Rehabilitasi Hutan Pantai REHABI LI TASI HUTAN MANGROVE DAN HUTAN PANTAI

70 bidang Kehutanan. Satker penyelenggara pembuatan tanaman dalam Kawasan Hutan Konservasi adalah BKSDA BTN dan pada TAHURA adalah Dinas Provinsi yang diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang kehutanan . Sedangkan satker pelaksana pembuatan tanaman di luar kawasan hutan adalah Dinas I nstansi Kabupaten Kota yang diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang kehutanan. Hasil kegiatan penanaman dan pemeliharaan tanaman dinilai konsultan penilai LPI . 5. Tata Waktu Rehabilitasi hutan mangrove dilaksanakan sesuai tata waktu sebagaimana tertuang dalam dokumen rancangan. 6. Hasil Kegiatan Hasil kegiatan rehabilitasi hutan mangrove adalah terwujudnya tanaman hutan mangrove pada lokasi dan areal yang sesuai dalam dokumen rancangan. Hasil kegiatan rehabilitasi hutan mangrove setelah pemeliharaan I I , diserahkan kepada Bupati Gubernur Ditjen PHKA yang selanjutnya dilakukan pengamanan hasil rehabilitasi. Untuk yang berlokasi di luar kawasan hutan negara lebih lanjut diserahkan kepada masyarakat untuk dipelihara kelestariannya, diketahui oleh Kepala Desa.

2. Rehabilitasi Hutan Pantai

a. Penyusunan Rancangan 1 Penetapan Calon Lokasi Calon lokasi rehabilitasi hutan pantai dituangkan dalam Rencana Teknik Tahunan RTT. Dalam menentukan calon lokasi dipertimbangkan sebagai berikut : a Hutan pantai dimulai dari batas rata-rata pasang tertinggi tahunan ke arah darat; b Kawasan pantai yang berfungsi lindung yang memenuhi persyaratan biofisik untuk pertumbuhan tanaman pantai yaitu tanah berpasir dan tidak dipengaruhi iklim dan pasang surut air laut; c Mengalami degradasi yang dicirikan oleh tumbuhnya berbagai jenis semak seperti warakas Achrosticum aurem dan jerujen Acanthus ilicefelius; d Ada kenyataan potensial terjadi abrasi; e Adanya ketergantungan masyarakat setempat terhadap keberadaan hutan pantai sebagai mata pencaharian; 71 2 Pengumpulan Data dan I nformasi Pengumpulan data dan informasi dilakukan untuk memperoleh bahan dalam penyusunan rancangan. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data Primer diperoleh melalui wawancara dengan responden atau dengan mendatangi langsung obyek yang akan diambil datanya. Data Sekunder diperoleh melalui telaah data yang resmi hasil laporan, penelitian dll. Jenis data yang dikumpulkan berupa data biofisik meliputi : letak dan luas, status lahan, tanah, salinitas, jenis tanaman, sarana dan prasarana dan iklim sedangkan data sosial ekonomi meliputi : demografi, mata pencaharian dan pendapatan, tenaga kerja, kelembagaan masyarakat. 3 Penataan Areal Penataan areal dilakukan untuk menentukan luas dan batas areal tanam serta mengidentifikasi permasalahan yang berkaitan dengan penguasaan lahan. Kegiatan penataan areal terdiri dari : a Pengumpulan data dan informasi lapangan biofisik-sosek, yang dituangkan dalam risalah umum; b Pengukuran luas dan batas luar areal yang dituangkan dalam peta rancangan; c Penetapan batas areal tanam, dapat menggunakan batas alam seperti alur-alur, anak sungai, patok bambu kayu dan lain-lain yang sifatnya relatif permanen dan diberikan tanda batas yang jelas; d Penentuan arah larikan dan jarak tanam dengan memperhatikan kondisi lahan dan tegakan yang ada di lapangan serta sosial ekonomi masyarakat setempat; e Pembuatan sket lapangan tanpa skala, buku ukur dan peta rancangan skala 1 : 1.000 s d 1 : 10.000 sesuai kegiatan dan operasional pelaksanaan. 4 Pengolahan dan Analisa Data Data dan informasi yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis berupa tabulasi, sortasi dan validasi yang selanjutnya dipergunakan sebagai bahan penyusunan rancangan kegiatan dan anggaran serta peta rancangan. 5 Rancangan Kegiatan a Pola RHL I nsentif Pola ini dilaksanakan pada areal di luar kawasan hutan yang masyarakatnya terkonsentrasi pada suatu wilayah tertentu, mempunyai semangat dan partisipasi yang tinggi dalam upaya pelestarian hutan pantai dan didukung oleh tersedianya bibit yang 72 berkualitas baik. Jumlah bibit tanaman adalah 400 batang Ha dengan sulaman 10 . Rancangan kegiatan disusun dengan memperhatikan data dan informasi yang sesuai. Rancangan kegiatan meliputi penyiapan lahan, penyiapan bibit, penanaman dan pemeliharaan. Kegiatan yang dibiayai oleh Pemerintah meliputi : penyusunan rancangan dan pengadaan bibit, insentif penanaman dan pemeliharaan, serta pengembangan kelembagaan. I nsentif penanaman dan pemeliharaan berupa bantuan biaya penamanan dan biaya pemeliharaan tanaman tahun pertama dan tahun kedua. b Pola RHL Subsidi Biaya Penuh Pola RHL subsidi biaya penuh dilaksanakan pada kawasan hutan negara. Dalam pelaksanaannya melibatkan masyarakat setempat dan didukung oleh tersedianya bibit yang berkualitas baik. Jumlah bibit tanaman adalah 400 batang Ha dengan sulaman 10 . Dalam pola ini, rencana-rencana kegiatan ditetapkan sesuai dengan kebutuhan. Rancangan kegiatan berupa penyiapan lahan, penyiapan sarana dan prasarana, penyiapan bibit, penanaman dan pemeliharaan. Kegiatan yang dibiayai oleh Pemerintah meliputi : penyusunan rancangan dan pengadaan bibit, penanaman, pemeliharaan tahun pertama dan tahun kedua, serta pengembangan kelembagaan. Dalam tahap ini dipilih jenis tanaman yang sesuai dengan hasil analisa atas kondisi fisik dan sosial ekonomi masyarakat. Sebagai rujukan dapat dipilih jenis cemara pantai Casuarina equisetifolia, ketapang Terminalia catappa, waru laut Hibiscus tiliaceus. Sifat- sifat ekologi dan cara pembiakan dari pohon pantai disajikan pada Tabel 14. 6 Rencana Anggaran Biaya RAB Dari rancangan kegiatan hasil pengolahan data dan informasi kemudian dirancang kebutuhan bahan, peralatan dan tenaga kerja per komponen pekerjaan serta sarana dan prasarana, selanjutnya dengan memperhatikan harga pasar yang wajar dan standar biaya kegiatan rehabilitasi yang berlaku ditentukan Rencana Anggaran Biaya per komponen pekerjaan. 7 Pembuatan Gambar dan Peta Dari hasil pengumpulan data, sket lapangan dan buku ukur kemudian dibuat gambar dan peta. a Peta situasi skala 1 : 100.000 dan atau 1 : 250.000 yang menunjukkan situasi dan letak lokasi kegiatan pada wilayah DAS dan Kabupaten Kota. b Peta rancangan yang menggambarkan peta kerja memuat batas- batas areal, petak, rencana jalan inspeksi, pola penanaman, dengan 73 skala 1 : 1.000 dan atau 1 : 10.000. c Peta rancangan dibuat sesuai dengan kaidah perpetaan dengan inzet lokasi dan ruang penilaian serta pengesahan peta. d Gambar bestek yang perlu dibuat adalah : Gubuk Kerja, papan nama, tata ruang tata letak tanaman pola tanam. Khusus untuk Kawasan Hutan Konservasi disesuaikan dengan Rencana Pengelolaan Kawasan Konservasi. 8 Perancangan Kelembagaan Perancangan kelembagaan mencakup penetapan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan untuk memperkuat kelembagaan masyarakat sehingga mampu melaksanakan kegiatan rehabilitasi hutan pantai. Kegiatan tersebut antara lain agar petani diprakondisikan terlebih dahulu melalui penyuluhan untuk menumbuhkembangkan kesadaran akan pentingnya hutan pantai. Demikian pula bagi petani tambak nelayan yang belum mempunyai kelompok tani diarahkan untuk membentuk kelompok tani dengan pendampingan oleh Petugas Lapangan Gerhan PLG. Kelompok tani diarahkan untuk mampu melaksanakan pembuatan tanaman oleh karena itu mereka harus mengikuti sosialisasi, penyuluhan, menyelenggarakan pertemuan-pertemuan kelompok, menyiapkan administrasi kelompok serta menyusun perangkat aturan kesepakatan internal kelompok. Berkaitan dengan ini dirancang pula kebutuhan pelatihan bagi petani. 9 Organisasi Pelaksana a Penyusun rancangan : 1 Pada Kawasan Hutan Lindung dan Hutan Produksi oleh Sub Dinas Program Perencanaan pada Dinas Kabupaten Kota. 2 Pada Kawasan Hutan Konservasi oleh Tim Pejabat yang ditunjuk oleh Kepala BKSDA Balai Taman Nasional. 3 Pada TAHURA oleh Sub Dinas Program Perencanaan pada Dinas Propinsi Kabupaten Kota. 4 Luar Kawasan Hutan oleh : oleh Sub Dinas Program Perencanaan pada Dinas Kabupaten Kota. 5 Dalam penyusunan rancangan dapat memanfaatkan Jasa Konsultansi Pihak Ketiga. b Penilai rancangan : Kepala Balai Pengelolaan DAS atau pejabat lain lingkup BP DAS yang ditunjuk oleh Kepala BP DAS yang bersangkutan. c Pengesah rancangan : 1 Kawasan Hutan Lindung dan Hutan Produksi oleh Kepala Dinas Kabupaten Kota. 2 Kawasan Hutan Konservasi oleh Kepala BKSDA Balai Taman Nasional. 3 TAHURA oleh Kepala Dinas Provinsi Kabupaten Kota. 4 Luar Kawasan Hutan oleh Kepala Dinas Kabupaten Kota. 74 10 Tata Waktu Rancangan rehabilitasi hutan pantai disusun 1 satu tahun sebelum pelaksanaan T-1, namun dalam kondisi tertentu ketersediaan anggaran dapat dilaksanakan pada tahun berjalan T+ 0 tetapi dibuat sebelum pembuatan tanaman dilaksanakan. 11 Hasil Kegiatan. Hasil kegiatan pembuatan rancangan adalah buku rancangan rehabilitasi hutan pantai dilengkapi peta-peta dan gambar bestek yang telah dinilai oleh Kepala Balai Pengelolaan DAS setempat dan disahkan oleh pejabat yang berwenang. b. Pelaksanaan Rehabilitasi Hutan Pantai 1 Persiapan Lapangan a Penyiapan kelembagaan 1 Prakondisi dilakukan terhadap masyarakat pantai setempat yang akan terlibat dalam kegiatan rehabilitasi hutan mangrove berupa penyuluhan, pembentukan kelompok tani dan pendampingan oleh Petugas Lapangan Gerhan PLG. 2 Penyiapan organisasi pelaksana dan koordinasi dengan pihak terkait untuk lokasi dan areal yang akan direhabilitasi oleh Dinas Kabupaten Kota. b Pembuatan sarana dan prasarana Penyiapan bahan dan pembuatan gubuk kerja, papan nama, patok batas, ajir dan penyiapan alat pengukuran GPS alat ukur theodolit, kompas, altimeter dan lain-lain serta perlengkapan kerja lainnya. c Penataan areal tanaman 1 Berdasarkan rancangannya, dilakukan penataan lahan untuk kesesuaian lokasi dan areal tanam. 2 Penyiapan areal tanamaan : a Pengukuran ulang batas-batas areal, pemancangan patok batas luar areal tanam; b Penentuan jalur tanaman dimulai dengan penentuan arah larikan tanaman melintang terhadap pasang surut sesuai pola tanam yang telah dirancang pada lokasi dan areal tanam yang bersangkutan; c Pemancangan ajir sesuai jarak tanam sebagaimana ditentukan dalam rancangan atau setara 400 bt ha; d Penyiapan tempat pengumpulan sementara bibit di masing- masing areal penanaman. 75 2 Pembuatan Tanaman a Pemilihan jenis tanaman Jenis tanaman dipilih yang paling cocok dan disesuaikan dengan kondisi fisik lapangan , sosial ekonomi dan budaya serta kesiapan masyarakat setempat sebagaimana yang tertuang dalam rancangan. Tabel 14. Sifat ekologis jenis pohon pantai dan cara pembiakannya No. Jenis Jenis Tanah Habitat Pembiakan 1 Casuarina equisetifolia Regosol entisol Tanah liat berat, di atas garis pasang, tanah miskin humus Tunas akar dan biji 2 Terminalia catapa Regosol entisol Tanah berpasir dan berbatu Biji, stek, grafting, anakan alam 3 Hibiscus tiliaceus Regosol entisol Tanah tertier yang periodik kering Stek dan Biji 4 Artocarpus altilis Regosol entisol Tanah liat berpasir Stek akar, stek batang b Spesifikasi bibit 1 Kualitas bibit siap tanam : a Bibit sehat dan berbatang tunggal. b Kenampakan fisiologis yang baik ditandai : Tinggi minimal 20 – 50 cm sesuai jenis bibit; Media kompak. c Syarat bibit siap tanam Bibit yang siap tanam adalah bibit yang telah mencapai ketinggian minimum. c Pola tanam Pembuatan tanaman rehabilitasi hutan pantai baik di luar kawasan hutan dengan pola RHL I nsentif maupun di dalam kawasan hutan dengan pola RHL Subsidi Biaya Penuh dilaksanakan dengan menerapkan pola tanam murni yakni 1. penanaman merata dan atau 2. penanaman jalur sepanjang pantai. d Penanaman Pelaksanaan penanaman dimulai dimulai dari yang terdekat dengan darat agar terhindar dari ombak besar. Pelaksanaan pembuatan tanaman rehabilitasi hutan pantai di luar kawasan hutan pola RHL I nsentif dan di dalam kawasan hutan pola RHL Subsidi biaya penuh dilakukan dengan menerapkan pola tanam sebagaimana tertuang dalam rancangan. 76 Kegiatan penanaman meliputi : 1 Pembersihan piringan tanam di sekeliling ajir; 2 Pembuatan lubang tanam sesuai dengan keperluan masing- masing jenis tanaman yang tertuang dalam rancangan; 3 Penanaman bibit dengan memperhatikan hal sebagai berikut: a Bibit dikeluarkan dari kantong plastik, hindari kerusakan akar; b Bibit dimasukkan ke lubang tanam sedalam leher akar; c Tanah urugan di sekitar batang harus dipadatkan, permukaaan timbunan harus agak cembung supaya tidak tergenang air. 3 Pemeliharaan Tanaman a Waktu Pelaksanaan Pemeliharaan tanaman dilakukan pada tahun berjalan T+ 0, tahun pertama T+ 1 dan tahun kedua T+ 2. b Komponen pekerjaan. 1 Penyiangan Penyiangan dimaksudkan untuk membebaskan tanaman pokok dari tanaman pengganggu, penyiangan sampai tanaman berumur 2 tahun pemeliharaan tahun kedua. 2 Penyulaman a Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati merana, diusahakan menggunakan bibit sejenis; b Pelaksanaan penyulaman pada pemeliharaan tanaman tahun berjalan dilaksanakan ± 15 - 30 hari setelah penanaman; c Pelaksanaan penyulaman pada pemeliharaan tanaman tahun pertama dilakukan apabila persentase tumbuh tanaman tahun berjalan setelah sulaman 70 dan pemeliharaan tahun I I tidak disediakan bibit dari pemerintah. 3 Pengendalian hama gulma Hama tananam yang sering ditemui dan menyerang pada tanaman pantai ulat daun dan batang, Cendawan akar dan upas Cryptococcus neoformans, Phytopthora palmivora serta gulma. Pengendalian hama gulma dapat dilakukan pada pemeliharaan tanaman tahun berjalan, tahun pertama dan atau tahun kedua. 4 Organisasi Pelaksana Organisasi pelaksana rehabilitasi hutan pantai dengan pola RHL insentif dan atau Pola RHL Subsidi biaya penuh, yakni : a Penyiapan kelembagaan Penyiapan kelembagaan rehabilitasi hutan pantai di luar kawasan hutan dilaksanakan oleh Dinas I nstansi yang menangani Kehutanan Kabupaten Kota; pada Kawasan Hutan Lindung serta Kawasan 77 Hutan Produksi Satkernya Dinas Kabupaten Kota; pada Kawasan Hutan Konservasi Satkernya adalah BKSDA BTN sedangkan pada TAHURA Satkernya adalah Dinas Provinsi Kabupaten Kota. Sedangkan pendampingan masyarakat oleh Petugas Lapangan Gerhan PLG yang ditunjuk. b Penyediaan bibit : 1 Untuk kebutuhan penanaman di luar kawasan hutan : a Pengadaan bibit dilaksanakan oleh Pihak Ketiga. b Kesiapan bibit diperiksa oleh Konsultan Penilai LPI c Satker pada Balai Pengelolaaan DAS. 2 Untuk kebutuhan penanaman di dalam kawasan hutan: a Pengadaan bibit dilaksanakan oleh Pihak Ketiga dalam satu paket dengan pembuatan tanaman dan pemeliharaan tanaman melalui sistem kontrak tahun jamak multiyears . b Satker pada Dinas Kabupaten Kota. c Pembuatan dan Pemeliharaan Tanaman Pekerjaan pembuatan tanaman di dalam kawasan hutan dilaksanakan oleh Pihak Ketiga dalam satu paket dengan penyediaan bibit dan pemeliharaan tanaman melalui sistem kontrak tahun jamak multiyears. Sedangkan penanaman dan pemeliharaan tanaman di luar kawasan hutan lahan masyarakat dilakukan dengan sistim SPKS kepada kelompok tani tambak atau nelayan setempat. Satker penyelenggara pembuatan tanaman di dalam Kawasan Hutan Lindung dan Hutan Produksi adalah Dinas I nstansi Kabupaten Kota. Satker penyelenggara pembuatan tanaman dalam Kawasan Hutan Konservasi adalah BKSDA BTN dan pada TAHURA adalah Dinas Provinsi. Sedangkan satker penyelenggara pembuatan tanaman di luar kawasan hutan adalah Dinas I nstansi Kabupaten Kota. Hasil akhir kegiatan penanaman dan pemeliharaan tanaman konsultan penilai LPI yang ditunjuk oleh satker Dinas Provinsi, Dinas Kabupaten Kota, UPT Ditjen PHKA. 5 Tata Waktu Pelaksanaan rehabilitasi hutan pantai sesuai tata waktu sebagaimana tertuang dalam dokumen rancangan. 6 Hasil Kegiatan Hasil kegiatan pelaksanaan rehabilitasi hutan pantai adalah terwujudnya tanaman hutan pantai pada lokasi dan areal yang sesuai dalam dokumen rancangan. Hasil kegiatan tersebut setelah pemeliharaan tahun I I diserahterimakan kepada Kepala I nstansi Satker Pelaksana, yang selanjutnya diserahkan kepada Gubernur Bupati Dirjen PHKA untuk pemeliharaan selanjutnya. 78

H. PENGEMBANGAN TANAMAN HASI L HUTAN BUKAN KAYU HHBK 1. Pengembangan Bambu