menyebabkan ketergantungan. Peningkatan jumlah rokok yang dikonsumsi berkaitan dengan mekanisme dependensi akibat nikotin. Hal ini menyebabkan
peningkatan konsumsi rokok setiap harinya. Akibat peningkatan pengeluaran uang untuk membeli rokok maka pemenuhan kebutuhan hidup lainnya tidak dapat
tercapai. Faktor ini tentunya dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang terutama pada segi kejiwaan.
19
6. Persepsi terhadap kualitas hidup dan paparan sosial.
Responden dalam penelitian ini berasal dari dua daerah yang berbeda. Perbedaan daerah akan menyebabkan perbedaan gaya hidup, paparan stres sosial, dan persepsi
terhadap kualitas hidup. Perbandingan kualitas hidup antara kedua daerah didapatkan perbedaan kualitas hidup fisik PCS dan jiwa MCS yang bermakna
antara responden dari daerah Kediri dan Ciputat Mann-Whitney PCS 78,12 vs 65,16 p0,001 dan MCS 80,31 vs 68,64 p0,001.
24,37,38
4.3.Aspek Keislaman
Kualitas hidup didefinisikan oleh setiap orang dan setiap disiplin ilmu pengetahuan secara beragam. Definisinya akan berbeda-beda dengan bergantung
pada persepsi dan standar masing-masing. Dalam pandangan Allah manusia yang paling berkualitas itu tidak beragam penilainnya. Penilaian Allah terhadap orang
yang berkualitas cukup berdasarkan ketaqwaannya. Sebagaimana Allah berfirman dalam QS. al-
Hujurat ayat 13: ‘Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa’. Maha benar Allah dengan
segala firman-Nya. Taqwa secara istilah berarti sikap untuk selalu melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Perintah Allah merupakan
perintah untuk melakukan perbuatan, sikap, dan perilaku baik dan menjauhi segala perbuatan, sikap, dan perilaku yang tercela. Konsep ketaqwaan ini dijadikan Allah
sebagai standar ukur kualitas seseorang karena dengan taqwa akan membawa semua kebaikan, baik kebaikan di dunia dan di akhirat serta menjauhkan seseorang
dari segala keburukan. Sehingga semua manfaat taqwa tersebut akan membawa seseorang menjadi manusia yang memiliki gaya hidup sehat, bahagia dan
sejahtera.
39
4.4. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini masih terdapat beberapa keterbatasan, yaitu: 1.
Subjek penelitian masih belum memenuhi perhitungan jumlah minimal sampel akibat sulitnya mencari responden yang bersedia serta memenuhi kriteria untuk
dijadikan partisipan dalam penelitian ini. Jumlah subjek juga berkurang akibat penggunaan kuesioner SF-36v2 yang bersifat self assessment harus dibaca
sendiri membuat beberapa responden kesulitan untuk mengisi sehingga tidak bersedia untuk mengisi.
2. Pengambilan sampel dilaksanakan pada kelompok responden yang berbeda
daerah sehingga kemungkinan dapat menyebabkan beberapa perbedaan diantaranya adalah gaya hidup, paparan variabel perancu, serta persepsi
mengenai kualitas hidup. 3.
Faktor perancu mengenai masalah sosial tidak dapat dikontrol oleh peneliti. 4.
Pengelompokan responden berdasarkan aktivitas fisik hanya berdasarkan persepsi peneliti terhadap pekerjaan sehari-hari sehingga tingkat akurasinya
kurang.
35
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
1. Rokok dapat menjadi faktor yang memengaruhi penurunan skor kualitas
hidup perokok. 2.
Terdapat perbedaan bermakna skor kesehatan jiwa MCS antara perokok median = 72,08 dengan non perokok median = 76,87 laki-laki U =
3.189,5; p 0,05; Z=2,272; r = 0,188. 3.
Terdapat perbedaan bermakna skor transisi kesehatan antara perokok median = 50 dengan non perokok median = 50 laki-laki U = 2.152,5; p
0,05; Z = -1,972; r = -0,16.
5.2. Saran
1. Penelitian dengan tema yang sama perlu penambahan jumlah sampel sampai
memenuhi perhitungan jumlah sampel 129 setiap kelompok. 2.
Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan instrumen yang lebih spesifik untuk menilai kualitas hidup perokok.
3. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diteliti lebih lanjut mengenai
penurunan kualitas hidup perokok dari segi kesehatan jiwa dapat menggunakan instrumen spesifik untuk menilai kualitas hidup dari segi
kesehatan jiwa. 4.
Penelitian yang fokus pada perbandingan skor kualitas hidup antara indeks Brinkman sebaiknya setiap kelompok indeks Brinkman jumlah
respondennya sebanyak 40 per kelompok agar dapat memberikan hasil yang tepat.
5. Pertanyaan penghasilan pada data responden sebaiknya berdasarkan di atas
dan di bawah UMR agar lebih mudah menyesuaikan dengan standar lingkungan setempat.
6. Informasi mengenai tingkat aktivitas fisik sebaiknya harus didata dengan
pertanyaan yang lebih spesifik.
7. Hasil kuantitatif akan semakin bagus jika dilengkapi dengan data kualitatif
misal dengan metode focus group discussion untuk memeroleh informasi mendalam tentang tingkatan persepsi, sikap, dan pengalaman responden.
DAFTAR PUSTAKA
1. Senka S, Gorka VM. Health related quality of life of smokers in
Croatia. Coll. Antropol. 2009; 331: 107-8. 2.
Koichi F, Ippei T, Kazuma D, Masashi M, Takashi U, Shigeyuki N. Smoking habits and health-related quality of life in a rural Japanese
population. Qual Life Res. 2010 Sept; 20: 1-3. 3.
Talhout R, Schulz T, Florek E, Benthem JV, Wester P, Opperhutzen A. Hazardous compounds in tobacco smoke. Int. J. Environ. Res. Public
Health. 2011 Febr; 8: 613-6. 4.
Centers for Disease Control and Prevention CDC [Internet]. Atlanta: Centers for Disease Control and Prevention CDC; 2011 [disitasi pada 13
April 2015]. Tersedia di: www.cdc.govhrqolconcept.htm
5. Fayers PM, Machin D. Quality of life: assessment, analysis, and
interpretation. Chichester: John Wiley Sons, ltd; 2000. 6.
Forbush SW, Nof L, Echternach J, Hill C. Influence of activity on quality of life scores after RYGBP. OBES SURG. 2011; 21: 1296-8.
7. Ware JE, Kosinki M, Bjorner JB, Turner-Bowker DM, Gandek B, Maruish
ME. SF-36v2 Health survey: a primer for healthcare providers. Lincoln: QualityMetric Inc; 2008.
8. Ware JE. SF-36.org [Internet]. [Tempat tidak diketahui]: Quality Metric;
[Tanggal tidak diketahui; disitasi pada 20 April 2015]. Tersedia di: www.sf-36.orgtoolsSF36.shtmlVERS2
9. Gu D, Wu X, Reynolds K, Duan X, Xin X, Reynolds RF, et al. Cigarette
smoking and exposure to environmental tobacco smoke in China: the international collaborative study of cardiovascular disease in Asia. Am J
Public Health 2004 November; 9411: 1-3. 10.
Centers for Disease Control and Prevention CDC [Internet]. Atlanta: Centers for Disease Control and Prevention CDC; 2009 [disitasi pada 30
April 2015].
Tersedia di:
http:www.cdc.govnchsnhistobaccotobacco_recodes.htm