31 3
Pemeliharaan Tahun I I Pemeliharaan tahun I I meliputi penyiangan, pendangiran,
pemupukan, dan pemberantasan hama dan penyakit.
3 Organisasi Pelaksanaan Agar pelaksanaan di lapangan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan
rencana, maka disusun organisasi pelaksana di lapangan sebagai berikut: a Penanggung jawab pelaksanaan reboisasi hutan lindung dan hutan
produksi adalah Satker pada Dinas Kabupaten Kota. Sedangkan pada hutan konservasi Satkernya adalah BKSDA BTN dan pada
TAHURA Satkernya adalah Dinas Propinsi Kabupaten Kota.
b Kontraktor Pembuatan Tanaman adalah penyedia jasa pembuatan tanaman yang meliputi penyediaan bibit, penanaman dan
pemeliharaan yang bertanggung jawab kepada Satker Pelaksana Pembuatan tanaman.
c Lembaga Penilai I ndependen konsultan penilai adalah lembaga penilai yang ditunjuk oleh Satker Pelaksana untuk melakukan
panilaian bibit dan tanaman sesuai prosedur yang berlaku.
4 Hasil Kegiatan Terwujudnya tanaman reboisasi pada hutan lindung, hutan produksi dan
TAHURA sebanyak 1.100 batang ha sedangkan hutan konservasi dan tanaman pengkayaan sejumlah 400 batang ha sesuai dengan rancangan
yang telah disahkan. Hasil kegiatan setelah pemeliharaan I I , diserahkan kepada Kepala I nstansi
Satker Pelaksana dan selanjutnya diserahterimakan kepada Bupati Walikota Gubernur Dirjen PHKA untuk dipelihara lebih lanjut.
B. PEMBUATAN HUTAN RAKYAT
Sasaran pembangunan hutan rakyat adalah terwujudnya tanaman hutan di luar kawasan hutan lahan milik rakyat sebagai upaya rehabilitasi lahan tidak
produktif lahan kosong kritis di DAS prioritas yang ditujukan untuk memulihkan fungsi dan meningkatkan produktifitas lahan dengan berbagai hasil tanaman
berupa kayu dan non kayu, memberikan peluang kesempatan kerja dan berusaha meningkatkan pendapatan masyarakat, kemandirian kelompok tani, serta
memperbaiki kualitas lingkungan dan mengurangi tekanan penebangan kayu hutan.
Tahapan pembuatan Hutan Rakyat Gerhan adalah sebagai berikut :
1. Penyusunan Rancangan a. Penetapan Calon Lokasi
Penetapan lokasi kegiatan Hutan Rakyat mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
32 1 Tanah milik rakyat, yang menurut kesesuaian lahan dan pertimbangan
ekonomis lebih sesuai untuk hutan rakyat. 2 Tanah milik rakyat yang terlantar dan berada di bagian hulu sungai
3 Tanah desa, tanah marga adat, tanah negara bebas serta tanah lainnya yang terlantar dan bukan kawasan hutan negara.
4 Tanah milik rakyat tanah desa tanah lainnya yang sudah ada tanaman kayu kayuan tetapi masih perlu dilakukan pengkayaan tanaman.
b. Pengumpulan Data dan I nformasi Data dan I nformasi ini dimaksudkan untuk memperoleh kesesuaian lahan-
tanaman, pola kerja, tata waktu dan tata norma kehidupan masyarakat sekitar calon lokasi, sehingga dapat diperoleh rancangan, pelaksana dan
sistem pelaksanaan yang sesuai. Data dan informasi dimaksud adalah : 1 Biofisik, yaitu situasi lokasi lahan sasaran, jenis tanah, kesesuaian lahan,
curah hujan, tipe iklim, ketinggian dan topografi, vegetasi, dan lain-lain. 2 Sosial Ekonomi, meliputi :
a Jumlah dan kepadatan penduduk
b Pemilikan lahan
c Kelembagaan organisasi masyarakat
d Sarana prasarana usaha hutan rakyat dan penyuluhan di bidang
kehutanan pertanian e
Sarana pendidikan, perhubungan dan sarana perekonomian lainnya industri, pasar, bank, dan lain-lain.
c. Penataan Areal Penataan areal dimaksudkan untuk menentukan batas areal, luas, dan
petak. Kegiatan penataan areal terdiri dari kegiatan :
1 Pengukuran, penataan dan pemancangan patok batas luar, dan petak yang dituangkan dalam peta rancangan dengan polygon tertutup.
2 Penataan pola tanaman, tata letak dan jarak tanam dalam kaitannya dengan teknis konservasi dan tegakan yang ada di lapangan.
3 Pembuatan sket lapangan tanpa skala, buku ukur dan peta rancangan skala 1: 5.000 s d 1: 10.000 sesuai kegiatan dan operasional
pelaksanaan. 4 Penataan areal hutan rakyat setiap 1 satu unit rancangan minimal satu
kelompok tani hutan rakyat dengan luas hamparan minimal 25 ha efektif.
d. Pengolahan dan Analisa Data Berdasarkan hasil survei, dilakukan tabulasi, sortasi dan validasi informasi
sebagai bahan untuk penyusunan rancangan.
e. Rancangan Kegiatan Dari hasil pengolahan data, maka disusun rancangan kegiatan fisik
lapangan, baik luas, pola tanam, tata letak, kebutuhan bibit menurut jenis
33 dan jumlah batang, dan sarana prasarana. Rancangan disusun sesuai
dengan kaidah teknis RHL dan teknis konservasi tanah. 1 Pola Tanam
Pola tanam dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi lahan sebagai berikut :
a Pola tanam di lahan terbuka 1 Baris dan larikan tanaman lurus
Pola tanam ini sesuai untuk lahan dengan tingkat kelerengan datar tetapi tanah peka terhadap erosi. Larikan tanaman dibuat
lurus dengan jarak tanam teratur dan jumlah tanaman 400 Batang Ha.
Cara pengaturan tanaman pada pola ini adalah seperti pada Gambar 1. berikut ini :
ι ι
ι ι
ι ι
ι ι
ι ι
ι ι
ι ι
ι ι
ι ι
ι ι
ι Keterangan:
ι = tanaman kayu-kayuan dan MPTS
Gambar 1. : Baris dan Larikan Tanaman Lurus 2 Tanam jalur dengan pola tumpangsari.
Pola tanam ini sesuai untuk lahan dengan tingkat kelerengan datar s d landai dan tanah tidak peka terhadap erosi. Larikan
tanaman dibuat lurus dengan jarak tanam teratur. Karena menggunakan pola tanam tumpangsari, maka jarak
tanaman antar jalur perlu lebih lebar dengan jumlah tanaman 400 batang Ha. Diantara tanaman pokok dapat dimanfaatkan
untuk tumpangsari tanaman semusim, dan atau tanaman sela. Cara pengaturan tanaman pada pola ini adalah seperti pada
Gambar 2. berikut ini :
ι ι
ι ι
ι ι
ι
ι ι
ι ι
ι ι
ι
ι ι
ι ι
ι ι
ι
Keterangan :
-
: Jalur tanaman pangan tanaman tumpangsari
- ι
: Tanaman Kayu-kayuan MPTS
Gambar 2. Tanam Jalur dengan Pola Tumpangsari
34 3 Penanaman searah garis kontur.
Pola tanam ini sesuai untuk lahan dengan kelerengan agak curam s d curam.
Penanaman dilakukan dengan sistim cemplongan dengan jumlah tanaman 400 Batang Ha.
Cara pengaturan tanaman pada pola ini adalah seperti pada Gambar 3. berikut ini :
Keterangan:
ι
= tanaman kayu-kayuan MPTS
Gambar 3. : Penanaman Searah Garis Kontur b Pola tanam di lahan tegalan
Pada umumnya di lahan tegalan sudah terdapat tanaman kayu kayuan maupun tanaman MPTS. Dalam rangka pengembangan hutan
rakyat, pada lahan tegalan yang jumlah pohon dan anakannya kurang dari 200 batang Ha dapat dilakukan pengkayaan tanaman.
Pola penanaman di lahan tegalan meliputi :
1 Penanaman pengkayaan pada batas pemilikan lahan Pada umumnya pada lahan tegalan sudah terdapat tanaman
kayu kayuan MPTS, maka tanaman baru sebagai tanaman pembatas maksimal 200 Batang ha.
Cara pengaturan tanaman pada pola ini adalah seperti pada Gambar 4. berikut ini :
ι ι
ι ι
ι ι
ι ι
ι ι
ι ι
ι ι
η η
η η
η ι
ι η
η η
η η
η η
ι ι
η η
η η
η η
η ι
ι η
η η
η η
η ι
ι η
η η
η η
ι ι
ι ι
ι ι
ι ι
ι ι
ι ι
ι ι
Keterangan :
- η
: Tanaman kayu kayuan yang sudah ada.
- ι
: Tanaman kayu kayuan pada batas pemilikan lahan tanaman baru.
Gambar 4. Pola Penanaman Pengkayaan Batas Pemilikan di Lahan Tegalan
ι ι
ι ι
ι ι
ι ι
ι ι
ι ι
ι ι
ι
35 2 Penanaman pengkayaan sisipan
Pada umumnya pada lahan tegalan sudah terdapat tanaman kayu kayuan dan MPTS, maka tanaman baru sebagai tanaman
pengkayaan sisipan sejumlah 200 Batang ha.
Cara pengaturan tanaman pada pola ini adalah seperti pada Gambar 5.
η η
ι ι
η ι
η ι
ι η
ι η
η ι
η ι
η η
ι η
ι ι
ι η
ι ι
ι η
ι η
η η
ι η
ι η
ι ι
η ι
η ι
η ι
ι ι
η ι
η ι
Keterangan :
- η
: Tanaman kayu kayuan yang sudah ada
- ι
: Tanaman pengkayaan kayu kayuan tanaman baru
Gambar 5. Pola Penanaman Pengkayaan Sisipan di Lahan Tegalan f. Pemilihan Jenis Tanaman
Pemilihan jenis tanaman hutan rakyat disesuaikan dengan usulan dari masyarakat, kesesuaian agroklimat, permintaan pasar dan dikembangkan
dalam luasan yang secara ekonomis dapat dipasarkan, serta menguntungkan yang diwujudkan melalui kesepakatan kelompok.
Komposisi jenis tanaman terdiri dari kayu-kayuan termasuk jenis tanaman unggulan lokal minimal 60 , dan MPTS
multi purpose trees species penghasil kayu, getah, buah dll. maksimal 40 .
g. Rencana Anggaran Biaya 1 Sesuai dengan analisa rencana pekerjaan komponen kegiatan yang
akan dilaksanakan, maka dilakukan analisa kebutuhan bahan dan peralatan per komponen pekerjaan.
2 Berdasarkan analisa rencana pekerjaan dihitung kebutuhan tenaga kerja, kemudian berdasarkan survey sosial dan ekonomi dilakukan
analisa ketersediaan tenaga kerja dari desa setempat dan sekitarnya untuk pemenuhan tenaga kerja yang dibutuhkan.
3 Berdasarkan point 1 dan 2 tersebut diatas, dibuat analisa dan harga pasar yang wajar, disajikan dalam Rencana Anggaran Biaya per
komponen kegiatan.
h. Pembuatan Gambar dan Peta Hasil pengumpulan data, sket lapangan dan buku ukur, dilakukan
pengolahan dan analisa data dan dituangkan dalam gambar dan peta.
36 1 Peta situasi skala 1: 50.000 s d 1: 100.000 yang menunjukan situasi dan
letak lokasi kegiatan pada wilayah DAS, Kabupaten Kota. 2 Peta rancangan yang menggambarkan peta kerja dengan memuat
batas-batas pemilikan, rencana tanaman, dengan skala 1: 5.000 s d 1: 10.000
3 Peta rancangan dibuat sesuai dengan kaidah perpetaan dengan inzet lokasi dan ruang penilaian dan pengesahan peta.
4 Gambar bestek yang perlu dibuat adalah : a Gubuk kerja
b Papan Nama c Pola tanam Tata ruang tata letak tanaman
i. Perancangan Kelembagaan
1 Organisasi Penyusun
rancangan Dirancang organisasi yang bertujuan untuk peningkatan kelembagaan,
pengelolaan, baik organisasi pengelola, sumberdaya manusia maupun peraturannya.
2 Penyusunan rancangan
Rancangan teknis disusun oleh Dinas Propinsi Kabupaten Kota, dinilai oleh BPDAS dan disahkan oleh Kepala Dinas Kehutanan
Arahan non teknis dalam penyusunan rancangan kelembagaan antara lain : sosialisasi kepada petani masyarakat yang akan terlibat dalam
kegiatan hutan rakyat, diprakondisikan terlebih dahulu melalui penyuluhan untuk menumbuhkembangkan kelembagaan kelompok tani
dan kelembagaan usaha sesuai pola kegiatan yang dilaksanakan.
j. Tata Waktu 1 Penyusunan rancangan dilaksanakan pada T-1, namun dalam kondisi
tertentu dimungkinkan dilaksanakan pada tahun berjalan T-0. 2 Rancangan harus memuat tata waktu pelaksanaan kegiatan baik
kegiatan fisik, keuangan maupun kegiatan pelaksanaan pengembangan kelembagaan.
Penyusunan rancangan hutan rakyat disusun oleh Kepala Sub Dinas Kabupaten Kota, dinilai oleh Kepala BPDAS setempat disahkan oleh Kepala
Dinas Kabupaten Kota.
k. Hasil Kegiatan
Hasil kegiatan pembuatan rancangan adalah buku rancangan pembuatan hutan rakyat Gerhan.
l. Format Rancangan Format rancangan disusun dengan out line sebagaimana diatur dalam BAB
I I . B.4.
37 2. Pelaksanaan Pembuatan Tanaman Hutan Rakyat
Pembuatan tanaman hutan rakyat meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. Persiapan Lapangan
1 Penyiapan kelembagaan Kelompok tani diarahkan untuk melaksanakan persiapan pembuatan
tanaman hutan rakyat antara lain : a
Mengikuti sosialisasi penyuluhan dan pelatihan b
Menyusun rencana kegiatan bersama-sama PLG Pendamping c
Menyiapkan lahan miliknya untuk lokasi kegiatan pembuatan tanaman
d Menyelenggarakan pertemuan-pertemuan kelompok tani
e Menyiapkan administrasi kelompok tani
f Menyusun perangkat aturan kesepakatan internal kelompok tani
2 Pembuatan Sarana dan Prasarana a
Pembuatan gubuk kerja dan papan pengenal di lapangan yang memuat keterangan tentang lokasi, luas, jenis tanaman, nama
kelompok tani dan jumlah peserta serta tahun pembuatan tanaman hutan rakyat.
b Pembuatan jalan inspeksi setapak dan atau jembatan di dalam
lokasi tanaman hutan rakyat, jika diperlukan. 3 Penataan Kembali Areal Tanaman
Penataan kembali areal tanaman dimaksudkan untuk pengaturan tempat dan waktu. Sesuai dengan rancangan yang disahkan, areal
tanaman dibagi dalam beberapa blok sesuai dengan pembagian kelompok. Satu blok tanaman hutan rakyat adalah seluas 25 Ha,
merupakan luas efektif yang akan ditanami oleh satu kelompok tani. Kegiatan penataan kembali areal tanaman dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut : a
Pemancangan tanda batas dan pengukuran lapangan, untuk menentukan luas serta letak yang pasti sehingga memudahkan
perhitungan kebutuhan bibit.
b Pembersihan lapangan dan pengolahan tanah.
c Penentuan arah larikan serta pemancangan ajir
d Pembuatan piringan tanaman di sekeliling ajir
e Pembuatan lubang tanaman yang ukurannya sesuai dengan
keperluan untuk masing-masing jenis tanaman yang tertuang dalam rancangan.
b. Teknik Penanaman Aspek-aspek dalam teknik penanaman meliputi pola tanam, penanaman,
pemeliharaan, perlindungan dan pengamanan hutan.
38 1 Pola Tanam
Pola tanam dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi lahan dan mengacu pada rancangan yang telah disusun. Adapun pola tersebut
adalah sebagai berikut : a Pola penanaman di lahan terbuka meliputi :
1 Baris dan larikan tanaman lurus 2 Tanaman jalur dengan sistem tumpangsari
3 Penanaman searah garis kontur
b Pola penanaman di lahan tegalan dan pekarangan meliputi : 1 Penanaman pengkayaan pada batas pemilikan
2 Pengkayaan penanaman sisipan
2 Pemilihan Jenis Tanaman Pemilihan jenis sesuai dengan rancangan yang telah disusun yang
didasarkan pada minat masyarakat, kesesuaian agroklimat serta permintaan pasar.
3 Penanaman Penanaman diupayakan dilakukan pada awal musim hujan yang
meliputi kegiatan-kegiatan : a Pembersihan lapangan sesuai dengan pola tanam
b Pembuatan lubang tanam sesuai dengan rancangan c Pemberian pupuk dasar pupuk kandang bokasi sesuai dengan
rancangan d Pemancangan ajir
e Penanaman bibit f Khusus untuk sistem pot, tinggi bibit minimal 50 cm dan pada ajir
tanaman dipasang botol irigasi tetes. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penanaman hutan rakyat, yaitu:
a Bibit yang akan ditanam terlebih dahulu dilepas kantong plastiknya agar tidak menggangu pertumbuhan selanjutnya
b Bibit dimasukan dalam tanah lubang tanaman sedalam leher akar c Ujung akar tunggang supaya tetap lurus
d Tanah sekitar batang harus dipadatkan e Permukaan tanah harus rata atau agak cembung supaya tidak
tergenang air. Penanaman hutan rakyat dapat dilakukan dengan 2 pola sebagai
berikut : a Pola Tumpangsari
Pola tumpangsari interplanting, mixed planting adalah suatu pola
penanaman yang dilaksanakan dengan menanam tanaman semusim sebagai tanaman sela diantara larikan tanaman pokok
kayu MPTS. Pola ini biasanya dilaksanakan di daerah yang pemilikan tanahnya sempit dan berpenduduk padat, tanahnya
39 masih cukup subur dan topografi datar atau landai. Pengolahan
tanah dapat dilakukan secara intensif. b Pola Tanaman Tunggal
monoculture Pola tanam ini merupakan pola tanaman sejenis, yang
mengutamakan produk tertentu, baik kayu maupun non kayu.
Teknik penanaman dapat dilakukan melalui 3 sistem, yaitu: a Sistim Cemplongan.
Sistim cemplongan adalah teknik penanaman yang dilaksanakan dengan pembuatan lobang tanam dan piringan tanaman.
Pengolahan tanah hanya dilaksanakan pada piringan disekitar lobang tanaman. Sistem cemplongan dilaksanakan pada lahan-
lahan yang miring dan peka terhadap erosi.
b Sistim Jalur. Teknik ini dilaksanakan dengan pembuatan lobang tanam dalam
jalur larikan, dengan pembersihan lapangan sepanjang jalur tanaman. Teknik ini dapat dipergunakan di lereng bukit dengan
tanaman sabuk gunung countur planting
c Sistim tugal zero tillage
Teknik ini dilaksanakan dengan tanpa olah tanah zero tillage.
Lubang tanaman dibuat dengan tugal batang kayu yang diruncingi ujungnya. Teknik ini cocok untuk pembuatan tanaman dengan
benih langsung terutama pada areal dengan kemiringan lereng yang cukup tinggi, namun tanahnya subur dan peka erosi.
c. Pemeliharaan Tanaman Untuk tahun pertama disediakan bibit sebanyak 10 dengan ukuran bibit
bibit yang digunakan minimal sama atau lebih tinggi dari bibit standar
≥
30 cm. Untuk tahun kedua tidak disediakan bibit dari pemerintah, namun diharapkan diadakan melalui anggaran pemerintah
kabupaten kota. Tahapan kegiatan pemeliharaan dilakukan pada tahun berjalan, tahun ke I
dan I I yang meliputi : penyulaman, penyiangan, pemupukan dan pengendalian hama penyakit.
1 Penyiangan
: Pembersihan tanaman pengganggu 2 Penyulaman :
Penanaman kembali pada tanaman yang mati tumbuhnya tidak normal hanya disediakan bibit
sulaman di pemeliharaan tahun I
3 Pemupukan : Dilakukan
pemupukan dengan pupuk kandang buatan sesuai takaran
4 Penyiraman :
Dilakukan pada musim kemarau untuk menjaga tanaman dari kematian, hal ini terutama pada
pembuatan tanaman sistem pot.
5 Perlindungan dan Pengamanan Tanaman Perlindungan tanaman meliputi kegiatan pemberantasan hama dan
penyakit serta pencegahan dari bahaya kebakaran. Pengamanan dilakukan untuk mencegah kerusakan hutan dari ganggu
40 Tanaman yang dapat dipelihara dengan biaya Gerhan adalah sebagai
berikut : 1 Pemeliharaan tahun berjalan dilakukan sekitar sebulan setelah
penanaman selesai. Pemeliharaan tahun berjalan dilakukan dengan penyulaman bibit 10 yang telah disediakan
2 Pemeliharaan tahun pertama dilakukan jika keberhasilan persentasi tumbuh tanaman setelah sulaman tahun berjalan
≥
60 , dan pemeliharaan tahun kedua bila persentasi tumbuh tanaman
pemeliharaan tahun pertama
≥
80 . pemeliharaan tanaman dilakukan pada awal musim hujan.
Tanaman yang pada tahun pertama dan kedua persentasi tumbuhnya kurang dari yang ditentukan tersebut diminta dipelihara dengan dana
pemerintah daerah atau secara swadaya masyarakat. Pada tahun kedua, pemerintah tidak menyediakan bibit untuk sulaman, tetapi menyediakan
dana untuk kegiatan pemeliharaan lainnya penyiangan, pemupukan
d. Organisasi Pelaksana 1 Pengadaan bibit untuk hutan rakyat diaksanakan oleh pihak ke I I I
dengan satuan kerja di BPDAS. 2 Penyelenggara pembuatan tanaman hutan rakyat Pola RHL Subsidi,
I nsentif adalah Dinas Kabupaten Kota . 3 Pendampingan
kelembagaan dilakukan oleh PLG yang dapat berasal
dari PKL, LSM, tenaga kerja sarjana terdidik TKST, tenaga kerja sarjana kehutanan dan pertanian dalam arti luas yang telah
memperoleh pendidikan pemberdayaan masyarakat.
4 Untuk pemberdayaan PLG dan masyarakat, satker pelaksana dapat dibantu oleh LSM advisor pemberdayaan
e. Hasil Kegiatan Terdapat tanaman hutan rakyat yang sehat pada suatu luasan tertentu
dengan jumlah tanaman hutan rakyat 400 batang ha, pengkayaan hutan rakyat 200 batang ha sesuai dengan rancangan yang dikelola oleh
kelompok tani. Hasil kegiatan pembuatan tanaman tersebut setelah pemeliharaan tahun
ke-2 diserah terimakan dari Kepala Satker kepada Kepala I nstansi Satker Pelaksana yang selanjutnya diserahkan kepada Bupati untuk pemeliharaan
tanaman berikutnya, yang kemudian diserahkan kepada masyarakat dan diketahui oleh Kepala Desa Lurah setempat.
41
C. HUTAN KOTA