Lokasi Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil di Sumatera Utara Tahun 2015 Tahapan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

33 e. Peningkatan peran perempuan KAT, meliputi : 1.Pelibatan perempuan KAT dalam proses kegiatan pembangunan di lokasi KAT 2.Penguatan kepada keikutsertaan perempuan KAT dalam menentukan arah kegiatan yang dilaksanakan di lokasi KAT f. Generasi muda, meliputi : 1. Pelatihan keterampilan berdasarkan kepada potensi yang ada 2. Pelatihan kader pembangunan KAT 3.Pembentukan organisasi pemuda KAT yang berorientasi kepada peningkatan UKS.

2.5.6 Lokasi Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil di Sumatera Utara Tahun 2015

Tabel 2.1 Rencana Lokasi Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Provinsi Sumatera Utara tahun 2015 NO PROVINSI LOKASI PKAT JUMLA H KK KET 1 Sumatera Utara Pemberdayaan Tahun I 1. Lok Dusun II Pansur Natolu,Ds.Dolok, Kec.Sorkam,Kab.Tapanuli Tengah Pemberdayaan Tahun II 50 BBR 1. Lok. Huta Godang Lumban Shobuk, Ds Liat Tondung, Kec.Nassau,Kab Toba Samosir 50 2. Lok. Huta Tinggi Saribu, Ds. Bahapal Raya, Kab.Simalungun 34 sumber: Direkorat Pemberdayaan KAT, Kementeria Sosial RI,2014 Tabel 2.2 lokasi Komunitas Adat Terpencil Purna Bina di Provinsi Sumatera Utara tahun 2015 NO PROVINSI LOKASI PKAT JUMLAH KK TAHUN AWAL TAHUN AKHIR 1 Sumatera Utara 2 Lokasi Huta Tonga-Tonga, Desa Meranti Barat, Kecamatan Silaen,Kab.Tobasa 50 2013 2014 sumber: Direkorat Pemberdayaan KAT, Kementeria Sosial RI,2014

2.5.7 Tahapan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

I.Tahapan Persiapan Pemberdayaan a.Tujuan Persiapan pemberdayaan ditujukan untuk mempersiapkan kondisi yang kondusif bagi warga KAT untuk melakukan transformasi sosial yang ditentukan berdasarkan kebutuhan dan kepentingan warga KAT. a. Kegiatan yang dilaksanakan Kegiatan yang dilakasanakan dalam tahap persiapan meliputi : 1. Pemetaan sosial adalah suatu kegiatan awal untuk menemukenali sekaligus menghimpun data etnografi KAT secara keseluruhan dalam suatu wilayah untuk mendapatkan data awal tentang suatu komunitas. a. Waktu : Triwulan I b. Pelaksana : Petugas pusat dan daerah 35 c. Sasaran : lebih dari satu lokasi KAT 2. Penjajagan awal; merupakan tindak lanjut dari pemetaan sosial untuk mengetahui lebih dalam dan lengkap tentang profil KAT berikut lingkungan sosialnya. Pelaksanaan penjajagan awal ini meliputi komponen sebagai berikut : a. Waktu : Triwulan II b. Pelaksana : Petugas Pusat, Petugas Provinsi, Petugas Kabupaten dan Petugas Kecamatan serta instansi teknis terkait di daerah c. Sasaran : Lokasi KAT pada pelaksanaan pemetaan sosial 3. Studi Kelayakan; adalah tindak lanjut dari kegiatan penjajagan awal untuk merumuskan secara bersama program aksi yang akan dilaksanakan dengan mempertimbangkan skala prioritas yang diperkuat dengan rekomendasi. Pelaksanaan studi kelayakan meliputi komponen sebagai berikut : a. Waktu : Triwulan III b. Pelaksana : Petugas Pusat dan daerah, Perguruan Tinggi, Instansi Teknis Terkait di daerah c. Sasaran : Lokasi KAT pada pemetaan sosial 4. Penyusunan Rencana Program; adalah kegiatan unutk merumuskan secara tepat dari proses rangkaian kegiatan persiapan pemberdayaan untuk ditindak lanjuti dalam program pelaksanaan pemberdayaan KAT sehingga sesuai dengan keinginan dan kebutuhan KAT itu sendiri. Tahapan persiapan ini dilaksanakan selama satu tahun anggaran sebelum tahapan pelaksanaan pemberdayaan. II.Tahap Pelaksanaan Pemberdayaan a. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia 36 Pemberdayaan SDM dimaksudkan sebagai usaha peningkatan kualitas KAT yang meliputi berbagai aspek kehidupan dan penghidupan. Komponen Pemberdayaan SDM terdiri dari : 1. Aspek kehidupan seperti komunikasi, interaksi, tumbuhnya rasa kebersamaan, rasa aman, pendidikan, kesehatan kehidupan beragama dan lain sebagainya. 2.Aspek penghidupan seperti kemampuan melaksanakan usaha pertanian, perkebunan, perikanan, keterampilan dalam rangka peningkatan perekonomian warga, koperasi, kemitraan dan lain sebagainya. b. Pemberdayaan Lingkungan Sosial Pemberdayaan lingkungan sosial dimaksudkan sebagai usaha peningkatan kualitas lingkungan sosial KAT. Komponen kegiatan pemberdayaan lingukungan sosial terdiri dari : 1. Penataan pemukiman di tempat asal; a. Membangun permukiman sosial secara lengkap b. Bantuan stimulus pemugaran perumahan dan lingkungan c. Dikembangkan sebagai lokasi transmigrasi dengan menerima pendatang dari luar yang berpihak kepada proses pemberdayaan KAT. 2. Penataan perumahan dan permukiman di tempat baru a. Membangun permukiman sosial secara lengkap b. Mengikutsertakan sebagai warga dampingan pada lokasi transmigrasi 3. Diversifikasi usaha pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan dan peternakan 37 4. Pengembangan irigasi pengairan 5. Peningkatan prasarana perhubungan, pendidikan dan kesehatan Perlindungan Komunitas Adat Terpencil Perlindungan KAT dimaksudkan sebagai upaya melindungi mereka antara lain : 1. Internal; seperti hak ulayat, hukum adat, sistem kepemimpinan lokal. 2. Eksternal melalui advokasi dan legislasi III.Tahapan Monitoring dan Evaluasi 1. Tingkat Pusat Monitoring dan evaluasi dimaksudkan untuk memantau proses pelaksanaan program pemberdayaan KAT berdasarkan perencanaan yang telah disusun. Sedangkan evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui hasil-hasil yang telah dicapai, kendala yang dihadapi dan usaha pemecahannya. Dengan demikian monitoring dan evaluasi meliputi : a. Monitoring : 1. Membandingkan antara hasil perencanaan dengan pelaksanaannya secara operasional 2. Untuk mengetahui efektivitas dan ketepatan hasil perencanaan dengan pelaksanaanya. b. Evaluasi : 1. Mengadakan evaluasi kebijakan teknis yang telah disusun oleh pemerintah daerah dalam pembangunan kesejahteraan sosial khususnya PKAT 38 2. Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan program di lapangan, baik rutin maupun pembangunan 3. Sebagai bahan perencanaan di waktu yang akan datang 2. Tingkat Daerah Pelaksanaan monitoring dan evaluasi oleh jajaran kerja pemerintah daerah disesuaikan dengan kebijakan teknis kondisi daerah masing-masing. Keberhasilan PKAT yang dikategorikan terpencil dan terasing dalam berbagai aspek kehidupan dan penghidupan sangat tergantung pada tekad, sikap dan semangat penyelenggara negara termasuk peran serta seluruh masyarakat dan dunia usaha Departemen Sosial RI, 2003 2.5.8Peranan Pekerja Sosial dalam Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil 1. Pekerja Sosial sebagai Enabler Sebagai enabler pekerja sosial membantu masyarakat agar dapat mengartikulasikan kebutuhan mereka, mengidentifikasikan masalah mereka dan mengembangkan kapasitas mereka agar dapat menangani masalah yang mereka hadapi secara lebih efektif. Peran sebagai enabler adalah peran klasik dari seorang community worker atau community organizer. Fokusnya help people organize to help themselves. Dalam hal ini peran enabler sangat dibutuhkan oleh masyarakat Huta Partukkoan agar mereka tahu bahwa mereka memiliki masalah dan mengerti apa yang dibutuhkan untuk keluar dari maslah tersebut. 2. Pekerja Sosial sebagai Broker 39 Berperan dalam menghubungkan individu atau kelompok dalam masyarakat yang membutuhkan bantuan tetapi tidak tahu dimana menemukanmendapatkan bantuan tersebut. Dapat juga berperan sebagai mediator antara klien dengan pemilik sumber daya. Dalam hal ini pekerja sosial bisa menghubungkan masyarakat Huta Partukkoan dengan seluruh pemangku kepentingan stakeholder terutama Pemerintah Daerah agar bersama-sama turut mencari solusi berkesinambungan untuk menjawab kebutuhan masyarakat secara keseluruhan. 3. Pekerja Sosial sebagai Expert Expert biasanya lebih banyak memberikan advis dan dukungan informasi dalam berbagai area. Seorang expert harus sadar bahwa usulan dan saran yang ia berikan buanlah mutlak harus dilasanakan, tetapi usulan tersebut lebih merupakan sebagai masukan dan gagasan untuk bahan pertimbangan masyarakat atau organisasi dalam masyarakat tersebut. Pekerja sosial memiliki peran meyosialisasikan segala informasi mengenai langkah-langkah apa yang akan diambil selanjutnya dan mengembalikan keputusan akhir kepada masyarakat yang bersangkutan. Artinya, pekerja sosial dapat memberikan pilihan saja, pada akhirnya masyarakat yang bersangkutan sendirilah yang akan menentukan akan mengambil pilihan yang mana. Pekerja sosial juga memberikan informasi mengenai resiko-resiko setiap pilihan yang ada. 4. Pekerja Sosial sebagai Social Planner Seorang perencana sosial mengumpulkan data mengenai masalah sosial yang terdapat dalam masyarakat, menganalisanya dan menyajikan alternatif tindakan yang rasional untuk menangani masalah tersebut. 40 Jika tadi di peran expert pekerja sosial lebih mengutamakan dan memfokuskan dirinya pada pemberian usulan dan saran, peran sebagai perencana sosial lebih memfokusan tugas-tugas yang terkait dengan pengembangan dan pengimplementasian program atau dengan kata lain pembagian tugas. 5. Pekerja Sosial sebagai Educator Pekerja sosial disini berperan sebagai pendidik dan sebagai pentransfer ilmu pengetahuan. Dalam sosialisasi program Pemberdayaan KAT, kemungkinan sebahagian masyarakat belum terlalu mengerti soal hukum, operasionalisasi, tujuan dan fungsi program itu sendiri. Dalam hal inilah pekerja sosial dapat memberikan pengetahuan yang berkenaan dengan program Pemberdayaan KAT itu sendiri. Pengetahuan lainnya juga bisa berupa sistem sumber eksternal, sumber dana , sumber ahli, berbagai petunjuk pelaksanaan program, presentasi dan pelatihan-pelatihan. 6. Pekerja Sosial sebagai Fasilitator Peranan fasilitator mengandung tujuan untuk memberikan dorongan semangat atau membangkitkan semangat kelompok sasaran atau klien agar mereka dapat menciptakan perubahan kondisi lingkungannya, yang bertujuan untuk mengaktifkan semangat, kekuatan, kemampuan sasaran yang dapat dipergunakan dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam bentuk suatu kegiatan bersama, sedangkan dalam kondisi ini seorang pekerja sosial harus memiliki antusiasme yang tinggi yang dapat menciptakan terlaksananya kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan bersama klien atau kelompok sasaran. Antusiasme ini dapat diikat dengan komitmen bersama-sama kelompok sasaran Kementerian Sosial RI, 2012. 41

2.5.9 Dinas Kesejahteraan dan Sosial

Dokumen yang terkait

Optimalisasi Peran Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam Pelaksanaan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Di Kabupaten Toba Samosir

3 124 142

Evaluasi Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil di Desa Sionom Hudon Selatan Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan

5 86 130

Prospek Pengembangan Peternakan Babi Di Kabupaten Toba Samosir (Studi Kasus: Kecamatan Porsea dan Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir)

0 42 97

Penanggulangan Kemiskinan Melalui Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

0 4 10

I. Petunjuk pengisian - Hubungan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Dengan Pemenuhan Hak Pendidikan Anak Di Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan - Hubungan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Dengan Pemenuhan Hak Pendidikan Anak Di Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir

0 0 50

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang - Hubungan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Dengan Pemenuhan Hak Pendidikan Anak Di Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir

0 0 12

Hubungan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Dengan Pemenuhan Hak Pendidikan Anak Di Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir

0 1 13

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Optimalisasi Peran Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam Pelaksanaan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Di Kabupaten Toba Samosir

0 0 16

Optimalisasi Peran Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam Pelaksanaan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Di Kabupaten Toba Samosir

0 0 10