24
BAB I V PEMBUATAN TANAMAN
A. REBOI SASI
Pembuatan tanaman reboisasi harus dilaksanakan secara berkelanjutan dalam kurun waktu tertentu baik penyediaan bibit, penanaman dan pemeliharaannya
sehingga secara teknis tanaman dapat tumbuh sehat dan kuat serta mampu beradaptasi dengan alam sekitarnya.
Dengan dasar tersebut maka kegiatan reboisasi RHL Gerhan direncanakan akan dilaksanakan secara berkelanjutan, dengan sistem kontrak tahun jamak
multi years selama 3 tiga tahun. Untuk kegiatan pembuatan tanaman reboisasi
tahun 2007 telah mendapat persetujuan Menteri Keuangan melalui surat Nomor S-140 MK.02 2007 tanggal 29 Maret 2007 tentang Persetujuan Sistem Kontrak
Multiyears pada Pelaksanaan Gerhan Tahun 2007. Pelaksanaan kontrak tahun jamak tersebut diperkenankan selama tiga tahun sepanjang dananya tersedia
dalam APBN tahun berjalan. Tahapan pembuatan tanaman reboisasi secara berurutan adalah penyusunan
rancangan, penyediaan bibit, penanaman dan pemeliharaan yang diatur sebagai berikut ini.
1. Penyusunan Rancangan Rancangan Teknis Reboisasi disusun pada lokasi yang sesuai dengan RTT
yang telah ditetapkan. a. Penetapan dan Pemantapan Lokasi
1 Sasaran lokasi kegiatan reboisasi adalah kawasan Hutan Lindung HL, kawasan Hutan Konservasi HK, kecuali cagar alam dan zona inti Taman
Nasional dan kawasan Hutan produksi HP pada areal hutan dan lahan yang tanahnya miskin kritis yang tidak dibebani hak dan atau tidak dalam
proses perijinan pencadangan areal untuk hutan tanaman HTI HTR.
2 Pemantapan lokasi dilakukan melalui konfirmasi administratif dan
lapangan antara BPDAS dengan pelaksana reboisasi instansi terkait sebagaimana tercantum dalam RTT untuk memperoleh kepastian lokasi
Kabupaten, Kecamatan, Desa, Register Kawasan, luasan brutto, fungsi dan status kawasan hutan, situasi lapangan. Lokasi yang definitif adalah
lokasi yang tidak dalam sengketa, tidak dibebani hak dan atau tidak dalam proses perijinan pencadangan areal untuk hutan tanaman
HTI HTR.
3 Hasil konfirmasi lokasi dimaksud didokumentasikan dan dibuat peta rancangan dalam bentuk sket dan dituangkan dalam bentuk Berita Acara
yang ditandatangani bersama antara Kepala BPDAS dengan Kepala Dinas. Satu unit rancangan teknis disusun dalam satuan unit blok dengan
luas efektif ± 300 Ha, yang terbagi dalam petak-petak dengan luas + 25 Ha.
25 I nformasi pendahuluan yang diperlukan pada saat pemantapan lokasi
adalah: a Letak sasaran dalam adimistrasi pemerintahan dan kehutanan,
b Kondisi lapangan baik fisik penutupan vegetasi c Luasan efektif blok ± 300 Ha, dalam satu hamparan atau berpencar.
d Gangguan masyarakat terhadap calon lokasi reboisasi perambahan,
penggembalaan liar, dan lain-lain. b. Pengumpulan Data dan I nformasi
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder, baik berupa data biofisik maupun data sosial ekonomi.
1 Data Biofisik, antara lain topografi, iklim, curah hujan, jenis tanah, vegetasi penutupan lahan dan sarana prasarana.
2 Data Sosial – Ekonomi – Budaya Data sosial ekonomi dan budaya masyarakat yang berada di desa
kampung di dalam dan di sekitar lokasi kegiatan yang perlu dikumpulkan antara lain :
a Demografi
1 Karakteristik kependudukan meliputi jumlah penduduk, jenis kelamin, kelas umur dan kepadatan penduduk.
2 Adat istiadat 3 Tingkat pendidikan
4 Mata pencaharian
b Sosial Budaya Data sosial budaya yang dikumpulkan meliputi nilai-nilai yang
berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya alam, antara lain : 1 Struktur organisasi sosial, keluarga kekerabatan, desa dll.
2 Lembaga yang ada dan praktek kepemimpinan. 3
Kelembagaan sosial yang mengatur hubungan masyarakat dengan lahan dan hasil hutan.
c. Penataan Areal Pekerjaan ini ditujukan untuk menentukan batas areal, batas blok, batas
petak, luas efektif, pola tanaman, jalan inspeksi. 1 Pengukuran
Lokasi, dilakukan terhadap :
a Batas blok poligon tertutup. Luas tiap blok ± 300 ha, dibagi kedalam petak-petak seluas ± 25 ha.
Luasan ± 300 Ha merupakan luas efektif netto, tidak termasuk
jalan pemeriksaan, yang dapat difungsikan sebagai batas blok petak. Untuk luasan yang kurang dari 300 Ha tetap dijadikan satu blok.
Sedangkan untuk lokasi dengan luasan yang relatif kecil
≤
50 Ha digabung dengan lokasi yang terdekat sehingga menjadi blok.
b Batas petak Luas efektif setiap petak ± 25 ha. Batas antar petak dimungkinkan
berupa batas alam. Apabila batas antar petak berupa batas buatan, sekaligus difungsikan untuk jalur rintisan.
26 c Kelerengan lokasi
Pengukuran kelerengan lahan dilakukan bersamaan dengan pengukuran batas areal lokasi. Data kelerengan ini dipergunakan
untuk penentuan perlakuan tata tanaman jalur larikan dan jarak tanam kerapatan tanaman sesuai kaidah konservasi.
d Batas Jenis Perlakuan Penanaman Murni Pengkayaan Apabila dalam suatu lokasi akan dilaksanakan 2 dua jenis perlakuan
penanaman murni dan pengkayaan, maka batas jenis perlakuan tersebut perlu diukur dan digambar dalam peta, agar mempermudah
dalam pelaksanaan kegiatan fisik penanamannya.
e Jalan inspeksi Letak jalan akses dan inspeksi perlu dicantumkan dan ditentukan
untuk mempermudah dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. 2 Pemasangan Patok Batas
Patok batas luar blok dipasang pada setiap 500 m untuk jalur lurus, sedangkan pada jalur berbelok dipasang pada setiap sudut belokan
yang ada di lapangan. Batas blok dapat berupa batas alam, yaitu sungai, pohon, dan lain-lain. Apabila batas alam berupa pohon, pada
bagian batang pohon tersebut setinggi dada dicat warna terang merah melingkar ± 30 cm. Patok batas blok dibuat dari kayu atau
bambu, pada bagian atas ± 30 cm dicat warna terang merah. Patok batas petak dipasang pada setiap sudut petak. Patok batas petak
dibuat dari kayu bambu bahan lain yang tersedia di lapangan dengan ukuran relatif lebih kecil dari patok batas blok. Pada bagian atas ± 25
cm dicat warna terang kuning.
3 Pemetaan Dari hasil pengukuran dimaksud diatas 1 dibuat peta rancangan skala
1 : 10.000 dengan muatan : a
Batas blok poligon b
Batas petak c
Kelas lereng lokasi topografi. d
Batas jenis perlakuan penanaman murni pengkayaan e
Jalan inspeksi. f
Letak gubuk kerja. g
Lokasi pembibitan dan atau lokasi pengumpulan bibit sementara titik bagi bibit di lokasi tanam. Kriteria dan standar lokasi
pembibitan dan tempat pengumpulan sementara titik bagi sebagaimana diatur dalam Bab I I I . antara lain mudah dijangkau,
dekat lokasi penanaman, ketersediaan air cukup dan mudah diawasi.
Apabila bibit disediakan melalui pengadaan maka yang perlu diuraikan adalah jenis dan jumlah bibit yang dibutuhkan serta lokasi
tempat pengumpulan sementara titik bagi di lapangan.
27 d. Analisis Data
Hasil survey pengumpulan data dan informasi yang diperoleh dilakukan tabulasi, sortasi, validasi. Hasil analisis data dan informasi dituangkan dalam
risalah umum dan rancangan kegiatan. Risalah umum memuat informasi lokasi administratif pemerintahan dan kehutanan, letak dan luas blok dan
petak, biofisik dan sosial ekonomi. Rancangan kegiatan memuat rancangan pembibitan, penanaman, pemeliharaan tahun I dan I I , organisasi pelaksana.
e. Rancangan Kegiatan Rancangan kegiatan reboisasi mencakup 4 empat jenis rancangan yaitu:
1 Pembibitan Pengadaan Bibit,
Rancangan pembibitan memuat antara lain lokasi pembibitan, metode pembuatan bibit, jenis dan jumlah bibit yang dibuat dan dibutuhkan,
kebutuhan biaya, tenaga, bahan dan alat serta tata waktu pelaksanaan pembibitan.
2 Penanaman
Rancangan penanaman memuat antara lain : a Komponen pekerjaan penanaman, meliputi pembersihan lahan,
pembuatan jalur tanaman, pembuatan dan pemasangan ajir, pembuatan lubang tanaman, penanaman dan pemupukan. Sedangkan
untuk pemeliharaan tahun berjalan meliputi penyiangan, pendangiran dan penyulaman. Jumlah bibit untuk penyulaman tahun berjalan
sebesar 10 .
b Pola tanam dapat diatur dalam pola tanaman sela interplanting,
campuran mixed planting atau penyangga buffer zone melingkar
batas petak tanaman. Sedangkan tata tanam dapat digunakan jalur kontur dan dengan tata letak zig-zag atau lurus
grid. c Rincian kebutuhan bahan dan biaya tiap komponen pekerjaan pada
setiap petak. Dalam rancangan ini, penanaman dilakukan dengan sistem jalur dengan lebar tiap jalur + 1 meter mengikuti kontur.
d Tata waktu pelaksanaan kegiatan
3 Komposisi vegetasi pada setiap kawasan adalah :
a Hutan Produksi : Minimum 90 kayu-kayuan, maksimum 10 MPTS penghasil kayu getah buah kulit. Jenis tanaman kayu-kayuan
disesuaikan dengan kebutuhan jenis kayu di sekitar lokasi. b Hutan Lindung : Minimum 60 kayu-kayuan, Maksimum 40 MPTS
penghasil kayu getah buah kulit. Jenis tanaman kayu-kayuan untuk reboisasi hutan lindung adalah jenis kayu yang berdaur
panjang.
c Hutan Konservasi : Minimum 90 kayu-kayuan jenis endemik asli setempat, maksimum 10 MPTS jenis asli yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat setempat. Jumlah tanaman per hektar 1.100 batang. Sedangkan tanaman untuk
pengkayaan dan tanaman pada hutan konservasi berjumlah 400 batang per hektar. Tata tanam setiap lokasi dijelaskan dalam gambar.
28 4
Pemeliharaan Rancangan pemeliharaan memuat antara lain :
a Komponen pekerjaan pemeliharaan meliputi penyulaman,
penyiangan, pendangiran, pemupukan, dan pemberantasan hama dan penyakit.
b Jumlah bibit penyulaman untuk pemeliharaan tahun I sebanyak 20 ,
sedangkan pada pemeliharaan tahun I I tanpa sulaman. c
Rincian kebutuhan bahan dan biaya tiap komponen pekerjaan pada setiap petak pemeliharaan I dan I I .
d Tata waktu pelaksanaan kegiatan pemeliharaan I dan I I .
5 Organisasi Pelaksana di Lapangan
Organisasi pelaksana kegiatan di tingkat lapangan terdiri dari manajer lapangan 1 manajer lapangan 1 blok tanaman dan mandor 1 petak 1
mandor. Dalam organisasi pelaksana tersebut diuraikan tentang tugas, tanggung
jawab dan wewenang serta tata hubungan kerja masing-masing komponen organisasi pelaksana kegiatan di lapangan.
6 Pembuatan Gambar
Gambar yang harus dibuat sebagai kelengkapan rancangan adalah : a
Gubuk kerja b
Tata tanaman c
Papan nama d
Patok batas e
dan lain-lain. f. Naskah
Rancangan Naskah rancangan disusun dengan out line sebagaimana diatur dalam BAB
I I . B.4.
g. Mekanisme dan Prosedur 1
Rancangan reboisasi pada kawasan hutan lindung dan hutan produksi disusun oleh pihak I I I Konsultan Perencanaan yang ditunjuk oleh
KPA PPK pada Satker BPDAS, hasil penyusunan diperiksa dan dinilai oleh Kepala BPDAS, dan disahkan oleh Kepala Dinas Kabupaten Kota.
2 Rancangan reboisasi pada kawasan konservasi disusun oleh pihak I I I
Konsultan Perencanaan yang ditunjuk oleh KPA PPK pada Satker BPDAS, diperiksa dan dinilai oleh Kepala BPDAS, dan disahkan oleh
Kepala UPT Ditjen PHKA dan untuk Tahura oleh Kepala Dinas Provinsi.
h. Hasil Kegiatan Hasil kegiatan adalah buku rancangan teknis reboisasi yang memuat
rancangan kegiatan, rancangan biaya dan tata waktu sesuai sasaran yang ditetapkan.
29 2. Pelaksanaan Pembuatan Tanaman Reboisasi
a. Penyediaan bibit Bibit yang disediakan harus sesuai dengan rancangan, sedangkan standar
dan kriteria mutu bibit sebagaimana diuraikan pada BAB I I I , Tabel 10. Penilaian bibit volume dan jenis serta kesehatan bibit dilakukan di tempat
pengumpulan sementara sebelum penanaman yang disepakati bersama pihak terkait.
b. Penanaman 1 Persiapan Lapangan
a Penyiapan Kelembagaan Kegiatan ini meliputi penyiapan organisasi pelaksana dan koordinasi
dengan pihak terkait untuk penyiapan lokasi, luas areal, bibit dan tenaga kerja yang melakukan penanaman.
b Penyiapan Sarana dan Prasarana. 1
Penyiapan rancangan pembuatan tanaman untuk dipedomani dalam pembuatan tanaman a.l. kesesuaian lokasi blok petak
sasaran pembuatan tanaman reboisasi.
2 Penyiapan dokumen-dokumen pekerjaan yang diperlukan untuk
pembuatan tanaman. 3
Penyiapan bahan dan alat gubuk kerja, papan nama, patok batas, ajir, GPS alat ukur theodolit, kompas, altimeter dan lain-
lain dan perlengkapan kerja. Pembuatan gubuk kerja dan pemacangan papan nama sesuai tempat yang strategis.
4 Penyiapan bibit tanaman.
c Penataan Kembali Areal Tanaman Berpedoman pada rancangan penanaman, dilakukan penyiapan areal
dan penataan batas-batas areal tanaman kembali. Penyiapan areal reboisasi agar bebas dari konflik sehingga penanaman dapat berjalan
lancar antara lain dilakukan:
1 Pengukuran ulang batas-batas lokasi dan pemancangan patok
batas luar blok dan batas petak, jalan pemeriksaan. 2
Penataan lahan penanaman di petak tanam sesuai rancangan pola pertanamannya, baik jenis, jarak tanam dan tata tanamnya.
3 Pembuatan jalan pemeriksaan hutan yang layak memenuhi syarat.
Jalan pemeriksaan harus berhubungan dengan jalan angkutan. 4
Pemasangan ajir dan arah tata letak tanaman sesuai dengan rancangan.
Dari hasil pengukuran ulang ditetapkan luas setiap blok dan petak, dan masing-masing di beri nomor kode blok petak. Luas blok tidak
selalu merupakan luas definitif yang dapat ditanami di dalam blok, karena dimungkinkan terdapat bagian areal yang tidak dapat ditanami.
Luas petak merupakan luas definitif yang dapat ditanami. Batas areal yang tidak bisa ditanami seperti jurang, tepi sungai, dan lain-lain
diberi tanda khusus yang tidak masuk kedalam luas petak.
30 2 Teknik Penanaman
Aspek-aspek dalam teknik penanaman meliputi pola tanam, penanaman, pemeliharaan, perlindungan dan pengamanan hutan.
a Pola Tanam
Pola tanam diatur sesuai rancangan baik komposisi jenis maupun tata tanamnya tata letak dan jarak tanam.
b Penanaman
1 Penanaman menggunakan sistem jalur, dengan lebar jalur + 1
meter. 2
Penyiapan lahan meliputi pembersihan lahan, pemasangan ajir, pembuatan lubang tanaman dan penyiapan pupuk dasar.
3 Distribusi bibit dari persemaian dan atau titik bagi tempat
pengumpulan sementara dilakukan setelah pemasangan ajir dan pembuatan lubang tanam terselesaikan disesuaikan target
luasnya.
4 Tata tanam dan komposisi tanaman sesuai dengan rancangannya.
5 Pemasangan ajir mengikuti arah jalur tanaman. Pemasangan ajir
dilakukan setelah pembersihan lahan atau dilakukan secara bersama-sama, diikuti pembuatan lobang tanaman.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penanaman adalah : 1
Media bibit kompak dan mudah dilepas dari polybag. 2
Kondisi lubang tanaman baik dan tidak tergenang air. 3
Kondisi bibit dalam keadaan sehat dan memenuhi standar kriteria yang telah ditetapkan untuk ditanam.
4 Waktu penanaman harus disesuaikan dengan musim tanam yang
tepat. Cara penanaman adalah sebagai berikut :
1 Polybag dilepas dari media tanaman dengan tidak merusak sistem
perakaran tanaman kemudian polybagnya diletakkan di atas ajir. 2
Bibit dan media diletakkan pada lobang tanaman dengan posisi tegak.
3 Lubang tanaman ditimbun dengan tanah yang telah dicampur
pupuk dasar sampai lebih tinggi dari permukaan tanah 4
Di samping itu perlu juga dibuat piringan tanaman yang bersih dari tonggak dan tanaman pengganggu.
c Pemeliharaan 1
Pemeliharaan Tahun Berjalan Pemelihataan tahun berjalan T-0 dilakukan dengan penyulaman
tanaman yang mati sejumlah 10 .
2 Pemeliharaan Tahun I
Pemeliharaan tahun I meliputi penyiangan, pendangiran, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit serta penyulaman
sebesar 20 . Pemeliharaan tanaman tahun I dapat dilakukan dan dibiayai
dengan dana Pemerintah apabila persentase tumbuh pada tahun I minimal mencapai 70 per petak tanam sesuai hasil penilaian
oleh LPI penanaman.
31 3
Pemeliharaan Tahun I I Pemeliharaan tahun I I meliputi penyiangan, pendangiran,
pemupukan, dan pemberantasan hama dan penyakit.
3 Organisasi Pelaksanaan Agar pelaksanaan di lapangan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan
rencana, maka disusun organisasi pelaksana di lapangan sebagai berikut: a Penanggung jawab pelaksanaan reboisasi hutan lindung dan hutan
produksi adalah Satker pada Dinas Kabupaten Kota. Sedangkan pada hutan konservasi Satkernya adalah BKSDA BTN dan pada
TAHURA Satkernya adalah Dinas Propinsi Kabupaten Kota.
b Kontraktor Pembuatan Tanaman adalah penyedia jasa pembuatan tanaman yang meliputi penyediaan bibit, penanaman dan
pemeliharaan yang bertanggung jawab kepada Satker Pelaksana Pembuatan tanaman.
c Lembaga Penilai I ndependen konsultan penilai adalah lembaga penilai yang ditunjuk oleh Satker Pelaksana untuk melakukan
panilaian bibit dan tanaman sesuai prosedur yang berlaku.
4 Hasil Kegiatan Terwujudnya tanaman reboisasi pada hutan lindung, hutan produksi dan
TAHURA sebanyak 1.100 batang ha sedangkan hutan konservasi dan tanaman pengkayaan sejumlah 400 batang ha sesuai dengan rancangan
yang telah disahkan. Hasil kegiatan setelah pemeliharaan I I , diserahkan kepada Kepala I nstansi
Satker Pelaksana dan selanjutnya diserahterimakan kepada Bupati Walikota Gubernur Dirjen PHKA untuk dipelihara lebih lanjut.
B. PEMBUATAN HUTAN RAKYAT