MODEL PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT POLA HI BAH Block Grant

110

C. MODEL PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT POLA HI BAH Block Grant

Pembuatan tanaman hutan rakyat pola hibah Block Grant melalui Gerhan perlu dilanjutkan mengingat masih terdapat lahan tidak produktif lahan kritis, rawang dan kosong pada lahan milik di luar kawasan hutan dengan kondisi masyarakatnya yang masih memerlukan pemberdayaan. Sasaran model pengembangan hutan rakyat pola hibah Block Grant kepada kelompok tani dilaksanakan kepada kelompok tani yang telah mandiri kelembagaannya, meningkatkan kemampuan pengelolaan sumberdaya dan dapat menjadi percontohan untuk pengembangan kelompok tani lainnya. 1. Penyusunan Rancangan a. Penetapan Calon Lokasi 1 Umum Dalam menentukan lokasi pembuatan tanaman hutan rakyat, mempertimbangkan sebagai berikut : a Tanah milik rakyat menurut kesesuaian lahan dan pertimbangan ekonomis lebih sesuai untuk hutan rakyat. b Tanah milik rakyat yang terlantar yang berada di bagian hulu sungai c Tanah desa, tanah marga adat, tanah negara bebas serta tanah lainnya yang terlantar dan bukan kawasan hutan negara. d Tanah milik rakyat tanah desa tanah lainnya yang sudah ada tanaman kayu kayuan tetapi masih perlu dilakukan pengkayaan tanaman. 2 Khusus a Kelompok tani mempunyai tingkat pengetahuan dan keterampilan usahatani dan kelembagaannya sudah maju. b Kelompok tani berkeinginan untuk mengembangkan usaha hutan rakyat. c Mempunyai akses keterjangkauan pasar. b. Pengumpulan Data dan I nformasi Rancangan teknis pembuatan tanaman hutan rakyat disusun berdasarkan kajian : 1 Aspek biofisik, yaitu jenis tanah, kesesuaian lahan, curah hujan, tipe iklim, ketinggian dan topografi, vegetasi, dan lain-lain. 2 Aspek Sosial Ekonomi, meliputi : a Jumlah penduduk b Pemilikan lahan c Kelembagaan organisasi masyarakat d Sarana prasarana penyuluhan di bidang kehutanan pertanian e Sarana pendidikan, perhubungan dan sarana perekonomian lainnya industri, pasar, bank, dan lain-lain. 111 c. Penataan Areal Tujuan pekerjaan ini adalah untuk menentukan batas areal, luas, dan petak. Kegiatan penataan areal terdiri dari kegiatan : 1 Pengukuran, penataan dan pemancangan patok batas luar, dan petak yang dituangkan dalam peta rancangan dengan polygon tertutup. 2 Penataan pola tanaman, tata letak dan jarak tanam dalam kaitannya dengan teknis konservasi dan tegakan yang ada di lapangan. 3 Pembuatan sket lapangan tanpa skala, buku ukur dan peta rancangan skala 1: 5.000 s d 1: 10.000 sesuai kegiatan dan operasional pelaksanaan. 4 Penataan areal hutan rakyat setiap 1 satu unit rancangan minimal satu kelompok tani hutan rakyat dengan luas hamparan minimal 25 ha efektif. d. Pengolahan dan Analisa Data Berdasarkan hasil survei, dilakukan tabulasi, sortasi dan validasi informasi sebagai bahan untuk penyusunan rancangan. e. Rancangan Kegiatan Rancangan disusun sesuai dengan kaidah teknis RHL dan teknis konservasi tanah. 1 Pola Penanaman Pola penanaman sebagaimana dijelaskan pada BAB I V, B.1.e. Jumlah tanaman yang dirancang adalah 400 batang ha dengan sulaman 10 . 2 Pemilihan Jenis Tanaman Pemilihan jenis tanaman hutan rakyat disesuaikan dengan kehendak minat masyarakat, kesesuaian agroklimat, permintaan pasar dan dikembangkan dalam luasan yang secara ekonomis dapat dipasarkan, serta menguntungkan yang diwujudkan melalui kesepakatan kelompok. Komposisi jenis tanaman terdiri dari kayu-kayuan termasuk jenis tanaman unggulan lokal minimal 60 , dan MPTS multi purpose trees species maksimal 40 . 3 Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan tanaman dilaksanakan dalam rangka menjaga kelangsungan hidup dan pertumbuhan tanaman dari kerusakan dan gangguan gulma yang meliputi pemeliharaan tahun berjalan dan pemeliharaan tahun pertama dan pemeliharaan tahun kedua. f. Rencana Anggaran Biaya 1 Sesuai dengan analisa rencana pekerjaan komponen kegiatan yang akan dilaksanakan, maka dilakukan analisa kebutuhan bahan dan peralatan per komponen pekerjaan. 2 Berdasarkan analisa rencana pekerjaan dihitung kebutuhan tenaga kerja, kemudian berdasarkan survey sosial dan ekonomi dilakukan 112 analisa ketersediaan tenaga kerja dari desa setempat dan sekitarnya untuk pemenuhan tenaga kerja yang dibutuhkan. 3 Berdasarkan point 1 dan 2 tersebut diatas, dibuat analisa dan harga pasar yang wajar, disajikan dalam Rencana Anggaran Biaya per komponen kegiatan. g. Pembuatan Gambar dan Peta Hasil pengumpulan data, sket lapangan dan buku ukur, dilakukan pengolahan dan analisa data dan dituangkan dalam gambar dan peta. 1 Peta situasi skala 1: 50.000 s d 1: 100.000 yang menunjukan situasi dan letak lokasi kegiatan pada wilayah DAS, Kabupaten Kota. 2 Peta rancangan yang menggambarkan peta kerja dengan memuat batas-batas pemilikan, rencana tanaman, dengan skala 1: 5.000 s d 1: 10.000 3 Peta rancangan dibuat sesuai dengan kaidah perpetaan dengan inzet lokasi dan ruang penilaian dan pengesahan peta. Gambar bestek yang perlu dibuat adalah : a Gubuk kerja b Papan Nama c Tata ruang tata letak pertanaman pola tanam h. Perancangan Kelembagaan Petani masyarakat yang akan terlibat dalam kegiatan hutan rakyat, diprakondisikan terlebih dahulu melalui penyuluhan untuk menumbuhkembangkan kelembagaan kelompok tani yang meliputi kelembagaan kelompok dan kelembagaan usaha sesuai dengan pola kegiatan yang dilaksanakan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kelembagaan ini sesuai dengan pola yang akan dikembangkan sebagai berikut : 1 Terlebih dahulu ditentukan kelompok tani tingkat lanjut. 2 Mekanisme tata hubungan kerjanya dilakukan secara partisipatif anggota kelompok. 3 Dana dikelola oleh kelompok tani sebagai modal usaha untuk membiayai kegiatan pengadaan bibit, pupuk, obat-obatan, sarana prasarana sesuai dengan yang direncanakan dan tercipta adanya dana bergulir revolving. i. Tata Waktu 1 Penyusunan rancangan dilaksanakan pada T-1, namun dalam kondisi tertentu dimungkinkan dilaksanakan pada tahun berjalan T-0. 2 Rancangan harus memuat tata waktu pelaksanaan kegiatan baik kegiatan fisik, keuangan maupun kegiatan pelaksanaan pengembangan kelembagaan. j. Prosedur penyusunan rancangan sebagai berikut : 1 Penyusun Rancangan Hutan Rakyat oleh kelompok tani yang difasilitasi dan diketahui oleh Kepala Sub Dinas Kehutanan Perencanaan pada Dinas Kabupaten Kota. 113 2 Penilai rancangan oleh Kepala Balai Pengelolaan DAS setempat. Kepala Balai Pengelolaan DAS dapat mendelegasikan kewenangannya kepada Kepala Seksi Program atau Kepala Seksi yang ditunjuk. 3 Pengesahan rancangan oleh Kepala Dinas Kabupaten Kota. k. Hasil Kegiatan Hasil kegiatan pembuatan rancangan adalah buku rancangan pembuatan hutan rakyat Gerhan. l. Format Rancangan Format rancangan sebagaimana diatur dalam Bab I I , B.4 2. Pelaksanaan Pembuatan Tanaman a. Persiapan Lapangan 1 Penyiapan kelembagaan Kelompok tani diarahkan untuk melaksanakan persiapan pembuatan tanaman hutan rakyat antara lain : a Mengikuti sosialisasi penyuluhan dan pelatihan b Menyusun rencana kegiatan bersama-sama Penyuluh Kehutanan dan LSM Pendamping c Menyiapkan lahan miliknya untuk lokasi kegiatan pembuatan tanaman d Menyelenggarakan pertemuan-pertemuan kelompok tani e Menyiapkan administrasi kelompok tani f Menyusun perangkat aturan kesepakatan internal kelompok tani g Kelompok tani mengajukan rencana kerja kegiatan RKK sebagai dasar untuk pengadministrasian dengan sistim SPKS. 2 Pembuatan Sarana dan Prasarana a Pembuatan gubuk kerja dan papan pengenal di lapangan yang memuat keterangan tentang lokasi, luas, jenis tanaman, nama kelompok tani dan jumlah peserta serta tahun pembuatan tanaman hutan rakyat. b Pembuatan jalan inspeksi setapak dan atau jembatan di dalam lokasi tanaman hutan rakyat, jika diperlukan. 3 Penataan Areal Tanaman Penataan areal tanaman dimaksudkan untuk pengaturan tempat dan waktu. Areal tanaman dibagi dalam beberapa blok sesuai dengan pembagian kelompok. Kegiatan penataan areal tanaman dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : a Pemancangan tanda batas dan pengukuran lapangan, untuk menentukan luas serta letak yang pasti sehingga memudahkan perhitungan kebutuhan bibit. b Pembersihan lapangan dan pengolahan tanah. c Penentuan arah larikan serta pemancangan ajir d Pembuatan piringan tanaman di sekeliling ajir 114 e Pembuatan lubang tanaman yang ukurannya sesuai dengan keperluan untuk masing-masing jenis tanaman yang tertuang dalam rancangan. b. Pembuatan Tanaman 1 Pola Penanaman Pola penanaman dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi lahan dan mengacu pada rancangan yang telah disusun, adapun polanya adalah sebagai berikut : a Pola penanaman di lahan terbuka meliputi : 1 Baris dan larikan tanaman lurus 2 Tanaman jalur dengan sistem tumpangsari 3 Penanaman searah garis kontur b Pola penanaman di lahan tegalan dan pekarangan meliputi : 1 Penanaman pengkayaan pada batas pemilikan 2 Pengkayaan penanaman sisipan 2 Pemilihan Jenis Tanaman Pemilihan jenis sesuai dengan rancangan yang telah disusun yang didasarkan pada minat masyarakat, kesesuaian agroklimat serta permintaan pasar. 3 Penanaman Penanaman diupayakan dilakukan pada awal musim hujan yang meliputi kegiatan-kegiatan : a Pembersihan lapangan sesuai dengan pola tanam b Pembuatan lubang tanam sesuai dengan rancangan c Pemberian pupuk dasar pupuk kandang bokasi sesuai dengan rancangan d Pemancangan ajir e Penanaman bibit f Khusus untuk sistem pot, tinggi bibit minimal 50 cm dan pada ajir tanaman dipasang botol irigasi tetes. Bibit yang akan ditanam terlebih dahulu dilepas kantong plastiknya agar tidak menggangu pertumbuhan selanjutnya. Dalam penanaman, hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu : a Bibit dimasukan dalam tanah lubang tanaman sedalam leher akar b Ujung akar tunggang supaya tetap lurus c Tanah sekitar batang harus dipadatkan d Permukaan tanah harus rata atau agak cembung supaya tidak tergenang air. Penanaman hutan rakyat dapat dilakukan dengan 2 sistem penanaman sebagai berikut : a Sistem Tumpangsari Pola tumpangsari adalah suatu teknis penanaman yang dilaksanakan dengan menanam tanaman semusim dan tanaman sela diantara larikan tanaman pokok kayu-kayuan MPTS, biasanya dilaksanakan di daerah yang pemilikan tanahnya sempit dan berpenduduk padat, tanahnya masih cukup subur dan topografi datar atau landai. Pengolahan tanah dapat dilakukan secara intensif. 115 b Sistem Cemplongan Pola cemplongan adalah pembuatan tanaman yang dilaksanakan dengan membersihkan tempat-tempat yang akan ditanami dan pengolahan tanahnya hanya dilaksanakan pada piringan disekitar lobang tanaman. Sistem cemplongan dilaksanakan pada lahan-lahan yang miring dan peka terhadap erosi. 4 Pemeliharaan Tanaman Untuk tahun pertama disediakan bibit sebanyak 10 dengan ukuran bibit bibit yang digunakan minimal sama atau lebih tinggi dari bibit standar ≥ 30 cm. Untuk tahun kedua tidak disediakan bibit dari pemerintah, namun diharapkan diadakan melalui anggaran pemerintah kabupaten kota. Tahapan kegiatan pemeliharaan dilakukan pada tahun berjalan, tahun ke I dan I I yang meliputi : penyulaman, penyiangan, pemupukan dan pengendalian hama penyakit. a Penyiangan : Pembersihan tanaman pengganggu b Penyulaman : Penanaman kembali pada tanaman yang mati tumbuhnya tidak normal hanya disediakan bibit sulaman di pemeliharaan tahun I c Pemupukan : Dilakukan pemupukan dengan pupuk kandang buatan sesuai takaran d Penyiraman : Dilakukan pada musim kemarau untuk menjaga tanaman dari kematian, hal ini terutama pada pembuatan tanaman sistem pot. Tanaman yang dapat dipelihara dengan biaya Gerhan adalah sebagai berikut : a Pemeliharaan tahun berjalan dilakukan sekitar sebulan setelah penanaman selesai. Pemeliharaan tahun berjalan dilakukan dengan penyulaman bibit 10 yang telah disediakan b Pemeliharaan tahun pertama dilakukan jika keberhasilan persentasi tumbuh tanaman setelah sulaman tahun berjalan ≥ 60 , dan pemeliharaan tahun kedua bila persentasi tumbuh tanaman pemeliharaan tahun pertama ≥ 80 . pemeliharaan tanaman dilakukan pada awal musim hujan. Tanaman yang pada tahun pertama dan kedua persentasi tumbuhnya kurang dari yang ditentukan tersebut tidak dapat dipelihara dengan dana pemerintah dan diminta dipelihara dengan dana pemerintah daerah atau secara swadaya masyarakat. Pada tahun kedua, pemerintah tidak menyediakan bibit untuk sulaman, tetapi menyediakan dana untuk kegiatan pemeliharaan lainnya penyiangan, pemupukan , dll. 5 Perlindungan dan Pengamanan Tanaman Perlindungan tanaman meliputi kegiatan pemberantasan hama dan penyakit serta pencegahan dari bahaya kebakaran. Pengamanan dilakukan untuk mencegah kerusakan hutan dari gangguan kerusakan tanaman dan kebakaran hutan. 116 c. Organisasi Pelaksana 1 Pengadaan bibit untuk hutan rakyat sistem block grant dilakukan oleh kelompok tani dengan satuan kerja di Dinas Kehutanan Kabuaten Kota. 2 Penyelenggara pembuatan tanaman hutan rakyat pola RHL Block Grant pelaksananya adalah Kelompok Tani. 3 Pendampingan kelembagaan dilakukan oleh PLG. d. Hasil Kegiatan Terdapat tanaman hutan rakyat yang sehat pada suatu luasan tertentu sesuai dengan rancangan yang dikelola oleh kelompok tani. Hasil kegiatan pembuatan tanaman tersebut setelah pemeliharaan tahun ke- 2 diserah terimakan dari Kepala Satker kepada Kepala I nstansi Satker Pelaksana yang selanjutnya diserahkan kepada Bupati untuk pemeliharaan tanaman berikutnya, yang kemudian diserahkan kepada masyarakat dan diketahui oleh Kepala Desa Lurah setempat. D. MODEL PEMBUATAN TANAMAN SI STEM POT POTTI NG PLANTI NG SYSTEM 1. Penyusunan Rancangan Rancangan pembuatan tanaman sistem pot disusun 1 satu tahun sebelum pelaksanaan T-1, namun dalam kondisi tertentu dapat dilaksanakan pada tahun berjalan T-0. Rancangan disusun oleh Tim yang dibentuk oleh Kepala BPDAS. yang mengurusi kehutanan dan dalam Tim penyusun rancangan disarankan melibatkan Penyuluh Kehutanan setempat. Penyusunan rancangan dilaksanakan berdasarkan hasil orientasi lapangan, pengukuran dan pemetaaan calon lokasi serta wawancara dengan masyarakat setempat dan dalam penyusunannya dilakukan secara partisipatif. Rancangan memuat rancangan teknis dan biaya serta rancangan kelembagaan, yang secara operasional digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan pembuatan tanaman sistem pot. Pelaksanaan penyusunan rancangan adalah sebagai berikut: a. Penetapan Calon Lokasi Dalam menentukan lokasi pembuatan tanaman sistem pot, mempertimbangkan sebagai berikut : 1 Tanah terbuka milik rakyat, tanah desa, tanah negara bebas serta tanah lainnya yang bukan kawasan hutan yang didominasi oleh batuan, solum tanah sangat tipis dan menurut kemampuannya kurang cocok untuk pertanian tanaman pangan, tetapi baik untuk tanaman keras. 117 2 Tanah calon sasaran tersebut diatas berada di bagian hulu atau tengah DAS dan perlu dihutankan untuk perbaikan dan perlindungan mata air. 3 Areal tanaman sistem pot untuk setiap satu unit rancangan minimal mencakup lahan dengan luas areal minimal 25 Ha. 4 Sebelum rancangan disusun, terlebih dahulu dilakukan pemantapan calon lokasi tersebut yang dilaksanakan oleh Dinas Kabupaten Kota. 5 Lokasi yang telah definitif, dilakukan prakondisi terhadap masyarakat setempat. b. Penataan Areal. 1 Pengukuran, penataan dan pemancangan patok batas luar, batas blok atau petak yang dituangkan dalam peta rancangan dengan polygon tertutup. Data pengukuran dilengkapi sket lapangan tanpa skala dan buku ukur untuk peta rancangan sesuai kegiatan dan operasional pelaksanaan pemetaan. 2 Penataan pola tanaman, tata letak dan jarak tanam dalam kaitannya dengan teknis konservasi yang ada di lapangan. a Pola tanam di lahan terbuka dapat berupa : 1 Baris jalur dan larikan tanaman lurus. Pola tanam ini sesuai untuk lahan dengan kelerengan landai datar tanah peka erosi. Larikan tanaman dibuat lurus dengan jarak tanam teratur dan jumlah tanaman minimal 400 batang Ha. 2 Pola tanam mengikuti garis contour. Pola tanam ini sesuai untuk lahan dengan kelerengan agak curam sampai dengan curam. Sistim penanaman cemplongan dengan jumlah tanaman minimal 400 btg per Ha. b Pola tanam pada lahan yang telah ada tanamannya pengayaan Pada lahan berbatu yang sudah terdapat tanaman kayu- kayuan MPTS yang tersebar di seluruh hamparan lahan, maka tanaman baru sebagai tanaman pengkayaan maksimal 200 btg per Ha. c. Pengumpulan Data dan I nformasi Pengumpulan data dan informasi untuk rancangan teknis pembuatan tanaman sistem pot meliputi: 1. Aspek biofisik, yaitu kesesuaian dan kesiapan lahan, curah hujan, tipe iklim, ketinggian dan topografi, aksesibilitas dan vegetasi. 2. Aspek Sosial Ekonomi, menyangkut demografi, hak kepemilikan lahan, adat-istiadat, organisasi sosial, keadaan harga, sarana prasarana transportasi, kondisi pendidikan, matapencaharian, pemilikan lahan dan pendapatan masyarakat. Hal lain yang penting adalah budaya kerja masyarakat yang bisa mendukung pembuatan tanaman di lahan berbatu dan mempunyai keinginan motivasi untuk mengembangkan tanaman sistem pot. 118 d. Pengolahan dan Analisa Data Berdasarkan hasil survei, dilakukan tabulasi, sortasi dan validasi informasi sebagai bahan untuk penyusunan rancangan. Pola tanam dirancang sesuai dengan kaidah teknis RHL dan teknik konservasi tanah. e. Rencana Anggaran Biaya RAB Sesuai dengan analisa rencana pekerjaan komponen kegiatan yang dihasilkan atas hasil survey dan pengolahan data, maka dilakukan analisa kebutuhan bahan dan peralatan per komponen pekerjaan. Berdasarkan analisa rencana pekerjaan dihitung kebutuhan tenaga kerja, kemudian berdasarkan survey sosial dan ekonomi dilakukan analisa untuk menentukan ketersediaan tenaga kerja dari desa sekitar dan pemenuhan tenaga kerja yang dibutuhkan. Berdasarkan butir a dan b tersebut diatas, dibuat analisa kebutuhan biaya bahan, peralatan dan tenaga kerja dan harga pasar yang wajar, disajikan dalam Rencana Anggaran Biaya per komponen kegiatan. f. Pembuatan Gambar dan Peta Hasil pengumpulan data, sket lapangan dan buku ukur, dilakukan pengolahan dan analisa data dan dituangkan dalam gambar dan peta. 1 Peta situasi skala 1 : 100.000 yang menunjukkan situasi dan letak lokasi kegiatan pada wilayah DAS, Kabupaten Kota. 2 Peta rancangan yang menggambarkan peta kerja dengan memuat batas-batas blok, petak, rencana jalan inspeksi jika ada diperlukan, rencana tanaman, dengan skala 1 : 1.000 – 1 : 5.000. Pada peta rancangan harus dilengkapi dengan nama petani pemilik serta batas kepemilikan lahan masing-masing peserta. 3 Peta rancangan dibuat sesuai dengan kaidah perpetaan dengan inzet lokasi dan ruang penilaian dan pengesahan peta. 4 Gambar bestek yang perlu dibuat adalah : d Gubuk Kerja e Papan nama f Tata ruang tata letak pertanaman pola tanam g. Perancangan Kelembagaan Petani masyarakat yang akan terlibat dalam kegiatan pembuatan tanam sistem pot, diprakondisikan terlebih dahulu melalui sosialisasi penyuluhan untuk menumbuhkembangkan kelembagaan kelompok tani dan motivasi untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan yang direncanakan. h. Tata waktu Dalam rancangan harus dibuat tata waktu pelaksanaan kegiatan mulai dari persiapan, pembuatan tanaman sampai dengan pemeliharaan tahun ke 2. Untuk lebih mudah membacanya, maka tata waktu tersebut perlu digambarkan dalam bentuk barchart. 119 i. Hasil Kegiatan. Hasil kegiatan pembuatan rancangan adalah buku rancangan pembuatan tanaman hutan rakyat sistem pot, yang telah dinilai oleh Balai Pengelolaan DAS dan telah disahkan oleh Kepala Dinas Kabupaten Kota. j. Format Rancangan Format rancangan sebagaimana diatur dalam Bab I I .B.4. 2. Pembuatan Tanaman Sistem Pot a. Persiapan 1 Penyiapan Kelembagaan Bagi petani masyarakat yang belum terbentuk kelompok tani, diarahkan untuk membentuk kelompok tani dengan pendampingan oleh Penyuluh Kehutanan Lapangan LSM. Kelompok tani diarahkan untuk mampu melaksanakan pembuatan tanaman dengan sistem pot antara lain : a Mengikuti sosialisasi, penyuluhan dan pelatihan b Menyusun rencana kegiatan bersama-sama tim BPDAS, Penyuluh Kehutanan Lapangan atau LSM c Meyiapkan lahan untuk lokasi kegiatan pembuatan tanaman dengan sistem pot d Menyelenggarakan pertemuan – pertemuan kelompok tani e Menyiapkan administrasi kelompok tani f Menyusun perangkat aturan atau kesepakatan internal kelompok tani 2 Pembuatan sarana dan prasarana. Pembuatan sarana dan prasarana antara lain berupa pembaguanan gubuk kerja, papan pengenal, tandon bak air dan lajan inspeksi jika diperlukan. Gubuk kerja lokasinya diusahakan di tengah-tengah lokasi penanaman dan ditepi jalan. Luas gubuk kerja dapat disesuaikan dengan luas areal penanaman. Papan pengenal di lapangan harus dibuat yang memuat keterangan tentang lokasi, luas, jenis tanaman, nama kelompok tani dan jumlah peserta serta tahun pembuatan tanaman. Untuk kepentingan penyiraman tanaman, mungkin dibeberpa tempat perlu dibuat bak tandon air yang berada di areal tanaman. Demikian juga jika perlu dan dananya memungkinkan dapat dibuat jalan setapak inspeksi dan atau gorong-gorong di dalam lokasi tanaman. 3 Penataan Areal Tanaman Lokasi untuk areal pembuatan tanaman dengan sistem pot, baik yang masih semak belukar maupun lahan tandus bekas pertanian perlu ditata dengan baik sebelum dilakukan kegiatan penanaman. Sebelum melakukan penataan calon lokasi penanaman, maka perlu dilakukan survey secara cermat. 120 Berdasarkan data dan informasi survey tersebut, ditentukan batas- batas dan letak areal yang akan ditanami, misalnya : calon lokasi penanaman, bagian yang tidak boleh dibuka, calon lokasi gubuk kerja. Areal tanaman dibagi dalam beberapa blok sesuai dengan pembagian kelompok. Adapun tahapannya adalah : a Pemancangan tanda batas dan pengukuran lapangan, untuk menentukan luas serta letak yang pasti sehingga memudahkan perhitungan kebutuhan bibit. b Penentuan arah larikan serta pemancangan ajir tanaman jalur lurus atau sejajar dengan garis tinggi kontur. c Pembuatan lubang tanaman yang ukurannya + 60x60 cm dan dalam + 60cm. d Pembuatan gubuk kerja dan papan pengenal di lapangan. b. Pemilihan jenis tanaman Pemilihan jenis tanaman dengan sistem pot disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, kesesuaian agroklimat dan jika memungkinkan secara ekonomi bisa menguntungkan. Pemilihan jenis tanaman ini yang diwujudkan melalui kesepakatan kelompok. Komposisi jenis tanaman terdiri dari tanaman kayu-kayuan minimal 60 dan jenis tanaman MPTS multi purpose trees spesies maksimal 40 . Pengadaan bibit dilakukan bersama-sama dengan pengadaan bibit untuk kegiatan GERHAN lainnya oleh pihak ke I I I yang dikoordinasikan oleh BPDAS. Kebutuhan bibit untuk lahan terbuka adalah 400 batang ha ditambah 40 batang untuk pemeliharaan sulaman tahun berjalan. Sedangkan untuk lahan yang sebagian telah ada pepohonannya dilakukan pengayaan dengan jumlah bibit 220 batang ha termasuk untuk penyulaman tahun berjalan. Bibit dari perusahaan pengadaan disimpan di Tempat Penyimpanan Sementara yang ditentukan oleh BPDAS. Keadaan bibit saat sudah siap ditanam di lapangan adalah bibit yang memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1 Bibit tumbuh normal dengan tinggi minimal 50 cm. 2 Batang lurus dan daun subur yang berwarna hijau 3 Bibit tidak terserang oleh hama dan penyakit Setelah ditentukan jumlah bibit yang dapat ditanam kemudian disiapkan untuk diangkut ke lapangan. Bibit yang akan diangkut dimasukkan dalam keranjang atau kotak yang dibuat secara khusus. Pada saat memasukan bibit ke dalam kotak atau keranjang, batang dan pucuk bibit tidak boleh berhimpitan karena dapat menyebabkan kerusakan. Pengangkutan bibit dari lokasi penyimpanan sementara ke lapangan dianjurkan pada pagi hari atau sore. 121 c. Pola dan Sistem Penanaman Pola tanaman ditentukan sesuai dengan Rancangan yang telah disusun baik pola tanaman murni kayu-kayuan maupun campuran kayu-kayuan dan MPTS. Bibit ditanam menurut jalur lurus maupun jalur mengikuti garis kontur. Sistem penanaman dilakukan dengan sistem cemplongan karena tanahnya berbatuan sehingga tanaman yang ada dalam jalur larikan sebaiknya dipertahankan untuk menahan erosi dan mempercepat pelapukan batuan. 1 Sistem cemplongan jalur mengikuti garis kontur Sistem penanaman cemplongan adalah pembuatan tanaman sistem pot dimana pembersihan lahan hanya dilakukan pada piringan tanaman sekitar pot secara individual tanpa pembersihan sepanjang jalur larikan tanaman. Sistem cemplongan dengan jalur tanaman mengikuti garis kontur diterapkan pada lahan bergelombang sampai curam kemiringan 8 . Pembuatan tanaman jalur tersebut bisa dilaksanakan dengan jenis tanaman murni kayu-kayuan atau campuran kayu-kayuan minimal 60 dan tanaman MPTS maksimal 40 . 2 Sistem cemplongan jalan lurus Sistem cemplongan jalur lurus adalah pembuatan tanaman dengan sistem pot yang dilaksanakan pada jalur jalur lurus dilakukan pada lahan yang relatif datar sampai landai 8 . Pembuatan tanaman jalur tersebut bisa dilaksanakan dengan jenis tanaman murni kayu-kayuan atau campuran kayu-kayuan minimal 60 dan tanaman MPTS maksimal 40 . d. Teknik Penanaman Pengaturan jarak tanam pada lahan terbuka bisa diusahakan sekitar 5 x 5 m atau pohon ditanam menyebar merata dengan jumlah tanaman 400 batang per ha. Sedangkan pada lahan yang sebagian telah ada tanamannya, maka bibit ditanam pada ruang kosong yang tersedia dan memungkinkan dibuat tanaman sistem pot. Calon lokasi penanaman perlu dibersihkan berdasarkan batas–batas yang telah ditentukan pada saat penataan calon lokasi penanaman. Pembersihan lokasi dilakukan dengan menyingkirkan berbagai jenis tumbuhan pengganggu sekitar lubang tanaman untuk menghindarkan terjadinya kompetisi hara. Pengembangkan tanaman dengan sistim pot dilakukan dengan cara membuat lubang tanaman pada lahan berbatu dengan ukuran panjang kali lebar ± 60 cm x 60 cm dan dalam 60 cm. Lubang tersebut diisi dengan tanah permukaan top soil dari lokasi lain dan kompos pupuk kandang dan pupuk dasar secukupnya. Pengisian pot dengan tanah dan kompos pupuk kandang sebaiknya mulai dilakukan 1 satu minggu sebelum kegiatan penanaman dimulai . Tinggi bibit minimal untuk penanaman dengan sistem pot adalah ± 50 cm. 122 Penanaman sistim pot harus dilengkapi dengan irigasi tetes yang menggunakan botol kemasan air minum atau botol infus atau bambu yang diikatkan pada ajir atau wadah air lainnya yang sesuai dengan kondisi setempat. Air dalam botol atau bambu atau wadah air lainnya harus diisi pada saat sudah kosong. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penanaman, yaitu : 1 Bibit dimasukan dalam tanah lubang tanaman sedalam leher akar, 2 Ujung akar tunggang supaya tetap lurus, 3 Tanah sekitar batang harus dipadatkan, diusahakan ditutup mulsa. 4 Akar cabang diusahakan kesamping, 5 Permukaan tanah harus rata atau agak cembung supaya tidak tergenang air. 6 Tiap tanaman ditandai dengan ajir kayu atau bambu. Teknik pembuatan tanaman sistem pot seperti digambarkan berikut ini. Gambar 10. Tanaman sistem pot dengan irigasi tetes menggunakan limbah botol kemasan air minum. 60 cm Ajir kayubambu Bibit 50 cm 60 cm Permukaan tanah 60 cm Sumbu Botol kemasan air minum 1 lt Media tumbuh : Tanah mineral, kompos, arang dan pupuk dasar 123 Gambar 11. Tanaman sistem pot dengan irigasi tetes menggunakan limbah botol infus. Media tumbuh : Tanah mineral, kompos, arang dan pupuk dasar Gambar 12. Tanaman sistem pot dengan irigasi tetes menggunakan bambu 60 cm Ajir kayubambu Bibit 50 cm Botol infus Media tumbuh : Tanah mineral, kompos, arang dan pupuk dasar Batu Regulator infus 60 cm 60 cm Ajir kayubambu Bibit 50 cm 60 cm Permukaan tanah 60 cm Sumbu Bambu wadah air 124 e. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman terdiri dari kegiatan pemeliharaan tahun berjalan, tahun ke-1 dan pemeliharaan tahun ke-2 . Adapun jenis kegiatan pemeliharaan adalah: 1 Penyiangan dan Penyulaman Penyiangan dilakukan dengan cara pembersihan rumput-rumputan, tumbuhan bawah mengganggu pertumbuhan tanaman pokok. Penyiangan areal tanam dilakukan secara rutin setiap 3 bulan sekali. Penyulaman dilakukan apabila tanaman tumbuh tidak normal, tidak tumbuh atau mati setelah ditanam. Bibit yang tumbuh tidak normal atau mati tersebut harus diganti dengan bibit yang baru agar jumlah tanaman yang ditanam tidak berkurang dan dapat tumbuh secara seragam. 2 Penyiraman Penyiraman tanaman yang baru ditanam perlu dilakukan pada musim kemarau karena daerah bebatuan biasanya memiliki curah hujan yang relatif kecil dan periode hujannya dalam satu tahun relatif pendek. Sistem penyiraman di lahan kering dan berbatu ini bisa dilaksanakan dengan teknologi sederhana seperti penyiraman irigasi sistem tetes dengan menggunakan botol plastik bekas air minum kemasan sebagai tempat menyimpan air yang diisi setiap kali botol telah kosong. 3 Pemupukan Pemupukan tanaman perlu dilakukan karena areal yang kurang subur. Pupuk yang dapat digunakan untuk pemupukan adalah pupuk kandang, kompos atau pupuk buatan seperti NPK atau MLT Majemuk Lepas Terkendali. 4 Pengendalian Hama dan Penyakit Manajemen hama dan penyakit perlu dilakukan terutama jenis-jenis tanaman yang ditanam secara monokultur. Kegiatan yang bisa dilakukan dengan menggunakan insektisida, herbisida, predator dan peralatan lainnya. 5 Pengamanan Terhadap Kebakaran Kebakaran hutan adalah bahaya yang paling ditakuti oleh petani. Bahaya kebakaran umumnya terjadi pada musim kemarau. Untuk mencegah bahaya kebakaran perlu diciptakan sistem pengamanan oleh kelompok tani dengan cara peningkatan kesadaran diantara anggota kelompok tentang bahayanya api, pembuatan papan peringatan bahaya kebakaran dan jika memungkinkan dibuat sekat bakar. f. Tahapan dan Jadwal Kegiatan. Tahapan dan jadwal kegiatan pembuatan tanaman sistem pot adalah sebagai berikut : 1 Persiapan lapangan yang terdiri dari penyiapan kelembagaan, pembuatan sarana dan prasarana serta penataan areal tanaman dilakukan sebelum memasuki musim hujan. 125 2 Penanaman dilakukan pada musim hujan. 3 Pemeliharaan tahun berjalan dilakukan setelah penanaman selesai. 4 Pemeliharaan tahun pertama dilakukan pada tanaman yang telah berumur satu tahun dan dilaksanakan pada musim hujan. 5 Pemeliharaan tahun kedua dilakukan pada tanaman yang telah berumur dua tahun dan dilaksanakan pada musim hujan. 6 Perlindungan tanaman dari gangguan hama dan penyakit serta bahaya kebakaran pada prinsipnya dilakukan sepanjang tahun sesuai kebutuhan sampai tanaman menghasilkan. g. Hasil Kegiatan Terwujudnya tanaman hutan rakyat sistem pot dengan jumlah 400 batang ha sesuai dengan rancangan yang telah disahkan.

E. PEMBUATAN HUTAN RAKYAT PADA DAERAH TANGKAPAN AI R DTA WADUK DAN DANAU PRI ORI TAS