Proporsi bayi yang menderita ISPA paling tinggi adalah bayi yang pendidikan ibunya tinggi 59,8 dibandingkan pendidikan ibu yang rendah 50.
Kemungkinan ibu yang berpendidikan tinggi adalah bekerja dan memiliki perekonomian yang lebih baik dibandingkan ibu yang berpendidikan rendah sehingga
kebanyakan di rumahnya memakai gaselpiji untuk memasak. Kebiasaan menggendong bayinya sewaktu memasak kemungkinan yang mengakibatkan
kejadian ISPA pada bayi tinggi dan kemungkinan pengetahuan ibu mengenai pengaruh asap dan uap gaselpiji pada pernapasan yang memicu terjadinya ISPA
masih kurang..
6.2.8. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kejadian ISPA Pada Bayi
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa proporsi ISPA pada bayi yang ibunya tidak bekerja atau hanya sebagai ibu rumah tangga yaitu 83,3 sedangkan
pada bayi yang ibunya sehari-hari bekerja yaitu 56,4 Tabel 5.21..
Universitas Sumatera Utara
Gambar 6.9. Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Pekerjaan Ibu Dengan Kejadian ISPA Pada Bayi di Wilayah Kerja Kerja Puskesmas
Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012
Analisis statistik uji Chi Square tidak dapat dilakukan karena ada 2 sel 50 expected count kurang dari 5, maka dilanjutkan dengan uji Fisher’s Exact Test
diperoleh nilai p = 0,396 p0,05 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan kejadian ISPA pada bayi di wilayah
kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2012. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Sirait di Kelurahan Mangga Kecamatan
Medan Tuntungan Tahun 2010 dengan desain cross sectional didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan kejadian ISPA pada balita, dengan nilai p
= 0,638 p0,05.
17
Ratio Prevalence ISPA pada bayi yang ibunya bekerja dan tidak bekerja adalah 0,677 dengan CI: 0,454-1,009. Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan ibu
Universitas Sumatera Utara
bukan sebagai faktor risiko kejadian ISPA pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2012.
Pada gambar dapat dilihat bahwa proporsi ISPA pada bayi yang ibunya tidak bekerja lebih tinggi 83,3 dibandingkan dengan bayi yang ibunya bekerja 56,4.
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena perawatan terhadap bayi yang ibunya bekerja lebih baik dibandingkan dengan bayi yang ibunya bekerja. Pekerjaan ibu rata-
rata adalah petani, meskipun demikian kemungkinan yang merawat anaknya selama ibunya bekerja di ladang adalah neneknya, dimana kemungkinan perhatian neneknya
jauh lebih baik dibandingkan ibu yang tidak bekerja.
6.2.9. Hubungan Ventilasi Rumah dengan Kejadian ISPA Pada Bayi
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa proporsi ISPA pada bayi yang tinggal dengan kondisi ventilasi rumah tidak baik yaitu 62,7, sedangkan pada
kondisi ventilasi rumah yang baik yaitu 51,2 Tabel 5.22..
Universitas Sumatera Utara
Gambar 6.10. Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Ventilasi Rumah Dengan Kejadian ISPA Pada Bayi di Wilayah Kerja Kerja Puskesmas
Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Chi Square diperoleh nilai p = 0,252 p0,05 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara
ventilasi rumah dengan kejadian ISPA pada bayi di wilayah kerja Puskesmas
Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2012.
Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Saputra di Kelurahan Jabungan Kecamatan Banyumanik Semarang tahun 2011 dengan desain cross sectional yang
menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara luas ventilasi rumah dengan kejadian ISPA pada balita, dengan nilai p = 0,014 p0,05.
31
Ratio Prevalence ISPA pada bayi yang tinggal di rumah yang ventilasinya tidak baik dan baik adalah 1,224 dengan CI: 0,856-1,751. Hal ini menunjukkan
bahwa ventilasi rumah bukan sebagai faktor risiko kejadian ISPA pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2012.
Universitas Sumatera Utara
Selain ventilasi rumah yang tidak baik faktor lain yang dapat menyebabkan ISPA dapat juga dilihat dari status imunisasinya, kepadatan hunian rumah, dan
pemakaian anti nyamuk. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena proporsi bayi yang ventilasi rumahnya tergolong tidak baik di wilayah kerja Puskesmas
Pangaribuan lebih banyak yang tidak mempunyai status imunisasi lengkap 61,0, hunian rumah tergolong padat 71,2, dan di rumahnya memakai anti nyamuk
84,7.
6.2.10. Hubungan Kepadatan Hunian Rumah dengan Kejadian ISPA Pada Bayi