Pengalaman Mengurus Izin 430f4525 49ad 4be1 9342 2f86669f887b

7 Kumpulan Praktik yang Baik Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP Demikian pula halnya bagi Yusuf Senduk, izin bersifat tidak bisa tidak. Untuk penangkapan ikan, dia harus punya izin kapal, berikut berbagai izin pendukung lainnya. Apalagi dia juga mengekspor ikan hasil tangkapannya. Untuk itu dia harus mendapatkan rekomendasi kelayakan mutu dari Dinas Perikanan. Rekomendasi itu hanya mungkin dia peroleh jika usaha yang dia jalankan punya izin lengkap. Kontraktor seperti Hj. Hasimawati CV Karya Bersama di Palembang juga dalam posisi seperti itu. Kelengkapan izin adalah prasyarat untuk menjadi peserta tender buat mengerjakan proyek pemerintah. Perusahaan kontraktor harus memiliki SIUP, TDP dan Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi SIUJK. Begitu pula dengan Dian Asih Novianty, pengusaha biro perjalanan dan pariwisata “DOM Tour dan Travel”. Bagi perusahaannya izin menjadi syarat pokok untuk dapat menjadi agen dari maskapai penerbangan dan syarat untuk dapat tergabung dalam --menjadi anggota-- The Association of The Indonesia Tours and Travel Agencies ASITA. Izin sebagai syarat pokok yang sifatnya tidak dapat tidak, juga berlaku bagi Hotel Sukarami milik Antonius di Palembang. Untuk keperluan kategorisasi kelas: bintang atau melati hotel harus memiliki izin terlebih dulu dan kemudian mendapat rekomendasi klasifikasi hotel dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia PHRI. PTSP didirikan untuk menjalankan ketentuan undang-undang sebaik-baiknya, memberikan pelayanan perizinan semudah, semurah dan secepat mungkin untuk aneka usaha. Namun dapat dimaklumi, jenis usaha yang dijalankan selalu menentukan sikap dan pandangan pengusaha dalam melihat perlu atau tidaknya izin tersebut. Pedagang seperti Kiang Kioe di Yogyakarta dan Naomi di Bitung, mengurus dan mendapatkan izin lebih banyak didorong oleh antisipasi, buat menghindari kesulitan kalau-kalau ada pemeriksaan. Bagi pengusaha kerajinan dan jasa yang sewaktu-waktu harus berhubungan dengan lembaga keuangan dan mitra kerjasama, izin adalah keperluan yang memungkinkan usahanya berjalan lancar dan berkembang.

2.2. Pengalaman Mengurus Izin

Isa Trianda, pengusaha muda pemilik warung internet “Dazki Net” di Palembang bercerita bahwa saat pertama kali membuka usaha tahun 2008, dia tidak tahu kemana harus mengurus izin. Itulah sebabnya dia menggunakan jasa pegawai pemerintah kota sebagai perantara. Belakangan ketika memperbaharui izin itu Isa mengurusnya sendiri ke Kantor PTSP. Pengurusannya lebih transparan, begitu pengakuan Isa. Biaya yang dia keluarkan jauh lebih rendah dibandingkan dengan biaya ketika dia memakai jasa perantara. Untuk SIUP Rp 150 ribu, sedangkan untuk SITU sekitar Rp 250 ribu. Pengusaha lain yang juga mendapatkan pelayanan di Kantor PTSP Kota Palembang adalah Hj. Hasimawati. Murahnya biaya pegurusan izin diakui oleh pengusaha kontraktor ini. Biaya itu, katanya, sesuai dengan yang diinformasikan Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu KPPT maupun yang dipublikasikan oleh media massa. SIUP dan TDP saat ini di KPPT, katanya, gratis tanpa dikenai biaya retribusi. “Dulu sebelum ada PTSP,” kata Hasimawati, “selain pengurusan dilakukan di instansi yang berbeda-beda, biaya yang ditetapkan tidak jelas dan lebih mahal.” Dia mengatakan, dulu untuk mendapatkan SITU, SIUP dan TDP dibutuhkan biaya sampai Rp 1,5 juta. “Waktu itu petugas yang melayani bertindak sebagai calo,” katanya. 8 Kumpulan Praktik yang Baik Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP Lebih cepat selesainya urusan perizinan di KPPT dan adanya kepastian tentang waktu, juga diakui oleh Isa. Ketika izin usahanya diuruskan perantara pada tahun 2008, diperlukan waktu sampai tiga minggu. Keadaannya sangat berbeda dengan pengalaman dia mengurus sendiri izin itu di KPPT. SITU dan SIUP dia peroleh hanya dalam waktu tujuh hari. Pengalaman Hj. Hasimawati pun seperti itu. Dulu, katanya, urusan belum tentu selesai dalam dua bulan. Di KPPT dia menemukan kenyataan bahwa pengurusan izin itu tidak bertele-tele dan lebih cepat. Antonius Jimmy, pemilik Hotel Sukarami di Palembang juga mengakui bahwa di KPPT urusaan berjalan cepat. Demikian pula pengakuan, Dian Asih Novianty. “Lima hari selesai,” katanya. Itu berbeda sekali dengan yang dulu dia alami saat mengurus SITU, SIUP dan TDP dengan menggunakan jasa perantara yang memakan waktu sampai satu bulan. Efisiensi waktu karena datang hanya ke satu tempat sama-sama dirasakan, baik oleh Isa, Antonius, Tutuk Mosrili pengusaha Nadisa Salon dan Catering, Dian dan juga Ryan pemilik toko alat-alat listrik “Sinar Cemerlang” di Palembang. Pelayanan yang diberikan di KPPT juga diakui lebih nyaman, baik dalam hal perilaku pegawainya, maupun dalam hal ketersediaan fasilitas. “Ramah,” kata Isa tentang pelayanan itu. Dia tambahkan, “Ruangannya juga nyaman dan terbuka.” Hj. Hasimawati menilai pegawai di KPPT cukup responsif dan bekerja cepat. Dia menyatakan, di situ dia melihat adanya sikap melayani. Pengalaman masa lampau yang kurang menyenangkan, biasanya tidak mudah hilang dari ingatan publik. Karena itulah upaya mengurus dan mendapatkan izin dalam bayangan Yulia pada mulanya akan menjadi urusan yang sulit. Tapi teman-teman dan tetangganya yang juga berbisnis, menyarankan agar dia mengurus izin tersebut. Dari teman-temannya itu pula dia mendapat informasi bahwa pelayanan di lembaga PTSP tidak lagi seperti pelayanan yang dulu. Urusannya lebih cepat, tanpa perlu membayar ini dan itu. Maka Yulia pun mengurus sendiri izin yang dia perlukan. “Saya hanya datang dua kali saat mengurus Izin HO,” kata Yulia. Kedatangan pertama untuk menyerahkan berkas yang diperlukan. Beberapa hari kemudian, petugas dinas datang ke rumahnya untuk meninjau. “Tidak ada pungutan liar,” katanya. Setelah itu dia menerima surat pemberitahuan yang dikirim ke rumah bahwa Izin HO yang dia perlukan telah terbit. “Saya ambil dan bayar. Pengurusan izin TDP juga tidak lama dan tanpa biaya,” kata Yulia. Kini setelah punya Izin HO dan TDP, Yulia berencana mengurus sendiri SIUP. Dia berkata, “Pelayanan di kantor PTSP lebih bagus dari yang lain. Cepat. Kantornya juga nyaman. Antrean teratur.” Kiang Kioe pun mengakui bahwa kini pelayanan perizinan sangat berbeda dibandingkan dengan sepuluh tahun yang lalu. Dia bercerita bahwa dulu dia mengalami sendiri banyaknya pos yang harus didatangi dan “dititipi” uang. Pengusaha toko batik ini mengatakan, sekarang biaya lebih murah, tanpa calo dan prosedurnya pun pendek. “Dulu saya harus membayar RT, RW, kelurahan, kecamatan dan lain-lain hanya untuk perpanjangan Izin HO,” kata Kiang. Sekarang dia hanya mengeluarkan uang untuk RW sebesar Rp 100 ribu. Uang itu pun sebetulnya sumbangan atas kesepakatan warga untuk membantu kas RW. 9 Kumpulan Praktik yang Baik Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP Karena tahu pelayanan perizinan sudah lebih mudah, Kiang mengurus sendiri izin yang dia perlukan. Di PTSP, katanya, tidak ada lagi suap. “Petugasnya cukup jujur,” kata Kiang, “Mungkin karena saya pernah merasakan pelayanan perizinan yang sangat buruk, rasanya pelayanan saat ini telah sangat berbeda. Belum sempurna memang, tapi jauh lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.” Perihal pengurusan yang lebih cepat dan tepat waktu, juga diakui Sidik Arwadi. “Biaya juga jelas. Dulu, biayanya lebih besar karena harus memberi uang ke banyak pihak agar izin cepat selesai. Sekarang sudah bagus,” kata pengusaha bahan batik dan kimia ini. Sidik bercerita, perpanjangan Izin HO yang dia urus berjalan cepat. Petugas tidak minta uang pelicin. Hanya untuk IMB dia merasakan agak lama karena petugas harus datang untuk mengukur tanah dan bangunan. “Sepertinya petugas perizinan sekarang takut meminta uang. Mereka juga menolak kalau dikasih. Saat petugas IMB datang ke rumah saya untuk meninjau, saya menawarkan sedikit uang sebagai bentuk terima kasih, tapi ditolak,” kata Sidik. Pengakuan yang terdengar di Palembang dan Yogyakarta, juga terdengar di Lamongan. Dody, pemilik usaha RD Natural Exclusive Product barang kerajinan dari enceng gondok, berkata, “Saya sendiri yang mengurus izin usaha saya.” Sama dengan Yulia, dulu dia berpikir bahwa mengurus izin itu sulit. Ternyata, kalau syaratnya lengkap, kata Dody, semuanya mudah. “Menurut pengalaman saya selama saya mengurus sendiri izin usaha, tidak ada calo.” Pada tahun 2004 pengurusan izin usaha yang dia lakukan semuanya gratis. Sampai sekarang gratis, kecuali IMB. Orang yang menggambar denah bangunan harus dibayar,” kata Dody. Ratih, pengusaha barang kerajinan, pemilik Gandhis Craft di Lamongan, mengaku bahwa dia dan suaminya langsung mengurus izin usahanya. “Jika semua syarat usaha lengkap pasti dilayani dan tepat waktu,” katanya. Hal yang terpokok dalam mengurus izin usaha adalah lengkapnya data dan berkas yang diperlukan. “Persyaratan saya lengkap. Saya hanya diminta membayar sesuai dengan ketentuan, di bank yang ada di sana. Kemudian saya diminta menunggu. Pelayanannya sudah lumayan bagus dan lebih cepat,” kata Guntur Anapu menceritakan pengalaman di PTSP Bitung. Pengusaha percetakan Anwardin A. Mamonto menilai, “Lebih enak dengan adanya PTSP, karena cukup di satu tempat. Biayanya juga tidak terlalu mahal, hanya sekitar Rp 500 ribu untuk mengurus tiga izin. Waktunya pun lebih cepat. Ketika saya mengurus izin yang terakhir itu, waktunya hanya dua hari. Sebenarnya kalau saya mau menunggu, satu hari pun sudah jadi.” Waktu yang diperlukan menjadi dua hari karena Anwardin baru mengambil izin itu keesokan harinya. “Kesan saya,” katanya, “dengan adanya PTSP, pelayanannya lebih baik. Biaya tertera di papan informasi dengan jelas. Transparan. Petugasnya juga ramah,” kata Anwardin. 10 Kumpulan Praktik yang Baik Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP Pada tahun 2009 Alfianus Tatambihe, pengusaha barang kerajinan dari Bitung, mengurus sendiri izin yang dia perlukan ke PTSP dan Pemberdayaan Masyarakat Desa PMD. Ada empat izin sekaligus yang dia urus yaitu HO, SIUP, TDP dan SITU. Untuk itu, menurut pengakuan Alfianus, dia tidak mengeluarkan biaya sepeser pun. Waktunya juga jauh lebih cepat. “Hanya menunggu beberapa saat, izin-izin itu sudah bisa langsung diambil,” katanya. Mudah dan cepat, kesan itu pula yang dirasakan Yusuf Senduk. Pengusaha perikanan dari Bitung ini berkata, “Pengurusan izin saat ini jauh lebih mudah dari yang dulu.” Saat ini misalnya, dia mengurus Izin HO, SIUP, SITU, TDP dan juga Fiskal. Dia hanya harus datang ke satu tempat, PTSPPMD. Kalau semua syarat sudah lengkap, katanya, prosesnya cepat. “Tidak sampai satu jam, izin sudah selesai dan bisa langsung saya ambil,” kata Yusuf. Biaya yang jauh lebih murah dan transparan, juga diakui oleh Yusuf. Apakah kemudahan dalam pengurusan itu sudah diketahui dan dimanfaatkan oleh siapa saja yang harus mengurus perizinan? Sayangnya, seperti yang dituturkan Kepala Dinas PSPT Yogyakarta, Heri Karyawan, masih tetap ada pemohon yang mempergunakan dan membayar jasa calo dalam mengurus izin dengan memberikan surat kuasa. “Mungkin karena si pemohon sibuk,” kata Heri. Dia tidak dapat menolak calo yang datang menguruskan izin orang lain, karena dalam ketentuan memang dibuka kemungkinan bagi pengurusan yang mempergunakan jasa orang lain.

2.3. Manfaat Memiliki Izin