Pemanfaatan TIK untuk Kemudahan dan Kecepatan Pelayanan

54 Kumpulan Praktik yang Baik Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP Pada titik ini, fokus pencarian umpan balik dari masyarakat bukan lagi nilai atau skor hasil survei, tetapi bagaimana mendapatkan informasi sebagai bahan koreksi. PTSP pun sampai batas tertentu menjadi milik bersama pemerintah dan masyarakat.

3.2.8. Pemanfaatan TIK untuk Kemudahan dan Kecepatan Pelayanan

Beberapa PTSP telah melangkah cukup jauh dalam penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi TIK guna meningkatkan kemudahan dan kecepatan pelayanan perizinan. Sejumlah produk TIK perizinan diluncurkan dan dapat digunakan oleh publik. PTSP Kubu Raya, misalnya, menerapkan sistem pelayanan terpadu Simyandu, yaitu sistem pengurusan dan penerbitan izin terkomputerisasi yang dapat diakses dengan internet dan telepon seluler. Sistem ini juga telah dipakai oleh beberapa PTSP di wilayah Kalbar dan sekitarnya. Contoh lain adalah PTSP Barru dengan situs web dan SMS gateway. Secara internal, PTSP Barru juga telah menerapkan sistem komputerisasi pelayanan perizinan. Terlepas dari persoalan akses, khususnya pada penggunaan TIK berbasis internet, sejumlah PTSP mengaku telah merasakan manfaat yang besar dari TIK. Bagi masyarakat, pemanfaatan TIK memungkinkan adanya transparansi pengurusan izin, di mana masyarakat praktis hanya perlu dua kali mendatangi kantor PTSP, yakni pertama untuk menyerahkan berkas dan kedua mengambil izin, dengan interaksi minim dengan staf PTSP. Pemohon dapat memantau hasil permohonannya lewat situs web atau SMS yang terkomputerisasi. Masyarakat juga dapat bertanya dan menerima jawaban secara elektronik. 55 Kumpulan Praktik yang Baik Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP Sementara itu, bagi PTSP sendiri, pemanfaatan TIK meningkatkan efisiensi waktu dan tenaga. Staf dapat bekerja lebih cepat. Pimpinan PTSP bisa memantau proses kerja sehari-hari lewat layar komputer di meja kerja atau bila sedang bepergian melalui telepon seluler atau laptop selama ada akses internet. Pimpinan PTSP bahkan dapat memberikan persetujuan izin secara online. “Kami biasa memantau berkas dari luar kantor,” kata seorang pengelola PTSP. Baik PTSP Kubu Raya maupun Barru mengembangkan sistem dengan TIK tersebut bersama konsultan pendamping. Kubu Raya pada awalnya dibantu oleh PTSP Sragen, sedangkan Barru didukung program Kinerja. Dalam perkembangannya, dua PTSP tersebut mengupayakan sendiri pengembangannya setelah merasakan manfaatnya. PTSP merekrut staf dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman di bidang TIK. Di Kubu Raya, jumlah staf TIK merupakan salah satu yang terbanyak sekaligus paling kuat karena besarnya dukungan manajemen PTSP. Selain pekerjaan sehari-hari di kantor PTSP Kubu Raya, tim TIK belakangan ini juga bepergian ke sejumlah daerah untuk membantu pengembangan sistem yang sama. Dengan adanya sistem tersebut, PTSP mencoba mensosialisasikan penggunaannya kepada masyarakat. Sosialisasi dilakukan melalui pengumuman di kantor PTSP dan tempat lain yang dianggap strategis. Masyarakat didorong untuk mengakses layanan tersebut setiap kali membutuhkan informasi mengenai pelayanan perizinan. Pengelola PTSP yang menerapkan sistem berbasis TIK mengaku pada mulanya tidak mudah untuk meyakinkan pemerintah daerah agar mau menginvestasikan sejumlah besar uang untuk pengembangan sistem ini. Jangankan membangun sistem, ada PTSP yang mengalami kesulitan saat mengajukan anggaran penambahan peralatan komputer untuk kerja. Saat itu, PTSP bersangkutan memang relatif baru sehingga kinerjanya belum kelihatan. Namun, alasan sebaliknya juga dapat disampaikan: bila tidak didukung dengan fasilitas minimal yang diperlukan, bagaimana kinerja dapat diharapkan baik? Meski demikian, pengadaan sistem TIK tidak diperlakukan sebagai cek kosong. Kepala PTSP Kubu Raya Maria Agustina mengatakan, “Setelah memberi fasilitas kepada staf, saya tuntut staf untuk menunjukkan kinerja. Saya kontrol.” Pemanfaatan TIK di Kubu Raya juga meliputi pemasangan kamera CCTV di sudut-sudut kantor, termasuk di ruang pimpinan PTSP. Menurut Maria, CCTV dipakai untuk memantau proses pengurusan izin sehari-hari dan mencegah kemungkinan ada oknum yang nakal, entah dari pihak PTSP dengan meminta pungli maupun dari pemohon yang memberikan pungli. Maria mengatakan pihaknya juga memantau aktivitas calo perizinan. PTSP Kubu Raya tidak melarang praktik calo dengan alasan ada kemungkinan pemohon memang tidak sempat datang sendiri mengurus izinnya. Namun, PTSP Kubu Raya membatasi satu calo mengurus maksimal satu izin per hari. Calo juga harus merupakan perusahaan resmi dengan status minimal CV. Calo yang memalsukan data atau bertindak curang akan diperingatkan bahkan dimasukkan daftar hitam. “Kami sudah pernah black list calo,” tutur Maria. 56 Kumpulan Praktik yang Baik Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP PTSP yang mendampingi PTSP lain untuk mengembangkan sistem TIK beralasan bahwa mereka rata-rata pada awalnya juga dibantu oleh pihak lain. “Kami dulu mencontoh dan dibantu PTSP Sragen. Mereka membuka diri berbagi ilmu, kenapa kami dengan daerah sendiri tidak?” demikian seorang pengelola PTSP menjelaskan. Bantuan diberikan baik kepada PTSP yang menjalin MoU maupun yang hanya meminta langsung secara lisan. Tidak ada biaya yang dikenakan atas jasa pendampingan tersebut. PTSP pengundang biasanya hanya menanggung biaya perjalanan dan uang saku sesuai ketentuan tunjangan pegawai negeri sipil. Pemanfaatan TIK disadari hanya mungkin berhasil dan berkelanjutan jika PTSP melihat ini sebagai lebih dari sekadar teknologi itu sendiri. Teknologi mengikuti manusia, bukan sebaliknya. Maka, sistem seperti apa yang dikembangkan hendaknya disesuaikan dengan konteks dan kapasitas PTSP bersangkutan serta masyarakat yang dilayani. Tidak ada gunanya PTSP memakai sistem yang canggih dengan peralatan komputer terkini apabila manusianya tidak siap. Pemanfaatan TIK dalam perspektif ini merupakan sebuah budaya atau kultur, yakni cara kerja baru yang dipilih karena dengan begitulah pelayanan kepada masyarakat dapat dilakukan dengan lebih baik. Fasilitas TIK mudah saja diadakan sepanjang tersedia anggaran. Kerapkali yang terjadi adalah orang terpukau kepada aspek teknologinya sembari melupakan bahwa informasi dan komunikasi untuk mencapai tujuan akhir dari TIK tersebut yang seharusnya menjadi perhatian. Akhirnya orang menjadi budak dari teknologi sambil gagap memaknai TIK sebagai alat bantu bagi kerja-kerja manusia dan kemanusiaan. 57 Kumpulan Praktik yang Baik Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP BAB 4: BEBERAPA CATATAN

4.1. Pungli dan Mutasi