monoksida akan berikatan kuat dengan hemoglobin dalam sel darah merah. Ikatan ini dapat menurunkan kapasitas sel darah merah untuk mengikat oksigen.
27
2.1.3.4 Bahaya Merokok
2.1.3.4.1 Bahaya Merokok Terhadap Tubuh
Efek negatif merokok terhadap tubuh sangatlah besar. Hampir seluruh organ tubuh akan terkena efek dari kebiasaan merokok, bahkan sampai pada kematian.
Setiap enam detik, akan ada satu orang yang meninggal karena rokok. Diperkirakan pada tahun 2030, jika tidak upaya perubahan kebiasaan merokok, maka dalam
setahun kematian akibat rokok akan mencapai kira-kira delapan juta orang. Kematian pada perokok, baik pasif maupun aktif, baik yang berasap maupun tidak
berasap, diakibatkan oleh banyaknya efek rokok terhadap fisiologi tubuh. Rokok berasap telah menyebabkan sembilan puluh persen kanker paru dan berisiko
mengalami masalah kardiovaskular. Selain itu, rokok berasap juga menyebabkan sembilan puluh persen kasus PPOK. sedangkan rokok tanpa asap telah
menyebabkan kanker di kepala leher, esofagus, dan pankreas. Efek buruk dari merokok ini sudah tidak asing lagi bagi masyarakat, namun individu dengan
kebiasaan merokok terus meningkat, bahkan pada kalangan anak-anak.
1,12,13,17,18
2.1.3.4.2 Pengaruh Merokok Terhadap Kualitas Hidup
Karena merokok dalam jangka waktu yang panjang akan memberikan efek pada kesehatan individu baik yang bersifat morbiditi atau mortaliti seperti PPOK,
asma, penyakit jantung kongestif, stroke, kanker paru, dan lainnya, maka sudah pasti akan memberikan pengaruh pada kehidupan sehari-hari. Efeknya mulai dari
penambahan pengeluaran untuk biaya perawatan sampai dengan hilangnya peran individu baik di lingkungan sosial maupun tempat kerja. Sehingga hubungan sosial
menurun, penghasilan juga menurun dan akhirnya menyebabkan kualitas hidup menjadi lebih rendah.
13,14,16
Hasil penelitian Samardzic dan Marvinac yang dilakukan di Kroasia pada tahun 2009 menunjukkan hasil skor kualitas hidup yang berbeda pada kelompok
umur tertentu, antara perokok dan non perokok. Partisipan dibagi menjadi tiga
kelompok usia: 18-34 tahun, 35-64 tahun, dan lebih dari 64 tahun. Namun dalam penelitian dengan jumlah sampel 9070 partisipan ini menyatakan definisi
operasional perokok atau non perokok adalah ‘apakah anda responden merokok pada saat ini?’. Dari hasilnya, secara umum skor kualitas hidup cenderung
mengalami penurunan seiring dengan pertambahan usia, baik perokok maupun non perokok. Pada kelompok usia 18
– 34 tahun, skor kualitas hidup perokok dan non perokok memiliki angka yang sama tinggi, sedangkan pada kelompok usia 35
– 64 tahun, perokok dan non perokok menghasilkan skor yang berbeda. Pada dimensi
kesehatan secara umum GH dan fungsi fisik PF, kelompok perempuan perokok memiliki skor yang lebih baik dibanding non perokok. Namun, sekalipun begitu,
pada fungsi fisik PF dan sosial SF, keduanya pada skor yang tinggi. Hal ini dapat dispekulasikan bahwa perbedaan ini tidak muncul sampai pada klinis. Pada dimensi
yang lain, yaitu vitalitas VT dan kesehatan jiwa MH, perokok perempuan memilki skor yang lebih rendah. Sedangkan pada kelompok laki-laki, tidak ada
perbedaan skor kualitas hidup perokok dan non perokok pada dimensi fungsi sosial SF dan pembatasan karena masalah jiwa RE. Pada dimensi vitalitas VT dan
kesehatan jiwa MH, perokok sedikit lebih rendah dibandingkan non perokok. Dan pada dimensi kesehatan secara umum GH dan nyeri seluruh badan BP, perokok
memiliki skor yang lebih baik. Untuk bagian dimensi fungsi fisik PF dan batasan akibat masalah fisik RP, kedua kelompok memiliki skor yang sama tinggi.
Kemudian pada kelompok selanjutnya, usia lebih dari 64 tahun, perbedaan signifikan antara perokok dan non perokok terjadi pada seluruh dimensi. Pada
kelompok laki-laki, perokok memiliki skor yang lebih rendah dibanding non perokok. Sedangkan pada perempuan, kelompok perokok lebih baik dibanding non
perokok. Menurut peneliti, ada beberapa kekurangan dalam penelitiannya, diantaranya ada faktor lain yang dapat memengaruhi kualitas hidup yang tidak
diperhatikan, diantaranya pendidikan, penghasilan, status pernikahan, dan lingkungan.
1
Pada penelitian lain yang dilakukan di kota Hirosaki Jepang tahun 2006, Funahashi dkk membandingkan skor kualitas hidup perokok dan non perokok yang
sebelumnya di tempat lain di Jepang juga pernah dilakukan dengan hasil tidak ada perbedaan yang signifikan. Pada penelitiannya melibatkan 823 responden 245 laki-