MODEL REHABI LI TASI HUTAN MANGROVE POLA RUMPUN BERJARAK

129

F. MODEL REHABI LI TASI HUTAN MANGROVE POLA RUMPUN BERJARAK

Hutan mangrove dan hutan pantai merupakan jalur hijau daerah pantai yang mempunyai fungsi ekologis dan sosial ekonomi, khususnya bagi masyarakat pesisir melalui pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu termasuk jasa pemanfaatan lingkungannya serta dapat berperan secara fisik yaitu mampu memecah energi kinetik gelombang air laut. Model Penanaman Rehabilitasi Hutan Mangrove Rumpun Berjarak adalah suatu uji teknik pembuatan tanaman hutan mangrove dengan jarak tanam rapat dalam rumpun. Jumlah dan jarak antar rumpun per satuan luas hektar dan jumlah anakan yang ditanam di tiap rumpun disesuaikan dengan kondisi tapak. Model penanaman ini khusus untuk ekosistem mangrove pada kawasan pantai spesifik di dalam dan di luar kawasan hutan pada pulau-pulau kecil. 1. Penyusunan Rancangan a. Penetapan Calon Lokasi Calon lokasi rehabilitasi hutan mangrove dituangkan dalam Rencana Teknik Tahunan RTT. Penentukan calon lokasi mempertimbangkan aspek teknis dan aspek sosial ekonomi sebagaimana lokasi rehabilitasi hutan dengan pertimbangan kawasan pantai yang kondisi alamnya spesifik dan mengalami abrasi relatif tinggi serta arus pasang surut cukup tinggi. b. Pengumpulan Data dan I nformasi Pengumpulan data dan informasi dilakukan sebagai bahan dalam penyusunan rancangan. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data Primer diperoleh melalui wawancara dengan responden atau dengan mendatangi langsung obyek yang akan diambil datanya. Data Sekunder diperoleh melalui telaah data yang resmi hasil laporan, penelitian dan lain-lain . Jenis data yang dikumpulkan berupa data biofisik meliputi : letak dan luas, status lahan, tanah, salinitas, jenis tanaman, sarana dan prasarana, iklim dan zone hutan mangrove sedangkan data sosial ekonomi meliputi : demografi, mata pencaharian dan pendapatan, tenaga kerja, kelembagaan masyarakat. c. Penataan Areal Penataan areal dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi serta mengidentifikasi permasalahan yang berkaitan dengan penguasaan lahan. Kegiatan penataan areal terdiri dari : 1 Survey ke lapangan untuk mengumpulkan data dan informasi lapangan biofisik-sosek, yang dituangkan dalam risalah umum; 2 Pengukuran luas dan batas luar areal yang dituangkan dalam peta rancangan; 3 Penentuan pola penanaman model rumpun berjarak dengan memperhatikan kondisi lahan dan tegakan yang ada di lapangan serta sosial ekonomi masyarakat setempat. 130 4 Pengukuran batas areal tanam : a Luas areal sasaran rehabilitai hutan mangrove minimal 10 ha dalam satu hamparan yang kompak. b Batas areal tanam dapat menggunakan batas alam seperti alur- alur, anak sungai, patok bambu kayu dan lain-lain yang sifatnya relatif permanen dan diberikan tanda batas yang jelas. 5 Pembuatan sket lapangan tanpa skala, buku ukur dan peta rancangan skala 1 : 1.000 s d 1 : 10.000 sesuai kegiatan dan operasional pelaksanaan. d. Pengolahan dan Analisa Data Data dan informasi yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis berupa tabulasi, sortasi dan validasi, yang selanjutnya dipergunakan sebagai bahan penyusunan rancangan kegiatan dan rancangan anggaran biaya dan peta rancangan. e. Pemilihan Jenis Dalam tahap ini penting dipilih jenis tanaman yang sesuai dengan hasil analisa ekologis serta kondisi fisik dan sosial ekonomi masyarakat. Sebagai rujukan dapat dipilih jenis sebagaimana tercantum pada tabel 1. Di samping itu, dalam tahap ini dituangkan pula zonasi jenis tanaman mangrove dengan memperhatikan ketahanan terhadap pasang surut serta tingkat ketinggian air, sebagaimana diatur dalam BAB I V, G. f. Rencana Anggaran Biaya RAB Dari hasil pengolahan data dan informasi kemudian dirancang kebutuhan bahan, peralatan dan tenaga kerja per komponen pekerjaan serta sarana dan prasarana, selanjutnya dengan memperhatikan harga pasar yang wajar dan standar biaya kegiatan rehabilitasi yang berlaku ditentukan Rencana Anggaran Biaya per komponen pekerjaan. g. Pembuatan Gambar dan Peta Dari hasil pengumpulan data, sket lapangan dan buku ukur kemudian dibuat gambar dan peta. 1 Peta situasi skala 1 : 100.000 dan atau 1 : 250.000 yang menunjukkan situasi dan letak lokasi kegiatan pada wilayah DAS dan Kabupaten Kota. 2 Peta rancangan yang menggambarkan peta kerja memuat batas- batas areal, petak, rencana jalan inspeksi, pola penanaman, dengan skala 1 : 1.000 dan atau 1 : 10.000. 3 Peta rancangan dibuat sesuai dengan kaidah perpetaan dengan inzet lokasi dan ruang penilaian serta pengesahan peta. 4 Gambar bestek yang perlu dibuat adalah : Gubuk Kerja, papan nama, tata ruang tata letak tanaman pola penanaman. Khusus untuk Kawasan Hutan Konservasi disesuaikan dengan Rencana Pengelolaan Kawasan Konservasi. 131 h. Perancangan Kelembagaan Perancangan kelembagaan mencakup penetapan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan untuk memperkuat kelembagaan masyarakat sehingga mampu melaksanakan kegiatan rehabilitasi mangrove. Kegiatan tersebut antara lain agar petani tambak nelayan yang akan terlibat dalam kegiatan pembuatan tanaman rehabilitasi hutan mangrove, diprakondisikan terlebih dahulu melalui penyuluhan untuk menumbuhkembangkan kesadaran akan pentingnya hutan mangrove. Demikian pula bagi petani tambak nelayan yang belum mempunyai kelompok tani diarahkan untuk membentuk kelompok tani dengan pendampingan oleh Petugas Lapangan Gerhan PLG. Kelompok tani diarahkan untuk mampu melaksanakan pembuatan tanaman oleh karena itu mereka harus mengikuti sosialisasi, penyuluhan, menyelenggarakan pertemuan-pertemuan kelompok, menyiapkan administrasi kelompok serta menyusun perangkat aturan kesepakatan internal kelompok. Berkaitan dengan ini dirancang pula kebutuhan pelatihan bagi petani. i. Organisasi Pelaksana 1 Penyusun rancangan : BPDAS BPH Mangrove dan dapat bekerjasama dengan pihak I I I . 2 Penilai rancangan : Kepala Balai Pengelolaan DAS atau pejabat lain lingkup BPDAS yang ditunjuk oleh Kepala BPDAS yang bersangkutan. 3 Pengesah rancangan : Kepala BPDAS Kepala BPH Mangrove. j. Tata Waktu Rancangan rehabilitasi hutan mangrove disusun 1 satu tahun sebelum pelaksanaan T-1, namun dalam kondisi tertentu ketersediaan anggaran dapat dilaksanakan pada tahun berjalan T+ 0 tetapi dibuat sebelum pembuatan tanaman dilaksanakan. k. Hasil Kegiatan. Hasil kegiatan pembuatan rancangan adalah buku rancangan model rehabilitasi hutan mangrove rumpun berjarak dengan jumlah bibit sesuai yang tersedia, dilengkapi peta-peta dan gambar bestek. 2. Pelaksanaan Pembuatan Tanaman Mangrove Rumpun Berjarak a. Persiapan Lapangan 1 Penyiapan kelembagaan a Prakondisi dilakukan terhadap masyarakat pantai setempat yang akan terlibat dalam kegiatan rehabilitasi hutan mangrove berupa penyuluhan, pembentukan kelompok tani dan pendampingan oleh Petugas Lapangan Gerhan PLG. b Penyiapan organisasi pelaksana dan koordinasi dengan pihak terkait untuk lokasi dan areal yang akan direhabilitasi oleh BKSDA BTN BPDAS BPH Mangrove. 132 2 Pembuatan sarana dan prasarana Penyiapan bahan dan pembuatan gubuk kerja, papan nama, patok batas, ajir dan penyiapan alat pengukuran GPS alat ukur theodolit, kompas, altimeter dan lain-lain serta perlengkapan kerja lainnya. 3 Penataan areal tanaman a Pelajari dokumen rancangan pembuatan tanaman untuk kesesuaian lokasi dan areal tanam. b Penyiapan areal tanam : 1 Pengukuran ulang batas-batas areal, pemancangan patok batas luar areal tanam; 2 Pembuatan petak-petak rumpun tanaman dengan jarak yang sesuai; 3 Pembersihan jalur tanam dari sampah, ranting pohon, dan potongan kayu serta tumbuhan liar; 4 Pemancangan ajir sesuai jarak tanam, dipasang tegak lurus dan kuat pada areal tanam menurut rumpun; 5 Penyiapan titik bagi bibit di masing-masing areal penanaman. b. Pembuatan Tanaman 1 Pemilihan jenis tanaman a Jenis tanaman dipilih yang sesuai dengan hasil analisa yang telah dituangkan dalam rancangan. b Spesifikasi bibit 1 Jenis tanaman mangrove disesuaikan dengan zonasi berbagai tanaman sebagaimana tertuang dalam rancangan, yakni dengan memperhatikan ketahanan terhadap pasang surut dan tingkat ketinggian air; antara lain : zone Avicennia, zone Rhizophora, zone Bruguiera, dan zone kering serta nipah. 2 Kualitas bibit siap tanam : a Bibit sehat, berbatang tunggal dan leher berkayu. b Kenampakan fisiologis yang baik ditandai : Tinggi minimal 20 untuk jenis bibit dari benih non propagul; berdaun cukup untuk jenis bibit dari benih propagul ; 2 Penanaman Pelaksanaan penanaman dimulai pada musim ombak tenang atau dimulai dari yang terdekat dengan darat agar terhindar dari ombak besar. a. Pola penanaman 1 Pola penanaman rumpun berjarak dimaksudkan untuk kekokohan, menjerat lumpur atau hara dan sesuai dengan media pasir yang labil akan ombak laut. Pola tanam ini lebih cocok untuk ekosistem mangrove di pulau-pulau kecil. 2 Penanaman rumpun berjarak dilaksanakan seperti halnya dengan penanaman murni anakan ditanam tanpa melepaskan plastiknya akan tetapi anakan ditanam rapat membentuk rumpun-rumpun. Jumlah dan jarak antar rumpun per hektar dan jumlah anakan yang ditanam di tiap rumpun disesuaikan dengan kondisi tapak. 133 Gambar 13. Pola Penanaman Rumpun Berjarak jumlah anakan dalam rumpun dan jarak antar rumpun per hektar disesuaikan kondisi tapak atau ketersediaan bibit. b. Penanaman dilakukan pada saat air laut surut baik pada siang hari maupun malam hari. Di pulau yang sama, pada musim barat ekstrim penanaman dilakukan di daerah timur, sebaliknya pada musim timur ekstrim penanaman dilakukan di daerah barat. c. Pada saat menanam bibit, kantong plastik polybag media tanam tidak perlu dilepas tetapi cukup dirobek atau dilubangi bagian dasarnya 3 – 5 lubang berdiameter sebesar pensil. d. Pada areal penanaman yang arus pasang surutnya cukup kuat dan atau membawa sampah yang cukup banyak dan berpotensi mengganggu anakan mangrove, maka perlu dibuat pagar dari bahan yang tahan air laut untuk waktu tertentu. c. Pemeliharaan Tanaman 1 Waktu Pelaksanaan Pemeliharaan tanaman dilakukan pada tahun berjalan T+ 0, tahun pertama T+ 1 dan tahun kedua T+ 2. 2 Komponen pekerjaan. a Penyiangan Penyiangan dimaksudkan untuk membebaskan tanaman pokok mangrove dari tanaman pengganggu. Pada areal genangan atau daerah pasang surut umumnya tidak perlu dilaksanakan penyiangan, akan tetapi pada areal yang kering perlu dilakukan penyiangan sampai tanaman berumur 2 tahun pemeliharaan tahun kedua. b Penyulaman 1 Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati merana, diusahakan menggunakan bibit sejenis; 2 Pelaksanaan penyulaman pada pemeliharaan tanaman tahun berjalan dilaksanakan ± 15 - 30 hari setelah penanaman sebesar 10 ; 3 Pelaksanaan penyulaman pada pemeliharaan tanaman tahun pertama pemeliharaan I dilakukan apabila persentase tumbuh Rumpun anakan D st D st Laut Pantai pulau Pulau 134 tanaman tahun berjalan setelah sulaman 70 dalam kawasan hutan, 60 luar kawasan hutan dan pemeliharaan tahun kedua pemeliharaan I I dilakukan apabila persentase tumbuh tanaman setelah pemeliharaan tahun I 90 di dalam kawasan hutan dan 80 luar kawasan hutan. c Pengendalian hama gulma Hama tananam yang sering ditemui dan menyerang pada tanaman mangrove jenis Rhizophora, spp, baik di persemaian maupun setelah ditanam adalah yuyu ketam Crustacea, sp., ulat daun dan batang, serta gulma biasanya lumut. Pengendalian hama gulma dapat dilakukan pada pemeliharaan tanaman tahun berjalan, tahun pertama dan atau tahun kedua. d. Hasil Kegiatan Hasil kegiatan rehabilitasi hutan mangrove adalah terwujudnya tanaman hutan mangrove pada lokasi dan areal yang sesuai dalam dokumen rancangan. Hasil kegiatan rehabilitasi hutan mangrove setelah pemeliharaan I I , diserahkan kepada Bupati Gubernur Ditjen PHKA yang selanjutnya dilakukan pengamanan hasil rehabilitasi. Untuk yang berlokasi di luar kawasan hutan negara lebih lanjut diserahkan kepada masyarakat untuk dipelihara kelestariannya, diketahui oleh Kepala Desa. 135

BAB VI PEMBUATAN BANGUNAN KONSERVASI TANAH DAN AI R