Tipe Penelitian Lokasi Penelitian Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisis Data

63 BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi, yaitu suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dua variabel atau lebih dan untuk mengetahui berapa besarnya sumbangan kontribusi variabel terikat independent variable terhadap variabel bebasnya dependent variable Usman, 2009:131 .

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena Desa Meranti Barat ini telah memenuhi kriteria Komunitas Adat Terpencil dan telah menjadi salah satu lokasi yang diikutsertakan pemerintah provinsi dalam Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil. 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi penelitian merupakan keseluruhan uniersum dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian Bungin, 2009:99. Adapun yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga di Desa Meranti Barat 64 Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir yakni berjumlah 50 kepala keluarga dengan syarat kepala keluarga yang memiliki anak duduk di bangku sekolah dasar di Desa Meranti Barat

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebgaian dari populasi yang diambil datanya dengan menggunakan cara-cara tertentu Nawawi,1991:144. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling . Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel yang ditetapkan secara sengaja oleh peneliti dengan pertimbangan kepala keluarga yang memiliki anak duduk di sekolah dasar di Desa Meranti Barat yakni berjumlah 20 kepala keluarga.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang akan diteliti melalui penelaahan buku, jurnal dan karya tulis lainnya. 2. Studi lapangan, yaitu pengumpulan data atau informasi melalui kegiatan turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Adapun alat-alat yang digunakan dalam rangka studi lapangan ini, yaitu: a. Observasi, yaitu pengamatan terhadap obyek dan fenomena yang berkaitan dengan penelitian. 65 b. Kuesioner, yaitu kegiatan mengumpulkan data dengan cara menyebar daftar pertanyaan untuk dijawab atau diisi dengan responden sehingga peneliti memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian c. Wawancara mendalam, yaitu mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan secara tatap muka dengan beberapa responden yang bertujuan untuk melengakapi data yang diperoleh.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi Product Moment digunakan untuk mencari koefisien korelasi antara data-data interval atau juga data rasio Siagian, 2011: 230. Taraf korelasinya disimbolkan dengan r, yang dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Keterangan: � �� = Koefisien korelasi product moment n = jumlah individu dalam sampel x = skor distribusi variabel x y = skor distribusi variabel y Nilai r dari hasil perhitungan korelasi product moment berada diantara -1 sampai dengan 1, denga ketentuan bahwa: 66 1. Apabila nilai r mendekati -1, maka korelasi variabel x dengan variabel y negatif sempurna 2. Apabila nilai r mendekati 0, maka tidak terdapat korelasi antara variabel x dengan variabel y 3. Apabila nilai r mendekati 1, maka korelasi variabel x dengan variabel y positif sempurna. Menurut Sugiono 1994:75, untuk menggambarkan jenis hubungan digunakan ketentuan Guilford, yaitu: Interpretasi Koefisien Korelasi dan Product Moment Interpretasi Koefisien Tingkat Hubungan 0,00-0,199 Sangat Rendah 0,20-0,399 Rendah 0,40-0,599 Sedang 0,60-0,799 Tinggi 0,80-1,00 Sangat Tinggi 67 BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir Desa Meranti Barat merupakan desa yang paling jauh dan terpencil diantara desa-desa yang ada di Kecamatan Silaen dengan ketinggian ± 400 m di atas permukaan laut. Desa ini sudah memiliki cerita sekitar tahun 1400, dimana desa ini dulunya adalah tempat persembunyian masyarakat Indonesia dari penjajahan. Sampai pada selesainya masa penjajahan masyarakat Indonesia tetap tinggal di desa ini dan sampai pada akhirnya masyarakat sudah merasa nyaman tinggal di desa ini sampai mereka mempunyai keturunan. Desa inilah yang dikenal dengan nama Desa Meranti Barat. Salah satu pejuang Indonesia yang bersembunyi di Desa ini yaitu raja Sisingamagaraja. 4.2 Kondisi Geografis Luas pemukiman Meranti Barat + 30 Ha. Menurut informasi dari masyarakat lahan pertanian yang mereka miliki paling luas 3-4 rante kepala keluarga.Pola Pemukiman rumah warga di Meranti Barat saling berjauhan. Lokasi pemukiman antara satu rumah dengan rumah lain terpisah dengan ladang-ladang perkebunan mereka. Rumah-rumah warga biasanya akan mengelompok tiga sampai empat dengan beberapa keluarga yang tinggal di dalamnya. Satu kelompok pemukiman ini kemudian akan berjarak beberapa kilometer untuk menemukan kelompok rumah lainnya. Lokasi ladang-ladang mereka berjauan tersendiri dari lokasi rumah, namun tidak begitu jauh dari pemukiman warga. Ada juga beberapa masyarakat membuat 68 rumah di ladang mereka dan menetap di rumah ladang, hal ini dilakukan karena keluarga tersebut menginginkan tinggal terpisah dari keluarga besarnya sekaligus melakukan pengawasan terhadap ladang mereka. Dalam satu rumah biasanya dihuni oleh satu sampai dua keluarga, keluarga orang tua dan salah satu anaknya yang sudah berkeluarga, ada juga dua keluarga yang berasal dari hubungan saudara kandung kakak beradik. Dari observasi awal ini, umumnya masyarakat kurang memperhatikan perawatan rumah namun sangat menjaga kebersihan rumah. Luas rumah kebanyakan berukuran 7 m x 4 m dimana ruang tamu, kamar tidur, dan dapur menjadi satu bagian. Tempat mandi dan cuci menyatu dibagian belakang rumah mereka, air diperoleh dari sumber air sungai dan pegunungan yang dialiri dengan pipa yang mereka buat.Perabotan rumahtangga seperti gelas, mangkok dan perlatan makan lain sudah dikenal setiap warga masyarakat. Dapur mereka langsung dekat dengan rumah, berada dibagian belakang rumah. Lantai rumah terbuat dari kayukarena bangunan rumah tidak langsung menempel di tanah. Rumah warga batak merupakan rumah panggung dengan tangga kecil. Warga memasak air dengan menggunakan kayu bakar sebagai sumber perapian memasak yang mereka dapat dari hutan sekitar. Peralatan memasak sudah terbuat dari aluminium yang didapat dari luar huta. Pembagian kerja untuk wilayah dapur menjadi tugas perempuan si istri dan anak tertua, sementara untuk tugas di ladang pertanian menjadi tugas seluruh anggota keluarga suami, istri dan anak- anak. Berdasarkan informasi status kawasan bukan hutan lindung. Kepemilikan lahan yang umumnya masyarakat tempati adalah lahan kosong. Tidak ada warga 69 yang mempunyai status kepemilikan lahan yang tercatat di Dinas Pertanahan maupun kecamatan. Umumnya status kepemilikan lahan hanya diketahui oleh sekitar warga saja dengan batas alam yang diketahui keluarga dan tetangga mereka. Untuk dapat sampai ke lokasi Desa Meranti Barat sangat sulit. Akses transportasi menuju desa masih terbatas dengan kondisi jalanan berlumpur, menanjak dan bebatuan terjal dengan ketinggian dimana kiri kanan jalan jurang mengangah yang dapat membahayakan perjalanan. 4.3 Kondisi Demografis Hubungan sosial antara warga sangat baik tanpa membedakan agaman dan jalinan hubungan mereka masih terikat oleh adanya perasaan senasib sepenanggungan. Bahasa yang digunkan dalam komunikasi sehari-hari adalah Bahasa Batak Toba. Namun demikian seluruh warga masih dapat berbahasa Indonesia. 4.4 Fasilitas Umum dan Pelayanan Sosial Fasilitas Umum dan pelayanan di Desa Meranti Barat masih sangat minim. Hanya terdapat satu Sekolah Dasar di desa Meranti Barat dan baru menyelenggarakan pelayanan pendidikan sampai kelas tiga saja. Untuk menuju jenjang pendidikan berikutnya biasanya anak-anak desa akan bersekolah di luar desanya dan paling tidak bersekolah di dekat wilayah kecamatan Silaen atau ke Balige dan biasanya anak-anak tersebut akan tinggal dengan keluarga atau famili yang berada di tempat tersebut.Dalam pelayanan kesehatan hanya ada di desa yaitu fasilitas kesehatan yang sederhana dan jika masyarakat desa mengalami sakit akan pergi ke dukun untuk berobat, atau pergi mendapatkan akses kesehatan 70 yang berada di desa. Alternatif pengobatan lain dengan membuat sendiri ramuan tradisional secara turun temurun yang dipercaya masyarakat sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit. Sarana tempat ibadah hanya ada pusat desa Meranti Barat. Dalam hal administrasi kependudukan tidak semua warga Desa Meranti mempunyai kartu tanda penduduk, karena keterbatasan administrasi dan pendataan di desa dan bila ingin mengurus administrasi ke Kecamatan Silaen terlalu jauh dan membuthkan biaya transportasi. 4.5 Pranata Ekonomi atau Mata Pencaharian Secara umum mata pencaharian masyarakat Meranti Barat adalah perladangan. Perladangan ini berada di dekat area rumah mereka namun terpisah antara pemukiman warga dengan ladang mereka. Tanaman pertanian mereka tidak menggunakan pupuk dan masih tergantung dengan alam dan musim. Hasil pertanian masyarakat Meranti Barat adalah Kopi, Tiung terong belanda, Ubi Kayu, dan jagung.Hasil pertanianperladangan mereka biasanya akan dijual dipos perbatasan desa dimana pos ini juga berfungsi sebagai pecan yang melakukan proses jual beli masyarakat. Warga desa mengkonsumsi makanan yang berasal dari luar desa. Biasanya mereka mendapatkan kebutuhan ini di jeep-jeep yang membawa perbekalan makanan setiap minggunya dengan titik kumpul berada pada pos perbatasan menuju desa. Perbekalan makanan yang biasanya dibutuhkan warga masyarakat seperti misalnya beras, ikan asin dan gula. Kebutuhan pembangunan rumah atau merenovasi rumah tidak terlalu menjadi fokus perhatian mereka. Hal ini dilihat dari kondisi rumah yang tidak pernah 71 mengalami pemugaran dari awal pendirian rumah. Pendirian rumah dilakukan dengan melibatkan keluargakerabat lainnya. Bahan bangunan umumnya berasal dari kayu dan bambu yang didapat dari hutan atau di sekitar desa. Pakaian baru untuk warga masyarakat dibutuhkan pada saat Natal tiba. Menjelang perayaan Natal, warga desa akan mendapatkannya melalui Pekan di Kecamatan Silaen untuk membeli pakaian. Kebutuhan lain untuk peralatan rumah tangga hanya dibutukan untuk alat-alat yang mereka anggap penting seperti kuali untuk memasak lauk pauk, panci untuk memasak nasi dan air, tong plastik untuk kebutuhan mencuci, mankok plastik yang berfungsi untuk tempat lauk, piring makan plastik, cangkir plastik dan beberapa gelas kaca yang dikhususkan untuk tamu yang datang. Peralatan memasak dan makan ini tidak terlalu banyak jumlahnya di tiap keluarga sehingga mereka tidak membutuhkan lemari untuk menyimpan peralatan ini. Lemari hanya ada untuk menyimpan pakaian dan biasanya lemari ini mereka buat sendiri dari kayu. Kebiasaan dari budaya masyarakat dengan duduk di lantai rumah menggunakan tikar membuat rumah tidak membutuhkan kursi untuk duduk dan meja untuk meletakan makanan di dalam rumah. Masyarakat Meranti Barat sudah mengenal uang sebagai alat tukar pemenuhan kebutuhan mereka. Terkadang transaksi ekonomi yang mereka lakukan di desa bisa juga melalui barter. Kehidupan warga masyarakat masih sangat tergantung pada pedagang dengan jeep-jeep yang datang ke pos perbatasan desa dan kemudian mereka akan melakukan transaksi disana melalui barter atau melalui alat tukar uang. Masyarakat desa belum begitu mengenal dunia Perbankan sehingga masyarakat tidak memerlukan layanan perbankan yang berada di pusat- 72 pusat kecamatan karena jarak Desa Meranti yang terpencil. Kaum perempuan sudah mengenal sistem arisan uang, namun keterbatasan keuangan dengan penghasilan yang tidak tetap yang tergantung iklim ini membuat kegiatan ini tidak berjalan. Pola menabung yang masyarakat lakukan secara khusus tidak ada, mungkin masih membutuhkan informasi lebih mendalam tentang cara menyimpan uang bagi mereka, apakah dikelola kelompok atau hanya tiap keluarga. Keterbatasan waktu kurang didapatkan informasi tentang pengelolaan cara pengelolaan keuangan keluarga. Hasil ladang mereka yang dikonsumsi masyarakat adalah beras dan ubi kayu, makan ubi kayu merupakan makanan pokok selain beras, warga lebih sering mengkonsumsi ubi kayu dibandingkan nasi dalam keseharian mereka. Hasil pertanian lainnya akan dijual keluar untuk pemenuhan kebutuhan pokok mereka. Selain itu beberapa keluarga yang memelihara ayam dan babi merupakan ternak yang hanya akan dikonsumsi oleh keluarga mereka, kalaupun dijual hanya dalam lingkungan meraka tidak sampai keluar desa. 4.6 Pranata Politik dan Lembaga Adat Di Desa Meranti Barat terdapat lembaga formal yang dibentuk oleh pemerintah seperti Lembaga Pemberdayaan Masyaraka Desa LPMD maupun Badan Perwakilan Desa BPD. LPMD maupun BPD hanya ada di Desa Meranti Barat. Organisasi kepemudaan seperti Karang Taruna sudah ada di desa ini. Demikian juga lembaga adat yang ada hanya tradisi adat. Adat istiadat yang paling dominan di Desa Meranti Barat adalah adat istiadat Batak Toba. Dalam hal pelaksanaan pesta perkawinan misalnya mereka 73 bergotong royong , menyatu, bahu membahu untuk melaksanakan pesta. Azas musyawarah dan mufakat merupakan tumpuan akhir dari berbagai jenis konflik yang mungkin terjadi di antara warga desa Meranti Barat. 4.7 Pranata Agama, Religi atau Sistem Kepercayaan Sebahagian masyarakat mengaku beragama Kristen. Namun dari hasil pengamatan dan pengalaman praktikan, kepercayaan masyarakat terhadap arwah nenek moyang sesungguhnya masih kuat dan hal itu terbukti dengan keyakinan- keyakinan terhadap keberadaaan arwah nenek moyang yang sangat kuat, pantangan-pantangan tertentu serta beberapa mitos-mitos yang masih tetap dipertahankan hingga kini. 74 BAB V ANALISIS DATA

5.1 Pengantar

Dokumen yang terkait

Optimalisasi Peran Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam Pelaksanaan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Di Kabupaten Toba Samosir

3 124 142

Evaluasi Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil di Desa Sionom Hudon Selatan Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan

5 86 130

Prospek Pengembangan Peternakan Babi Di Kabupaten Toba Samosir (Studi Kasus: Kecamatan Porsea dan Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir)

0 42 97

Penanggulangan Kemiskinan Melalui Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

0 4 10

I. Petunjuk pengisian - Hubungan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Dengan Pemenuhan Hak Pendidikan Anak Di Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan - Hubungan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Dengan Pemenuhan Hak Pendidikan Anak Di Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir

0 0 50

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang - Hubungan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Dengan Pemenuhan Hak Pendidikan Anak Di Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir

0 0 12

Hubungan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Dengan Pemenuhan Hak Pendidikan Anak Di Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir

0 1 13

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Optimalisasi Peran Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam Pelaksanaan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Di Kabupaten Toba Samosir

0 0 16

Optimalisasi Peran Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam Pelaksanaan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Di Kabupaten Toba Samosir

0 0 10