Karakteristik Subjek Penelitian Hasil Penelitian

Perbedaan skor fisik dan jiwa yang bermakna juga terdapat pada tingkat ketergantungan nikotin. Perbedaan bermakna terletak pada responden tidak ketergantungan dengan responden ketergantungan rendah sampai sedang post hoc p PCS = 0,004 MCS = 0,012. Hasil sedikit berbeda pada tingkat aktivitas fisik dimana kebermaknaan hanya didapatkan pada skor kesehatan fisik antara kelompok dengan aktivitas fisik rendah dan cukup post hoc = 0,04 . Tabel 4.4 Analisis perbedaan skor kualitas hidup Uji Jonckheere-Trpstra Skor Kesehatan Fisik PCS Skor Kesehatan Jiwa MCS Kelompok Indeks Brinkman p value 0,037 0,008 Aktivitas Fisik p value 0,046 0,233 Ketergantungan Nikotin P value 0,025 0,006

4.1.5. Hasil Analisis Skor Kualitas Hidup pada Daerah Asal

Asal responden penelitian ini terdiri dari dua tempat utama yaitu daerah sekitar Ciputat Tangerang Selatan dan daerah sekitar Kandangan – Kediri. Tabel 4.5 menampilkan hasil perbandingan skor kualitas hidup dua daerah tersebut. Skor kesehatan fisik dan jiwa responden dari Kediri lebih tinggi dibanding responden dari Ciputat. Tabel 4.5 Perbandingan skor kualitas hidup antara daerah asal Kediri Ciputat p value Median min-maks Median min-maks Health transition HT 50 0 – 75 25 0 – 100 0,084 Physical Component Summary PCS 78,12 36,88 – 97,5 65,16 30,63 – 94,69 0,0001 Mental Component Summary MCS 80,31 36,25 – 97,19 68,64 34,27 – 96,35 0,0001 Uji Mann-Whitney 4.2. Pembahasan 4.2.1. Perbandingan Skor Kualitas Hidup Perokok dan Non Perokok Perbedaan bermakna antara skor kualitas hidup perokok dan non perokok terdapat pada skor kesehatan jiwa MCS dan transisi kesehatan HT HT 50 : 50 p0,05 dan MCS 72,08 : 76,87 p 0,05. Perbedaan pada dua bagian ini tidak terlalu besar dan keduanya berada pada skor yang tinggi sehingga tidak bermakna secara klinis. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Samardzic dan Marvinac 2009 yang menyatakan bahwa skor SF-36v2 perokok sedikit lebih rendah dibanding dengan non perokok. Perbedaan bermakna ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Funahashi, et al 2010 yang menyatakan hal yang berbeda bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara skor kualitas hidup perokok dan non perokok 1,7,15,35 Perbedaan skor kualitas hidup jiwa dan transisi kesehatan antara perokok dan non perokok dapat terjadi karena adanya beberapa faktor yang memengaruhi, yaitu: 1. Perilaku merokok Perilaku merokok muncul karena banyak faktor diantaranya paparan stres, ajakan teman, mengikuti orang tua, karena iklan, dan lain sebagainya. Paparan stres menjadi salah satu faktor penyebab karena perokok mengharapkan efek rasa tenang ketika menghisap rokok. Efek ini muncul akibat kerja nikotin yang memicu pelepasan hormon ‘bahagia’ dopamin. Namun efek ini akan menyebabkan ketergantungan terhadap nikotin sehingga jumlah batang rokok yang akan dikonsumsi juga akan meningkat. Peningkatan dosis rokok dapat dilihat berdasarkan indeks Brinkman. Dalam penelitian ini didapatkan skor kualitas hidup fisik PCS dan jiwa MCS perokok berat lebih rendah dibanding non perokok PCS 74,37 : 64,53 p 0,05 dan MCS 76,56 : 63,43 p 0,01. Perbedaan ini menunjukkan bahwa efek merokok terhadap kualitas hidup akan benar-benar muncul ketika perokok sudah mengkonsumsi rokok dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang lebih lama kelompok perokok berat dalam indeks Brinkman. Efek kronis rokok dapat mengenai ke berbagai organ tubuh sehingga perokok merasa kesehatannya lebih buruk dibanding sebelumnya. Efek kronis ini dapat dilihat dari skor transisi kesehatan HT non perokok yang lebih baik dibanding perokok Mann-Whitney, HT 50 : 50 p0,05. 1,2,7,13,17,18 2. Aktivitas fisik Hasil uji analisa kualitas hidup antara tingkat aktivitas fisik tabel 4.4 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara responden dengan aktivitas fisik rendah dan cukup. Perbedaan skor ini sesuai dengan penelitian Anokye, et al 2012 dan Ferucci, et al 1999 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara tingkat aktivtias fisik dengan kualitas hidup. Pengaruh aktivitas fisik terhadap skor kualitas hidup dalam penelitian ini dapat dikontrol hubungan aktivitas fisik perokok dan non perokok p 0,05. Perbaikan skor kualitas dengan aktivitas fisik berkaitan dengan manfaat aktivitas fisik pada dua hal, yaitu kebugaran tubuh dan manfaat psikologis. 24,37 3. Usia Usia dapat memengaruhi kualitas hidup perokok dan non perokok. Perbandingan usia antara perokok dan non perokok dalam penelitian ini tidak ditemukan perbedaan yang bermakna sehingga faktor perancu usia dapat dikontrol Mann- Whitney, p 0,05. 12 4. Pendidikan Terakhir Dalam penelitian ini didapatkan hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku merokok. Salah satu unsur untuk dapat memahami dengan baik mengenai bahaya merokok adalah pendidikan yang baik. Sehingga ketika seseorang memiliki derajat pendidikan lebih tinggi maka kemungkinan untuk memiliki perilaku merokok akan semakin lebih rendah, begitu juga sebaliknya. Pendidikan juga dapat memengaruhi pergaulan, orang dengan tingkat pendidikan rendah berpotensi dalam kehidupan sehari-hari untuk bergaul dengan orang berpendidikan rendah juga. Ketika bergaul dengan orang berpendidikan rendah maka perilaku teman pergaulan tersebut dapat memengaruhi secara langsung maupun tidak langsung. Kejadian tersebut berkaitan dengan semakin tingginya tingkat pendidikan maka akan semakin bertambah pengetahuan tentang bahaya merokok sehingga kemampuan berpikir rasional dan kritis untuk mempertimbangkan bahaya merokok serta menghindari perilaku merokok semakin meningkat. 20-22,26 5. Penghasilan Analisa hubungan antara tingkat penghasilan perokok dan non perokok pada penelitian ini menunjukkan adanya hubungan bermakna antara perilaku merokok dengan tingkat penghasilan p = 0,008. Rokok mengandung nikotin yang dapat

Dokumen yang terkait

Deteksi salivary flow rate pada laki-laki perokok dan non-perokok

2 15 82

Program Studi Pendidikan Dokter. Perbedaan Skor Kualitas Hidup Laki - laki Perokok dan Laki – Laki Bukan Perokok Yang Diukur Dengan Kuisioner SF – 36v2.

1 24 70

VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK PERTAMA (VEP1) PADA LAKI-LAKI PEROKOK Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1) Pada Laki-Laki Perokok.

0 3 16

VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK PERTAMA (VEP1) PADA LAKI-LAKI PEROKOK Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1) Pada Laki-Laki Perokok.

0 4 11

PERBEDAAN KAPASITAS VITAL PAKSA (KVP) ANTARA LAKI-LAKI PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK DI FAKULTAS KEDOKTERAN Perbedaan Kapasitas Vital Paksa (KVP) Antara Laki-Laki Perokok Dan Bukan Perokok Di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 1 14

DAFTAR PUSTAKA Perbedaan Kapasitas Vital Paksa (KVP) Antara Laki-Laki Perokok Dan Bukan Perokok Di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 3 4

PERBEDAAN VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK PERTAMA (VEP1) ANTARA LAKI-LAKI PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK DI Perbedaan Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1) Antara Laki-Laki Perokok Dan Bukan Perokok Di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

0 0 13

PENDAHULUAN Perbedaan Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1) Antara Laki-Laki Perokok Dan Bukan Perokok Di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 0 4

DAFTAR PUSTAKA Perbedaan Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1) Antara Laki-Laki Perokok Dan Bukan Perokok Di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 1 4

Pengaruh Nikotin Terhadap Tekanan Darah Sistol dan Denyut Jantung Pada Perokok Pasif dan Perokok Aktif Laki-Laki Dewasa.

0 0 23