Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian ISPA Pada Bayi Hubungan Berat Bayi Lahir dengan Kejadian ISPA Pada Bayi

6.2.2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian ISPA Pada Bayi

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa proporsi ISPA pada bayi yang berjenis kelamin laki-laki yaitu 58,8, sedangkan anak perempuan yaitu 57,1 Tabel 5.15.. Gambar 6.3. Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Jenis Kelamin Bayi Dengan Kejadian ISPA Pada Bayi di Wilayah Kerja Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012 Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Chi Square diperoleh nilai p = 0,865 p0,05 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin bayi dengan kejadian ISPA pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2012. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Nur di Kelurahan Pasie Nan Tigo Kecamatan Koto Tangah Kota Padang tahun 2004 dengan desain cross sectional didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian ISPA pada balita, dengan nilai p = 0,208 p0,05. 8 Universitas Sumatera Utara Ratio Prevalence ISPA pada bayi berjenis kelamin laki-laki dan perempuan adalah 1,209 dengan CI: 0,737-1,438. Hal ini menunjukkan bahwa jenis kelamin bukan sebagai faktor risiko kejadian ISPA pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2012. Pada gambar dapat dilihat bahwa proporsi ISPA pada bayi yang berjenis kelamin laki-laki 58,8 relatif sama dengan proporsi ISPA pada bayi yang berjenis kelamin perempuan 57,1. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena bayi baik berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan masih lebih banyak bersama ibunya dan bayi belum bisa bermain keluar mengingat umurnya yang masih di bawah 1 tahun.

6.2.3. Hubungan Berat Bayi Lahir dengan Kejadian ISPA Pada Bayi

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa proporsi ISPA pada bayi yang berat lahirnya 2.500 gram yaitu 100,0, sedangkan pada bayi yang berat lahirnya ≥ 2.500 gram yaitu 57,6 Tabel 5.16.. Universitas Sumatera Utara Gambar 6.4. Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Berat Bayi Lahir Dengan Kejadian ISPA Pada Bayi di Wilayah Kerja Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012 Analisis statistik uji Chi Square tidak dapat dilakukan karena ada 2 sel 50 expected count kurang dari 5, maka dilanjutkan dengan uji Fisher’s Exact Test diperoleh nilai p = 1,000 p0,05 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara berat bayi lahir dengan kejadian ISPA pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2012. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Taisir di Kelurahan Lhok Bengkuang Kecamatan Tapak Tuan Aceh Selatan Tahun 2005 dengan desain cross sectional didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara berat bayi lahir dengan kejadian ISPA pada balita, dengan nilai p = 0,723 p0,05. 38 Ratio Prevalence ISPA pada bayi yang berat lahirnya 2.500 gram dan ≥ 2.500 gram adalah 1,737 dengan CI: 1,467-2,057. Artinya, bayi yang berat lahirnya Universitas Sumatera Utara 2.500 gram kemungkinan beresiko mengalami ISPA 1,7 kali lebih besar dibandingkan bayi yang berat lahirnya ≥ 2.500 gram. Pada gambar dapat dilihat bahwa bayi yang lahir dengan BBLR hanya 1 orang saja dan terkena ISPA sehingga tidak bisa dibandingkan karena penyebutnya hanya 1. Hal ini kemungkinan yang menyebabkan BBLR bukan sebagai faktor risiko kejadian ISPA pada bayi meskipun nilai CI-nya menunjukkan bahwa BBLR merupakan faktor risiko kejadian ISPA.

6.2.4. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian ISPA Pada Bayi

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Pada Anak Balita Di Puskesmas Panyabungan Jae Kabupatenmandailing Natal Tahun 2014

0 53 122

Analisa Kecenderungan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Pada Bayi Dan Balita Tahun 2000-2004 Untuk Peramalan Pada Tahun 2005-2009 Di Kabupaten Simalungun

0 37 101

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUDONO 1 KABUPATEN BOYOLAL

0 2 16

PENDAHULUAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUDONO 1 KABUPATEN BOYOLALI.

0 1 8

DAFTAR PUSTAKA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUDONO 1 KABUPATEN BOYOLALI.

0 2 4

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009.

0 3 7

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WARA UTARA KOTA PALOPO | Karya Tulis Ilmiah

7 25 46

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WARA UTARA KOTA PALOPO | Karya Tulis Ilmiah

0 0 13

1 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MINANGA KOTA MANADO

0 0 10

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANGARIBUAN KABUPATEN TAPANULI UTARA TAHUN 2012 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan

0 0 16