Klasifikasi Merokok Konsep Dasar Merokok
kelompok usia: 18-34 tahun, 35-64 tahun, dan lebih dari 64 tahun. Namun dalam penelitian dengan jumlah sampel 9070 partisipan ini menyatakan definisi
operasional perokok atau non perokok adalah ‘apakah anda responden merokok pada saat ini?’. Dari hasilnya, secara umum skor kualitas hidup cenderung
mengalami penurunan seiring dengan pertambahan usia, baik perokok maupun non perokok. Pada kelompok usia 18
– 34 tahun, skor kualitas hidup perokok dan non perokok memiliki angka yang sama tinggi, sedangkan pada kelompok usia 35
– 64 tahun, perokok dan non perokok menghasilkan skor yang berbeda. Pada dimensi
kesehatan secara umum GH dan fungsi fisik PF, kelompok perempuan perokok memiliki skor yang lebih baik dibanding non perokok. Namun, sekalipun begitu,
pada fungsi fisik PF dan sosial SF, keduanya pada skor yang tinggi. Hal ini dapat dispekulasikan bahwa perbedaan ini tidak muncul sampai pada klinis. Pada dimensi
yang lain, yaitu vitalitas VT dan kesehatan jiwa MH, perokok perempuan memilki skor yang lebih rendah. Sedangkan pada kelompok laki-laki, tidak ada
perbedaan skor kualitas hidup perokok dan non perokok pada dimensi fungsi sosial SF dan pembatasan karena masalah jiwa RE. Pada dimensi vitalitas VT dan
kesehatan jiwa MH, perokok sedikit lebih rendah dibandingkan non perokok. Dan pada dimensi kesehatan secara umum GH dan nyeri seluruh badan BP, perokok
memiliki skor yang lebih baik. Untuk bagian dimensi fungsi fisik PF dan batasan akibat masalah fisik RP, kedua kelompok memiliki skor yang sama tinggi.
Kemudian pada kelompok selanjutnya, usia lebih dari 64 tahun, perbedaan signifikan antara perokok dan non perokok terjadi pada seluruh dimensi. Pada
kelompok laki-laki, perokok memiliki skor yang lebih rendah dibanding non perokok. Sedangkan pada perempuan, kelompok perokok lebih baik dibanding non
perokok. Menurut peneliti, ada beberapa kekurangan dalam penelitiannya, diantaranya ada faktor lain yang dapat memengaruhi kualitas hidup yang tidak
diperhatikan, diantaranya pendidikan, penghasilan, status pernikahan, dan lingkungan.
1
Pada penelitian lain yang dilakukan di kota Hirosaki Jepang tahun 2006, Funahashi dkk membandingkan skor kualitas hidup perokok dan non perokok yang
sebelumnya di tempat lain di Jepang juga pernah dilakukan dengan hasil tidak ada perbedaan yang signifikan. Pada penelitiannya melibatkan 823 responden 245 laki-
laki dan 578 perempuan. Dari hasil yang didapatkan, perbandingan skor kualitas hidup perokok dan non perokok tidak memberikan gambaran perbedaan yang
signifikan. Ketika dicoba dibandingkan antara skor kualitas hidup responden yang memiliki hasil pemeriksaan laboratorium yang normal dengan responden yang
memilliki hasil pemeriksaan laboratorium abnormal, hasilnya juga tidak ada perbedaan yang signifikan. Dengan hasil ini, Funahashi dkk menduga bahwa SF36
tidak begitu sensitif untuk mendeteksi perubahan sub-klinis minor akibat kebiasan merokok. Hipotesis ini diperkuat dengan hasil pada responden dengan sedang
menderita penyakit dan tidak sedang menderita penyakit. Hasilnya adalah ada perbedaan yang signifikan, non perokok memiliki skor yang lebih baik dan bernilai
signifikan pada dimensi fungsi fisik PF, nyeri di seluruh tubuh BP, kesehatan secara umum GH, dan skor komponen fisik PCS.
2