Komunitas Adat Terpencil Hubungan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Dengan Pemenuhan Hak Pendidikan Anak Di Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir

19 Ada dua pendekatan dalam mendefenisikan kebijakan sosial sebagai sebuah kebijakan publik yaitu pendekatan pertama mendefenisikan kebijakan sosial sebagai seperangkat kebijakan negara yang dikembangkan untuk mengatasi masalah sosial melalui pemberian pelayanan sosial, dan jaminan sosial. Pendekatan kedua mendefenisikan kebijakan sosial sebagai disiplin studi yang mempelajari kebijakan-kebijakan kesejateraan, perumusan dan konsekuensinya. Meskipun kedua pendekatan ini memiliki orientasi yang berbeda baik sebagai ketetapan pemerintah maupun sebagai bidang studi keduanya memiliki atau menekankan bahwa kebijakan sosial adalah salah satu kebijakan publik yang menyangkut pembangunan kesejahteraan sosial Spicker, Bregman dan Davis dalam Suharto, 2007:11-12

2.4 Komunitas Adat Terpencil

Komunitas adat terpencil merupakan salah satu dari 26 penyandang masalah kesejahteraan sosial yang memerlukan perhatian dan bantuan khusus oleh negara. Berbicara mengenai komunitas adat terpencil maka terdapat banyak persepsi dan pandangan mengenai defenisi komunitas adat terpencil. Berawal pada pada tahun 1973 dikenal dengan sebutan suku terasing kemudian pada tahun 1994 dikenal sebagai masyarakat terasing sampai pada tahun 1999 menjadi Komunitas Adat Terpencil dengan perubahan pola karakteristiknya. Terdapat perbedaan sosial budaya Komunitas Adat Terpencil dengan sosial budaya masyarakat Indonesia pada umumnya. Perbedaan tersebut menempatkan Komunitas Adat Terpencil sebagai komunitas yang menjalani kehidupan secara tradisional sedangkan masyarakat indonesia pada umumnya menjalani kehidupan secara modern. 20 Komunitas Adat Terpencil merupakan kelompok sosial budaya yang bersifat lokal dan terpencar serta kurang atau belum terlibat dalam jaringan dan pelayanan baik sosial,ekonomi maupun politik dengan tujuh kriteria,antara lain berbentuk komunitas relatif kecil, tertutup, dan homogen. Pada umumnya terpencil secara geografis dan secara sosial budaya tertinggal dengan masyarakat yang lebih luas dan masih hidup dengan sistem ekonomi subsistem. Departemen Sosial RI,2003 Kondisi faktual di Indonesia saat ini, menunjukkan bahwa suatu entitas dapat disebut sebagai warga komunitas adat terpencil apabila memiliki karakteristik dan kategori sebagai berikut: 1. Karakteristik Menunjukkan adanya ciri-ciri tertentu yang bersifat khas khusus, yang membedakannya dengan entitas lain. Walaupun perbedaan kuantitas dan kualitasnya hanya sedikit, namun tetap terukur sehingga secara kasat mata hampir tidak diketahui perbedaannya dengan entitas disekitarnya. Oleh karena itu karakteristik bukanlah ukuran yang bersifat statis melainkan haruslah ditinjau sebagai entitas yang bersifat dinamis. Atas dasar itu, maka keberadaan Komunitas Adat Terpencil tercermin dari karakteristik sebagai berikut sesuai dengan Kepres RI nomor 111 Tahun 1999 tentang Pembinaan Kesejahteraan Sosial Komunitas Adat Terpencil: a. Berbentuk komunitas kecil, tertutup, dan homogen. Komunitas Adat Terpencil umumnya hidup dalam kelompok kecil dengan tingkat komunikasi yang 21 terbatas dengan pihak luar. Disamping itu kelompok komunitas ada terpencil hidup dalam satu kesatuan suku yang sama dan bersifat tertutup. b. Pranata sosial bertumpu pada hubungan kekerabatan. Pranata sosial yang ada dan berkembang dalam Komunitas Adat Terpencil pada umumnya bertumpu pada hubungan kekerabatn dimana kegiatan mereka sehari-hari masih didasarkan pada hubungan ikatan tali darah dan perkawinan. Pranata sosial yang ada tersebut meliputi antara lain pranata ekonomi, pranata kesehatan, pranata hukum, pranata agama, pranata kepercayaan, pranata politik, pranata pendidikan, pranata ilmu pengetahuan, pranata ruang waktu, pranata hubungan sosial, pranata kekerabatan, pranata sistem organisasi sosial. c. Terpencil secara geografis dan relatif sulit dijangkau. Secara geografis Komunitas Adat Terpencil umumnya berada di daerah pedalaman, hutan, pegunngan, perbukitan, laut, rawa, daerah pantai, yang sulit dijangkau. Kesulitan ini diperkuat oleh terbatasnya sarana dan prasarana transportasi, baik ke ataupun dari kantong Komunitas Adat Terpencil. Kondisi ini mempengaruhi dan menghambat upaya pemerintah dan pihak luar dalam memberikan pelayanan pembangunan secara efektif dan terpadu. d. Masih hidup dengan sistem ekonomi subsistem. Aktivitas kegiatan ekonomi warga Komunitas Adat Terpencil sehari-hari hanya sebatas memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri kebutuhan sehari-hari. e. Peralaan dan teknologinya sederhana. Dalam upaya memanfaatkan dan mengolah sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari baik dalam kegiatan pertanian, berburu maupun kegiatan lainnya. Komunitas Adat 22 Terpencil masih menggunakan peralatan yang sederhana yang diwariskan secara turun temurun. f. Ketergantungan kepada sumber daya alam dan lingkungan relatif tinggi. Kehidupan Komunitas Adat Terpencil sangat menggantungkan kehidupan kesehariannya baik itu fisik, mental dan spiritual pada lingkungan alam seperti umumnya aktivitas keseharian warga berorientasi pada kondisi alam atau berbagai kejadian dan gejala alam. g. Terbatasnya akses pelayanan sosial,ekonomi dan politik. Sebagai konsekuensi logis dari keterpencilan, akses berbagai pelayanan sosial ekonomi dan politik yang tersedia dilokasi atau disekitar lokasi tidak ada atau sangat terbatas sehingga meyebabkan sulitnya warga Komunitas Adat Terpencil untuk memperolehnya dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya. 2. Kategori Komunitas Adat Terpencil Terdapat tiga kategori Komunitas Adat Terpencil yang digunakan untuk menetapkan status ketertinggalan suatu daerah dalam kontinum peradaban masa kini, yaitu: a. Kategori I Warga Komunitas Adat Terpencil ini pada umumnya hidup dengan cara berburu dan meramu dari berbagai potensi sumber daya alam setempat. Warga Komunitas Adat Terpencil ini biasanya masih hidup dalam kondisi yang sangat sederhana, belum mengenal teknologi, menggunakan alat kerja yang terbatas di lingkungan mereka yang diperoleh secara turun-temurun, hidp masih berpencar 23 dan berpindah dalam jumlah yang masih sangat kecil, beum ada kontak interaksi dengan dunia luar dari komunitas mereka, komunitas yang hanya dapat diketahui oleh kelompoketnis mereka sendiri. Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil pada kategori I ini dilaksanakan selama 3 tiga tahun berurut-turut. b. Kategori II Warga Komunitas Adat Terpencil ini pada umumnya hidup dengan cara peladang berpindah yang menjadi wilayah orbitasinya dalam mempertahankan hidup. Mereka masih menggunakan teknologi sangat sederhana yang didapat dari luar komunitas mereka. Hidup masih berpencar dan berpindah dalam jumlah kecil pada orbitasi tertentu. Namun mereka sudah mengadakan interaksi atau kontak dengan dunia luar dan mulai mengeal sistem bercocok tanam. Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil pada kategori II ini dilaksanakan selama 2 tahun berturut-turut. c. Kategori III Warga Komunitas Adat Terpencil ini pada umumnya hidup dengan cara bertani dan atau berkebun. Mereka sudah hidup menetap di tempat tertentu dan untuk kehidupan keseharian sudah ada kontakinteraksi dengan warga lainnya diluar komunitas mereka, berkelompok dalam jumlah lebih besar, sudah mengenal teknologi sederhana yang diperoleh dari luar komunitas mereka, sudah ada interaksi dengan komunitas dari luar komunitas mereka, sudah ada interaksi dengan komunitas yang ada di luar komunitas mereka, mulai mengenal sistem bercocok tanam dengan bibit yang didapat dicari sendiri dari lingkungan serta mulai melemahnya peran tokoh adat dalam kehidupan kemasyarakatan. 24 Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil pada kategori III dilaksanakan selama 1 tahun Kementerian Sosial, 2012 Permasalahan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Permasalahan Internal: a. Kesenjangan sistem sosial budaya dengan masyarakat pada umumnya. b. Ketertinggalan dalam sistem sosial, teknologi dan ideologi. c. Pemenuh kebutuhan dasar basic human needs seperti sandang, pangan, perumahan, kesehatan, pendidikan, agama, pekerjaan, rasa aman masih jauh dari memadai. d. Belum atau sangat sedikit menerima pelayanan pembangunan sehingga kebijaksanaan pemetaan pembangunan belum dapat menjangkau mereka. e. Pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya alam serta manusia dalam kegiatan produksi belum efesienoptimal. f. Belum sepenuhnya terjadi integrasi sosial ke dalam sistem kemasyarakatan sekitarnya. g. Dapat mengurangi citra keberhasilan pembangunan karena masih adanya kesenjangan yang begitu besar. Permasalahan Eksternal a. Kurang akuratnya data tentang Komunitas Adat Terpencil dengan berbagai latar belakang sosial budayanya. b. Terbatasnya pengetahuan dan pemahaman tentang nilai-nilai sosial budaya dan aspirasi KAT yang menjadi sasaran program 25 c. Belum mantapnya keterpaduan pemberdayaan KAT dengan instansi sektoral melalui Forum Koordinasi atau Kelompok Kerja baik di tingkat pusat maupun daerah. d. Jumlah dan kualitas Pendamping Sosial belum seimbang dengan jumlah populasi dan kebutuhan pendamping di lokasi KAT. e. Rendahnya pertisipasi dan kualifikasi tenaga lapangan Pendamping Sosial, Orsos dan Lembaga Swadaya Masyarakat dirasakan masih belum profesional dan efektif. f. Pengembangan program melalui rekayasa sosial budaya KAT yang masih sangat memerlukan pendekatan khusus. g. Dana yang dialokasikan untuk pemberdayaan potensi dan sumber kesejahteraan sosial KAT relatif kecil dan tidak seimbang dengan bobot permasalahan. h. Belum efektifnya tindak lanjut pemberdayaan KAT yang telah dialihkan kepada Pemda setempat sehingga hasil guna yang diharapkan sebelumnya belum dapat dimaksimalkan. 2.5 Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil 2.5.1 Pengertian Program

Dokumen yang terkait

Optimalisasi Peran Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam Pelaksanaan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Di Kabupaten Toba Samosir

3 124 142

Evaluasi Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil di Desa Sionom Hudon Selatan Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan

5 86 130

Prospek Pengembangan Peternakan Babi Di Kabupaten Toba Samosir (Studi Kasus: Kecamatan Porsea dan Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir)

0 42 97

Penanggulangan Kemiskinan Melalui Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

0 4 10

I. Petunjuk pengisian - Hubungan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Dengan Pemenuhan Hak Pendidikan Anak Di Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan - Hubungan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Dengan Pemenuhan Hak Pendidikan Anak Di Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir

0 0 50

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang - Hubungan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Dengan Pemenuhan Hak Pendidikan Anak Di Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir

0 0 12

Hubungan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Dengan Pemenuhan Hak Pendidikan Anak Di Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir

0 1 13

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Optimalisasi Peran Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam Pelaksanaan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Di Kabupaten Toba Samosir

0 0 16

Optimalisasi Peran Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam Pelaksanaan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Di Kabupaten Toba Samosir

0 0 10