Motivasi Mengurus Izin 430f4525 49ad 4be1 9342 2f86669f887b

5 Kumpulan Praktik yang Baik Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP BAB 2: PTSP DI MATA PENGUSAHA KECIL-MENENGAH

2.1. Motivasi Mengurus Izin

Ada berbagai faktor pendorong yang membuat pengusaha merasa perlu mengurus dan mendapatkan izin usaha. Ada pengusaha yang melihat izin sebagai keharusan belaka, karena diwajibkan oleh negara dan tidak ingin mendapat kesulitan manakala di suatu saat ada pemeriksaan oleh aparat pemerintah. Penelitian ini juga menemukan adanya kesadaran pengusaha bahwa jika hendak mengembangkan usaha, izin adalah syarat yang harus dipenuhi. Berbagai urusan yang harus ditempuh ketika hendak mengembangkan usaha mengharuskan adanya izin tersebut, baik untuk keperluan permohonan pinjaman dana dari bank, maupun untuk mendapatkan dan mengembangkan pasar. Mematuhi Peraturan, Agar “Aman” Kiang Kioe, pemilik toko batik “Teratai Indah” di Yogyakarta adalah pengusaha yang sejak pertama kali berbisnis, melengkapi semua izin yang diperlukan. Kiang mengaku bahwa dia mengurus izin itu karena peraturan menggariskan demikian. “Setiap usaha harus memiliki izin lengkap. Karena aturannya begitu, kami turuti,” katanya. Sebetulnya, seperti yang dia akui, bagi Kiang Kioe kalau bisa, usaha apa pun tidak perlu pakai izin. Juga dari Yogyakarta, Sidik Arwadi mengemukakan pendapat yang sama dengan Kiang. Pengusaha bahan batik dan kimia ini berkata, “Sudah jadi kewajiban.” Dia sadari bahwa untuk menjalankan usaha harus ada Izin Mendirikan Bangunan IMB, Surat Izin Usaha Perdagangan SIUP dan juga Surat Izin Tempat Usaha SITU berdasarkan Undang-undang Gangguan atau Hinderordonnantie HO. Berbeda dengan Kiang dan Arwadi, Guntur Anapu, pedagang kelontong di Bitung, Sulawesi Utara berpendapat bahwa setiap usaha selayaknya punya izin. Menurut Guntur, dalam dunia usaha harus ada kejelasan, resmi dan dapat dipertanggungjawabkan. Karena itulah dia mengurus izin usahanya. Mengurus dan mendapatkan izin untuk mematuhi peraturan itu tampaknya juga dilakukan sebagai antisipasi, buat menghindari masalah ketika ada pemeriksaan. Pernyataan Kiang Kioe mengisyaratkan itu. “Usaha kami berlokasi di jalan utama. Takutnya didatangi petugas dan bermasalah,” kata Kiang. Sidik juga hendak menghindari kesulitan yang boleh jadi timbul kalau usahanya tanpa izin. “Saya tidak khawatir sih, tapi memang lebih baik memiliki izin, daripada bermasalah di kemudian hari,” kata Sidik. 6 Kumpulan Praktik yang Baik Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP Yulia Mustika Anissawati, pengusaha souvenir, juga dari Yogyakarta, sebetulnya juga berpikir seperti Kiang dan Sidik. Dia menyadari bahwa adanya izin membuat dia merasa aman. Apalagi para pekerjanya kadang-kadang berisik atau melembur sampai tengah malam. Kalau tidak ada Izin Gangguan, Yulia takut akan ada apa-apa. Rasa aman itu pula yang diperoleh pengusaha perikanan di Bitung, Yusuf Senduk. Dia berkata, “Saya merasa aman berusaha karena legalitasnya jelas.” Bahkan pengusaha warung makan, seperti Naomi Mundung di Bitung melihat izin sebagai sekadar pemberi rasa aman, untuk mencegah timbulnya masalah. “Jika sewaktu-waktu ada yang bertanya,” katanya, “kita siap. Warga negara yang baik, sebaiknya mengikuti aturan yang ada.” Demi Pengembangan Usaha: Kredit dari Bank dan Akses Pasar Selain untuk mendapatkan rasa aman, Yulia juga mempunyai tujuan berikutnya yang membuat dia mengurus dan punya izin usaha. “Izin yang lengkap dapat saya pakai untuk mengembangkan usaha suatu saat nanti,” katanya, “Kalau izin lengkap, semuanya jelas. Jika saya ingin usaha ini berkembang, saya harus menunjukkan bahwa ini adalah bisnis yang serius.” Izin usaha memang berarti penting bagi pengembangan usaha. Peluang mendapatkan pinjaman dana dari bank akan lebih terbuka jika izin ada di tangan. Yusuf Senduk berpendapat demikian. Itu pulalah antara lain yang membuat dia merasa perlu punya izin usaha. “Kalau mau tambah modal dengan pinjaman dari bank, salah satu syaratnya adalah lengkapnya izin usaha,” katanya. Pendapat seperti itu pula yang terdengar dari Guntur Anapu. Selain untuk kejelasan dalam berusaha, Guntur mengurus izin itu karena sadar bahwa izin itu akan berguna jika dia mengajukan permintaan pinjaman ke bank. Dia ingin agar usahanya terdaftar di dinas pemerintahan, terutama di Dinas Koperasi. “Apabila dari pemerintah ada penyaluran kredit mikro bagi usaha menengah, kecil dan mikro, kita punya peluang untuk mendapatkannya,” kata Guntur. Izin juga disadari sebagai syarat untuk membuka dan mengembangkan pasar. Alfianus Tatambihe, pengusaha barang kerajinan di Bitung menyadari izin sebagai jalan untuk membuka pasar. Produk kerajinannya sering diikut- sertakan dalam berbagai pameran di dalam dan di luar negeri, mewakili Kota Bitung. Juga demikian dengan pengelola homestay “Family” di Yogyakarta, Renato Asteroida. “Izin berguna untuk mempermudah urusan jika suatu saat nanti ingin memperluas hotel,” kata Renato. Tetapi untuk beberapa jenis usaha tertentu, izin tidak bisa tidak harus ada bermakna sangat pokok untuk menjalankan usaha, mendapatkan dan memperluas pasar. Usaha percetakan adalah salah satu contohnya. Anwardin A. Mamonto, pengusaha percetakan di Bitung mengurus dan mendapatkan izin karena izin itulah yang memungkinkan usahanya berjalan dan berkembang. “Kalau saya tidak punya izin, usaha saya tidak bisa jalan,” katanya. Bisnis percetakan yang dia jalankan membuat dia kerap berhubungan dengan berbagai instansi pemerintah dan swasta untuk mendapatkan order cetak. Order hanya mungkin didapat jika dia punya izin usaha, Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP dan rekening di bank. Karena itulah bagi Anwardin izin bersifat tidak bisa tidak dan karena itu pula dia mengurusnya. 7 Kumpulan Praktik yang Baik Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP Demikian pula halnya bagi Yusuf Senduk, izin bersifat tidak bisa tidak. Untuk penangkapan ikan, dia harus punya izin kapal, berikut berbagai izin pendukung lainnya. Apalagi dia juga mengekspor ikan hasil tangkapannya. Untuk itu dia harus mendapatkan rekomendasi kelayakan mutu dari Dinas Perikanan. Rekomendasi itu hanya mungkin dia peroleh jika usaha yang dia jalankan punya izin lengkap. Kontraktor seperti Hj. Hasimawati CV Karya Bersama di Palembang juga dalam posisi seperti itu. Kelengkapan izin adalah prasyarat untuk menjadi peserta tender buat mengerjakan proyek pemerintah. Perusahaan kontraktor harus memiliki SIUP, TDP dan Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi SIUJK. Begitu pula dengan Dian Asih Novianty, pengusaha biro perjalanan dan pariwisata “DOM Tour dan Travel”. Bagi perusahaannya izin menjadi syarat pokok untuk dapat menjadi agen dari maskapai penerbangan dan syarat untuk dapat tergabung dalam --menjadi anggota-- The Association of The Indonesia Tours and Travel Agencies ASITA. Izin sebagai syarat pokok yang sifatnya tidak dapat tidak, juga berlaku bagi Hotel Sukarami milik Antonius di Palembang. Untuk keperluan kategorisasi kelas: bintang atau melati hotel harus memiliki izin terlebih dulu dan kemudian mendapat rekomendasi klasifikasi hotel dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia PHRI. PTSP didirikan untuk menjalankan ketentuan undang-undang sebaik-baiknya, memberikan pelayanan perizinan semudah, semurah dan secepat mungkin untuk aneka usaha. Namun dapat dimaklumi, jenis usaha yang dijalankan selalu menentukan sikap dan pandangan pengusaha dalam melihat perlu atau tidaknya izin tersebut. Pedagang seperti Kiang Kioe di Yogyakarta dan Naomi di Bitung, mengurus dan mendapatkan izin lebih banyak didorong oleh antisipasi, buat menghindari kesulitan kalau-kalau ada pemeriksaan. Bagi pengusaha kerajinan dan jasa yang sewaktu-waktu harus berhubungan dengan lembaga keuangan dan mitra kerjasama, izin adalah keperluan yang memungkinkan usahanya berjalan lancar dan berkembang.

2.2. Pengalaman Mengurus Izin