terhadap arus udara tinggi walaupun pembengkakan dan sumbatan jalan napas tidak mencolok.
1,13,16,19
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2007, proporsi pneumonia pada bayi 35,27 dan balita 64,73. Bila dilihat proporsi pneumonia pada kelompok
umur balita, tampak proporsi pneumonia pada bayi dibandingkan balita sekitar 35. Hal ini menunjukkan bahwa bayi merupakan kelompok usia yang tinggi kejadian
pneumonianya. Oleh karena itu pneumonia pada balita dan terutama pada bayi, perlu mendapat perhatian dengan perbaikan gizi dan imunisasi dan meningkatkan upaya
manajemen tatalaksana pneumonia.
20
b.2. Jenis Kelamin
Menurut beberapa penelitian kejadian ISPA lebih sering didapatkan pada anak laki-laki dibanding anak perempuan, terutama usia muda dibawah 6 tahun.
Berdasarkan hasil penelitian Nur di Padang 2004, balita dengan jenis kelamin laki-laki proporsi menderita ISPA sebanyak 56,5 dan balita dengan jenis
kelamin perempuan proporsi menderita ISPA sebanyak 38,4. Hal ini menunjukkan bahwa balita berjenis kelamin laki-laki lebih beresiko dari pada perempuan.
8
Berdasarkan hasil penelitian Valentina di Kelurahan Glugur Darat I
Kecamatan Medan Timur 2011, menyatakan bahwa proporsi anak batita yang
menderita ISPA yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 49,1, sedangkan perempuan sebesar 50,9.
15
Universitas Sumatera Utara
b.3. Berat Badan Lahir
Berat badan lahir Birth Weight adalah berat badan neonatus pada saat kelahiran, ditimbang dalam waktu satu jam sesudah lahir. Bayi berat lahir cukup
adalah bayi dengan berat lahir lebih dari 2.500 gram. Bayi berat lahir rendah BBLRLow birthweight infant adalah bayi dengan berat badan lahir 1.500 gram
sampai kurang dari 2.500 gram.
21
Berat Bayi Lahir Rendah BBLR mempunyai risiko untuk meningkatnya ISPA, dan perawatan di rumah sakit penting untuk
mencegah BBLR.
22
Hasil penelitian Wihoho di Kabupaten Blora tahun 2004 dengan desain cross sectional menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara berat badan lahir dengan
kejadian ISPA pada bayi p0,05.
23
b.4. Status Gizi
Asupan gizi yang kurang merupakan risiko untuk kejadian dan kematian balita dengan infeksi saluran pernapasan. Penyakit infeksi dan pertumbuhan yang
tercermin dari status gizi, seringkali dijumpai bersama-sama dan keduanya dapat saling mempengaruhi. Infeksi dapat disebabkan dan menyebabkan kekurangan gizi.
Sebaliknya kekurangan gizi dapat menurunkan daya tahan tubuh dari serangan penyakit infeksi. Penyakit yang sering diderita bayi dan anak dapat memberikan
pengaruh terhadap pertumbuhan bayi adalah ISPA. Pengukuran status gizi pada balita dan anak dapat dilakukan dengan
menggunakan indeks antropometri. Kategori status gizi berdasarkan indeks berat badan menurut umur BBU adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Gizi lebih 2,0 SD baku WHO NCHS 2. Gizi baik -2,0 SD sd +2,0 SD
3. Gizi kurang -2,0 SD 4. Gizi buruk -3,0 SD.
24,25
Berdasarkan hasil penelitian Sirait 2010 di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan dengan desain cross sectional didapatkan bahwa ada hubungan
yang bermakna antara status gizi kurang dengan kejadian infeksi saluran pernapasan atas akut ISPaA pada anak balita p0,05.
17
b.5. Status ASI Eksklusif