Hubungan Bahan Bakar Untuk Memasak dengan Kejadian ISPA Pada Bayi

5.3.12. Hubungan Bahan Bakar Untuk Memasak dengan Kejadian ISPA Pada Bayi

Tabel 5.25. Tabulasi Silang Kejadian ISPA Berdasarkan Bahan Bakar Untuk Memasak di Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012 No. Bahan Bakar Untuk Memasak Kejadian ISPA Total x 2 p RP 95 CI ISPA Tidak ISPA f f f 1. Kayu bakarMinyak tanah 35 53,0 31 47,0 66 100,0 1,968 0,161 0,784 0,566-1,085 2. Gas Elpiji 23 67,6 11 32,4 34 100,0 Jumlah 58 58,0 42 42,0 100 100,0 RP : Ratio Prevalens Berdasarkan tabel 5.25 pada variabel bahan bakar untuk memasak dapat dilihat bahwa proporsi ISPA pada bayi yang di rumahnya menggunakan kayu bakarminyak tanah sebagai bahan bakar untuk memasak adalah 53,0, sedangkan bayi yang di rumahnya menggunakan gaselpiji sebagai bahan bakar untuk memasak 67,6. Proporsi tidak ISPA pada bayi yang di rumahnya menggunakan kayu bakarminyak tanah sebagai bahan bakar untuk memasak adalah 47,0, sedangkan bayi yang di rumahnya menggunakan gaselpiji sebagai bahan bakar untuk memasak 32,4. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Chi Square diperoleh nilai p 0,05. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara bahan bakar untuk memasak dengan kejadian ISPA pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2012. Ratio Prevalence ISPA pada bayi yang di rumahnya menggunakan kayu bakarminyak tanah sebagai bahan bakar Universitas Sumatera Utara untuk memasak dan yang menggunakan gaselpiji sebagai bahan bakar untuk memasak adalah 0,784 dengan CI: 0,566-1,085. 5.3.13. Hubungan Keberadaan Perokok dengan Kejadian ISPA Pada Bayi Tabel 5.26. Tabulasi Silang Kejadian ISPA Berdasarkan Keberadaan Perokok di Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012 No. Keberadaan Perokok Kejadian ISPA Total x 2 p RP 95 CI ISPA Tidak ISPA f f f 1. Ada 50 58,1 36 41,9 86 100,0 0,005 0,944 1,017 0,625-1,657 2. Tidak Ada 8 57,1 6 42,9 14 100,0 Jumlah 58 58,0 42 42,0 100 100,0 RP : Ratio Prevalens Berdasarkan tabel 5.26 pada variabel keberadaan perokok dapat dilihat bahwa proporsi ISPA pada bayi yang di rumahnya terdapat perokok adalah 58,1, sedangkan bayi yang di rumahnya tidak terdapat perokok 57,1. Proporsi tidak ISPA pada bayi yang di rumahnya terdapat perokok adalah 41,9, sedangkan bayi yang di rumahnya tidak terdapat perokok 42,9. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Chi Square diperoleh nilai p 0,05. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara keberadaan perokok dengan kejadian ISPA pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2012. Ratio Prevalence ISPA pada bayi yang di rumahnya terdapat perokok dan yang tidak terdapat perokok adalah 1,017 dengan CI: 0,625-1,657. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 PEMBAHASAN

6.1. Proporsi Insidens Kejadian Penyakit ISPA Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012 Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa proporsi insidens bayi yang menderita ISPA yaitu 58,0, sedangkan proporsi insidens yang tidak menderita ISPA yaitu 42,0 Tabel 5.6.. Gambar 6.1. Diagram Pie Distribusi Insidens Kejadian Penyakit ISPA Pada Bayi di Wilayah Kerja Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa angka proporsi insidens ISPA pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan tahun 2012 yaitu 58 . Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi insidens ISPA pada bayi di Puskesmas Hutabaginda Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2011 41. Oleh karena itu kejadian ISPA pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara merupakan masalah kesehatan masyarakat. Universitas Sumatera Utara Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Gulo di Kelurahan Ilir Gunungsitoli Kabupaten Nias 2008 dengan desain cross sectional didapatkan bahwa proporsi kejadian ISPA pada bayi sebesar 70,9. 7 Hasil penelitian Valentina di Kelurahan Glugur Darat I 2011 menunjukkan bahwa prevalens rate ISPA pada batita 48,1. 15 6.2. Analisis Bivariat 6.2.1. Hubungan Umur dengan Kejadian ISPA Pada Bayi

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Pada Anak Balita Di Puskesmas Panyabungan Jae Kabupatenmandailing Natal Tahun 2014

0 53 122

Analisa Kecenderungan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Pada Bayi Dan Balita Tahun 2000-2004 Untuk Peramalan Pada Tahun 2005-2009 Di Kabupaten Simalungun

0 37 101

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUDONO 1 KABUPATEN BOYOLAL

0 2 16

PENDAHULUAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUDONO 1 KABUPATEN BOYOLALI.

0 1 8

DAFTAR PUSTAKA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUDONO 1 KABUPATEN BOYOLALI.

0 2 4

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009.

0 3 7

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WARA UTARA KOTA PALOPO | Karya Tulis Ilmiah

7 25 46

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WARA UTARA KOTA PALOPO | Karya Tulis Ilmiah

0 0 13

1 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MINANGA KOTA MANADO

0 0 10

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANGARIBUAN KABUPATEN TAPANULI UTARA TAHUN 2012 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan

0 0 16