LPI yang ditunjuk c Satker pada Balai Pengelolaaan DAS. 2 Untuk kebutuhan penanaman di dalam kawasan hutan : a Pengadaan bibit dilaksanakan oleh Pihak Ketiga dalam satu paket dengan pembuatan tanaman dan pemeliharaan tanaman melalui sistem kontrak tahun jamak multiyears. b Satker pada Dinas Kabupaten Kota. c Pembuatan dan Pemeliharaan Tanaman Pekerjaan pembuatan tanaman di kawasan hutan dilaksanakan oleh Pihak Ketiga dalam satu paket dengan penyediaan bibit dan pemeliharaan tanaman melalui sistem kontrak tahun jamak multiyears. Sedangkan penanaman dan pemeliharaan tanaman di luar kawasan hutan lahan masyarakat dilakukan dengan cara SPKS kepada kelompok tani tambak atau nelayan setempat. Satker penyelenggara pembuatan tanaman di dalam Kawasan Hutan Lindung dan Hutan Produksi adalah Dinas I nstansi Kabupaten Kota yang diserahi tugas dan tanggung jawab di 70 bidang Kehutanan. Satker penyelenggara pembuatan tanaman dalam Kawasan Hutan Konservasi adalah BKSDA BTN dan pada TAHURA adalah Dinas Provinsi yang diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang kehutanan . Sedangkan satker pelaksana pembuatan tanaman di luar kawasan hutan adalah Dinas I nstansi Kabupaten Kota yang diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang kehutanan. Hasil kegiatan penanaman dan pemeliharaan tanaman dinilai konsultan penilai LPI . 5. Tata Waktu Rehabilitasi hutan mangrove dilaksanakan sesuai tata waktu sebagaimana tertuang dalam dokumen rancangan. 6. Hasil Kegiatan Hasil kegiatan rehabilitasi hutan mangrove adalah terwujudnya tanaman hutan mangrove pada lokasi dan areal yang sesuai dalam dokumen rancangan. Hasil kegiatan rehabilitasi hutan mangrove setelah pemeliharaan I I , diserahkan kepada Bupati Gubernur Ditjen PHKA yang selanjutnya dilakukan pengamanan hasil rehabilitasi. Untuk yang berlokasi di luar kawasan hutan negara lebih lanjut diserahkan kepada masyarakat untuk dipelihara kelestariannya, diketahui oleh Kepala Desa.

2. Rehabilitasi Hutan Pantai