Hasil Tahapan Perencanaan Rancangan Program Kampanye Bangga

belum terdapat kelompok perlindungan hutan sehingga yang terjadi adalah kawasan hutan Jantho dengan mudah dirusak oleh orang luar.

b. Kelompok Kontrol

Tidak berbeda dengan responden di desa target, sebagian besar responden 65 kelompok kontrol belum pernah membicarakan dampak menebang pohon di kawasan lindung dengan orang lain. Jika ada yang membicarakannya maka mereka memilih membicarakan dengan orang dekat seperti kawan atau tetangga atau pasangan. Tabel 13 Perilaku responden kelompok kontrol berkenaan dengan membicarakan dampak menebang pohon di kawasan hutan lindung n=102 Alternatif Jawaban Persentase Belum membicarakannya dengan siapa pun 65.7 Membicarakannya dengan suami istripasangan 12.7 Membicarakannya dengan keluarga langsung orang tua, anak-anak, mertuaipar 8.8 Membicarakannya dengan kawantetangga 22.5 Membicarakannya dengan pemuka desa atau pengusaha setempat 3.9

5.2. Rancangan Program Kampanye Bangga

5.2.1. Hasil Tahapan Perencanaan

Tujuan dari tahapan ini adalah mengumpulkan informasi secara lengkap tentang kawasan target sehingga berguna dalam merancang sebuah program Kampanye Bangga yang sesuai di kawasan target. Hasil dari setiap tahapan perencanaan Kampanye Bangga yang telah dijalankan adalah sebagai berikut: 1. Kajian Pustaka dan Analisa Kawasan Dalam tahapan ini telah terkumpul informasi tentang gambaran umum kawasan target yang disampaikan dalam bagian 3 tesis ini Kondisi Umum Lokasi Penelitian. Disamping itu juga telah dihasilkan sebuah matriks analisa stakeholder . Setelah dianalisa terdapat 30 stakeholder yang harus diundang dalam kegiatan pertemuan stakeholder. Para stakeholder berasal dari perangkat- perangkat desa di kawasan target seperti Geuchik Kepala Desa, Camat, Imum Mukim, Kelompok Pemuda, Kelompok PKK, Kelompok Tani, Tokoh Adat, Tokoh Agama, Instansi terkait seperti Dinas Kehutanan, BKSDA, Dinas Pendidikan, Dinas Peternakan; LSM lingkungan hidup; dan BRR Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi. Motif para stakeholder hadir dalam pertemuan stakeholder berbeda-beda. Diantaranya adalah motif pihak pemerintahan seperti kecamatan adalah sebagai tanggung jawab administratif dan ingin mendapatkan kepastian bahwa program Kampanye Bangga memiliki keuntungan bagi wilayahnya. Dinas terkait seperti Dinas Kehutanan dan BKSDA memiliki motif kehadiran karena adanya keterkaitan program sehingga dapat saling bekerjasama Lampiran 1. 2. Pertemuan Stakeholder Pertama Pertemuan stakeholder pertama dilaksanakan pada tanggal 30 September 2006 dan dihadiri oleh 16 orang stakeholder. Pertemuan ini menghasilkan sebuah model konseptual awal Lampiran 2, tabel peringkat ancaman dimana teridentifikasi bahwa prioritas ancaman di Hutan Saree dan Jantho Kawasan Ekosistem Seulawah adalah penebangan, kebakaran hutan, dan alih fungsi lahan. Dalam pertemuan ini juga para stakeholder mengajukan beberapa kandidat maskot bagi kegiatan Kampanye Bangga yaitu gajah sumatera, harimau sumatera, kedih, orang utan, dan badak sumatera. Beberapa pilihan slogan yang diajukan peserta pertemuan stakeholder adalah “Hutanku Hutanmu Jua, Selamatkan Dia”, “Menyelamatkan Seulawah Wujud Ibadahku”, “Lestari Hutanku Ada Di Tanganku”, “Hutan dan Air adalah Kehidupanku”. Pertemuan ini juga menetapkan rencana lokasi dan waktu pertemuan stakeholder kedua. Hasil kesepakatan bersama stakeholder pertemuan kedua dilaksanakan di Jantho setelah pelaksaaan Survei Pra Kampanye. Dalam pertemuan ini para stakeholder juga memberikan pendapatnya tentang pertemuan stakeholder. Menurut para stakeholder penggunaan kartu untuk menyampaikan ide cukup menarik karena memungkinkan peserta yang tidak punya keberanian berbicara di depan publik juga dapat menyampaikan pemikirannya. Model konseptual yang dikembangkan dalam pertemuan ini juga memungkinkan para stakeholder melihat kondisi di kawasan target dari berbagai sudut pandang. Hal menarik lainnya adalah penentuan maskot dan slogan yang dilakukan secara partisipatif. 3. Diskusi Kelompok Terfokus Focus Group Discussion a. Proses Diskusi Kelompok Terfokus FGD Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam pertemuan stakeholder maka dilaksanakan serangkaian diskusi kelompok terfokus yang mendiskusikan isu penebangan, kebakaran, dan alih fungsi lahan. Berdasarkan pertemuan stakeholder pertama maka dirancang kerangka perencanaan diskusi. Dalam kerangka perencanaan diskusi ditentukan 4 kelompok responden yaitu kelompok laki-laki berusia 25 – 40 tahun berprofesi sebagai petani dan pernah melakukan kegiatan penebangan yang mendiskusikan isu penebangan, kelompok laki-laki berusia 25 – 40 tahun berprofesi sebagai petani dan pernah melakukan kegiatan perburuan yang mendiskusikan isu kebakaran hutan, kelompok laki-laki berusia 25 – 40 tahun berprofesi sebagai petani dan pernah melakukan kegiatan pembukaan lahan yang mendiskusikan isu alih fungsi lahan; dan kelompok perempuan berusia 25 – 40 tahun berprofesi sebagai petani dan pernah melakukan kegiatan pembukaan lahan yang juga mendiskusikan isu alih fungsi lahan. Diskusi kelompok terfokus dilaksanakan di Saree dan Jantho pada tanggal 7 Oktober 2006. Setelah menghasilkan sebuah Kerangka Perencanaan FGD Final, tim yang bertindak sebagai penghubung peserta mulai menuju lokasi untuk menghubungi peserta. Diskusi ini telah diberitahukan melalui surat pemberitahuan kepada Camat Kota Jantho dengan tujuan agar pihak kecamatan dapat mengetahui proses terkini dari Kampanye Bangga di kecamatan mereka. Surat Pemberitahuan juga ditujukan kepada Geuchik Kepala Desa Jantho Baru. Mereka menjadi pihak yang sangat membantu dalam mencari orang-orang yang dapat diundang sesuai dengan kriteria peserta FGD yang telah ditetapkan. Proses identifikasi peserta ini akan sangat sulit tanpa bantuan pihak lokal seperti geuchik karena tim Kampanye Bangga belum tahu orang-orang yang pernah melakukan penebangan, pembakaran hutan, dan pembukaan lahan untuk pertanian. Dari diskusi dengan geuchik banyak diperoleh masukan diantaranya tenggat waktu antara mengundang dengan hari pelaksaan acara, sebagai contoh pihak pelaksana menghubungi peserta pada tanggal 4 dan 5 Oktober 2006 untuk diundang pada acara FGD tanggal 7 Oktober 2006, masukan dari mereka alangkah baiknya kalau diberitahukan seminggu sebelumnya. Proses mendatangi peserta dengan mendatangi langsung orang yang diundang dianggap sudah tepat oleh geuchik Jantho Baru. Proses menghubungi peserta dengan isu-isu sensitif seperti penebangan liar relatif tidak mudah karena bagi mereka pertemuan seperti ini harus menjamin mereka bahwa tidak diinterogasi, disalahkan lalu dimasukkan ke penjara. Penjelasan yang baik dari tim pelaksana membantu peserta merasa nyaman untuk membagi pengalaman hidup mereka dalam acara diskusi terfokus. Namun kekhawatiran itu tetap ada sehingga peserta FGD dari kelompok penebang hanya diwakili dari 3 orang peserta. b. Hasil Diskusi Kelompok Terfokus FGD Dari pertemuan diskusi kelompok terfokus, ada beberapa hal yang dapat dikemukakan disini, yaitu bagi masyarakt yang dirasa sebagai ancaman terbesar bagi kawasan hutan Jantho saat ini adalah kegiatan penebangan. Masyarakat umumnya sepakat bahwa kegiatan ini sangat berpengaruh cepat terhadap ketersediaan air, seperti yang diutarakan oleh salah seorang peserta dari kelompok ibu-ibu petani: ”... salah satu mata pencaharian kami ya bertani, tapi kalau kemarau kami nggak bisa bekerja, salah satu pilihannya ya hutan kita jaga, jangan ditebang lagi biar hutannya bisa menampung air hujan” , demikian juga yang diutarakan oleh seorang peserta dari kelompok petani:”... air yang paling bermasalah, bisa jadi karena penebangan liar airnya jadi berkurang” . Hal yang sama juga diungkapkan oleh anggota dari kelompok pembakar lahan hutan:” ... jika hutan ditebang terus, dibakar terus, kita bisa-bisa gak ada air lagi. Kita bisa- bisa pindah dari sini” dan serupa seperti yang disampaikan anggota dari kelompok penebang kayu: ”...O, pasti kalau menebang terus mata air kering, musibah”. Pembukaan lahan dilakukan untuk mencari tanah yang subur sehingga kualitas hasil pertanian lebih baik. Seperti dinyatakan oleh seorang peserta: “Lahan baru itu kan lebih banyak humusnya jadi tanah itu lebih subur jika dibandingkan lahan yang sudah berkali-kali dipakai untuk menanam ”, “... lahan lama kita tinggalkan dulu sampai kembali berhutan dan kita buka kembali ”. Orang membakar hutan untuk berburu karena hasil buruan dapat diperoleh lebih cepat dibandingkan memakai jerat. Seperti yang dikemukakan oleh peserta diskusi: “...kalau kita pakai jerat itu lama sekali karena rusa susah untuk mendekati karena penciumannya tajam beda kalau dibakar dulu lalu tumbuh rumput muda 2 hari rusa sudah datang ”. Sedangkan yang mendorong orang untuk melakukan hal-hal yang merusak hutan Jantho adalah keuntungan ekonomi. Umumnya, pekerjaan utama masyarakat adalah bertani dan kegiatan menebang dan berburu adalah pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan. Jadi mereka membutuhkan bantuan modal untuk pertanian. Hal ini dikemukan oleh peserta diskusi terfokus: “... itu kan masalah ekonomi misalnya saya memberi uang untuk masyarakat maka masyarakat akan menebang”. Pengetahuan yang dibutuhkan masyarakat juga umumnya adalah pengetahuan yang berhubungan dengan pertanian baik itu pemupukan, waktu tanam, cara-cara melindungi ternak dan tanaman dari gangguan satwa liar atau pemasaran hasil produksi sehingga hutan sebagai penjaga ketersediaan air tidak beresiko dirusak oleh masyarakat sekitar hutan . Faktor yang menjadi penghalang masyarakat untuk melakukan hal-hal positif dalam menjaga kelestarian hutan Jantho adalah rasa takut terhadap kekuatan bersenjata baik militer maupun GAM dan kurangnya modal untuk melakukan usaha lain yang lebih menjaga kelestarian hutan. Peserta dari kelompok penebang menyatakan bahwa: “... penebangan liar ini tidak hanya didasari oleh ekonomi tetapi juga hal ini dipengaruhi oleh adanya pihak-pihak yang mendukung dan orang-orang itu militer dan pejabat punya pengaruh kuat ” Masyarakat merasakan bahwa perbedaan yang sangat nyata adalah perubahan cuaca dimana kalau sekitar sepuluh tahun yang lalu udara masih sejuk, sedangkan saat ini suhu udara jauh lebih panas. Sebagian besar kerusakan Jantho bukan disebabkan masyarakat lokal tetapi disebabkan oleh pihak-pihak di luar masyarakat. Masyarakat lebih banyak memanfaatkan hutan adat yang memang legal untuk dikelola. Menurut peserta diskusi: “... kalau penebangan liar, dunia sudah tahu cuma nggak berani ngomong, TNI nebang masyarakat nggak berani ngomong, geuchik nebang, GAM nebang, masyarakat ya nggak berani ngomong, contohnya TNI datang Memperagakan memegang senjata siapa coba yang berani? ” Masyarakat pada dasarnya merasa tidak berdaya, karena praktek penebangan liar ini. Seperti yang diutarakan oleh salah seorang peserta: “... orang Dinas Kehutanan itu suruh turun, apa juga kerja orang-orang itu, orang itu yang makan gaji, orang itu yang ambil manfaat hutan, kenapa suruh masyarakat yang jaga hutan?Apa juga kerja orang itu, saya pun mau kerja di Dinas Kehutanan ”. Khusus masyarakat di Jantho terungkap dari diskusi kelompok terfokus bahwa mereka semakin khawatir dengan ketersediaan sumber air bersih terutama saat musim kemarau serta khawatir dengan semakin seringnya satwa liar turun ke kampung mereka serta memangsa ternak milik warga desa yang tinggal di sekitar hutan Jantho. 4. Survei Pra Kampanye a. Proses Survei Informasi yang diperoleh dari studi pustaka, pertemuan stakeholder pertama; dan diskusi kelompok terfokus maka dirancanglah daftar pertanyaan survei Lampiran 10. Kuesioner yang didesain untuk survei pra kampanye berisi 34 pertanyaan yang terdiri dari pertanyaan mengenai informasi umum responden, psikografi, pengetahuan, sikap, dan praktek masyarakat serta pertanyaan hubungan kesehatan dengan kondisi lingkungan. Informasi ini membantu dalam memilih media dan saluran komunikasi dalam kegiatan Kampanye Bangga. Dalam survei ini, 21 orang enumerator yang dibagi ke dalam 5 tim dikerahkan. Para enumerator dilatih selama satu hari di sekretariat Yayasan Mapayah. Umumnya enumerator adalah kalangan mahasiswa yang menjadi tenaga relawan dan beberapa diantaranya sudah pernah menjadi enumerator survei sosial. Jumlah kuesioner yang disebarkan di Kecamatan Kota Jantho adalah 200 eksemplar. Survei pra kampanye dilaksanakan selama tiga hari dari tanggal 22–24 November 2006 di 13 desa. Kegiatan survei ini sebelumnya diberitahukan kepada Camat dan Geuchiek di daerah target. Data kuesioner yang valid dan diisikan ke dalam program SurveyPro adalah sebanyak 183 buah. Jumlah ini merupakan hasil penghitungan statistik untuk jumlah total populasi target sebesar 9010 jiwa dengan selang kepercayaan Level of Confident 95 dan tingkat interval Interval Level 5. b. Hasil Survei Hasil dari survei memberikan gambaran yang lebih spesifik tentang mayarakat target. Hasil survei digunakan untuk menentukan saluran-saluran komunikasi yang digunakan dalam kegiatan Kampanye Bangga dan media-media yang sesuai dengan kondisi masyarakat target Lihat bagian 5.1 tentang Deskripsi Responden. Disamping itu, berdasarkan hasil survei maka pesan-pesan kunci kampanye lebih diarahkan kepada nilai penting hutan sebagai sumber air dan habitat harimau sumatera serta menumbuhkan semangat kebersamaan dalam melestarikan hutan. Implikasinya jika hutan diselamatkan untuk mempertahankan sumber air maka hutan sebagai habitat harimau sumatera juga terjaga. Dari survei juga diketahui bahwa satwa kebanggaan masyarakat lokal adalah gajah sumatera 61.25 dengan slogan terpilih 39.15 responden ”Hutanku Hutanmu Jua, Selamatkan Dia” . Dalam tahapan berperilaku maka hasil survei menunjukkan bahwa masyarakat Jantho berada dalam tahapan persiapan yang artinya masyarakat sudah memiliki pengetahuan yang cukup baik namun belum melakukan aksi nyata untuk melestarikan kawasan hutan sebagai sumber air mereka. 5. Pertemuan Stakeholder Kedua Pertemuan stakeholder kedua dilaksanakan di Balai Desa Jantho Baru pada tanggal 22 Februari 2007. Pertemuan ini dihadiri oleh 22 orang stakeholder yang berasal dari instansi terkait, lembaga swadaya masyarakat, kelompok pemuda, kelompok perempuan, tokoh adat, tokoh agama; dan tokoh gampong. Sebagian dari peserta stakeholder kedua adalah peserta dalam pertemuan stakeholder pertama. Dalam pertemuan ini model konseptual awal direvisi kembali dengan menambahkan informasi yang diperoleh dalam diskusi kelompok terfokus dan survei pra kampanye. Hasilnya adalah model konseptual final yang dapat dilihat dalam Lampiran 3. Pertemuan ini juga mendiskusikan bentuk-bentuk kegiatan yang fokus pada pencapaian sasaran-sasaran kampanye. 6. Menetapkan Sasaran SMART Dengan menggunakan semua informasi yang diperoleh dalam tahapan sebelumnya maka dikembangkanlah sasaran-sasaran Kampanye Bangga. Sasaran umum Kampanye Bangga adalah: Sasaran yang dihasilkan untuk Kampanye Bangga di kecamatan target adalah: 1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat lokal dalam tata kelola sumber daya hutan yang lestari berkesinambungan. 2. Meningkatkan kapasitas dan keterampilan masyarakat lokal sehingga mampu berperan strategis dalam upaya penanggulangan masalah-masalah lingkungan hidup seperti penebangan liar, perburuan liar, konflik satwa dan ketersediaan sumber air. 3. Terbentuknya konstituen yang mampu menghalangi upaya-upaya perusakan Kawasan Ekosistem Seulawah. Untuk memastikan bahwa ketiga sasaran di atas dapat tercapai, maka ketiga sasaran tersebut kemudian dioperasionalkan ke dalam empat buah sasaran antara intermediate objective sebagai berikut: 1 Di bulan ke 12 program, ada kesepakatan pengelolaan hutan bersama antara masyarakat di setidaknya 2 desa di Kecamatan Jantho dengan instansi terkait mengenai pengelolaan hutan lindung Jantho seluas 28.043 hektar sehingga dapat menekan kejadian konflik satwa manusia sampai di bawah 10 kali per tahun. 2 Pada akhir program, petani di kedua kecamatan target yang tidak tahu tentang hubungan hutan yang sehat dengan ketersediaan air bersih menurun dari 22 menjadi 5. 3 Di bulan ke 12 program, 50 petani di kedua kecamatan target mengatakan mudah untuk bersama-sama menjaga kelestarian hutan demi menjamin ketersediaan air bersih. 7. Mengembangkan kegiatan dalam Kampanye Bangga. Kegiatan yang dikembangkan adalah kegiatan-kegiatan yang telah terbukti efektif mempengaruhi sisi kognitif, afektif, psikomotorik, dan tidak bertentangan dengan budaya masyarakat target. Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan-kegiatan yang telah pernah dilakukan dalam kegiatan Kampanye Bangga di tempat lain seperti distribusi poster, stiker, lembar dakwah, kalender, pin, lagu konservasi anak, lagu konservasi populer, komik, kunjungan sekolah, sandiwara panggung boneka, kontes masak, festival hutan, dan baliho. Namun beberapa kegiatan lainnya adalah kegiatan yang dirancang sesuai dengan karakteristik masyarakat target seperti fasilitasi kesepakatan pengelolaan hutan bersama, penyuluhan ternak, ceramah akbar, distribusi kantong belanja, lomba da’i konservasi, dan lomba cipta puisi. Kegiatan ditujukan sesuai dengan kelompok sasaran segmentasi. Dalam Tabel 14 dapat dilihat pengembangan kegiatan dan materi sesuai dengan kelompok sasaran. Tabel 14 Bentuk-bentuk pendekatan dalam Kampanye Bangga No. Kelompok Sasaran Materi Komunikasi Bentuk kegiatan 1. Anak-anak Lagu konservasi anak, Komik, Poster, Lembar fakta, Pin, Puzzle, Panggung boneka. Kunjungan sekolah, Sandiwara panggung boneka, Lomba cipta puisi, Festival hutan. 2. Remaja Lagu konservasi populer, Kalender, Lembar fakta, Poster, Pin. Pembuatan lagu konservasi populer, pembentukan kelompok pecinta alam, lomba da’i konservasi. 3. Perempuan Dewasa Poster, Lembar fakta, Buletin perempuan, Pin, Kantong belanja Kalender. Lomba masak, workshop guru, pengajian. 4. Laki-laki Dewasa Poster, Lembar fakta, Lembar dakwah, buklet. Workshop kesepakatan pemgelolaan hutan, penyuluhan ternak intensifikasi, workshop para ulama, workshop guru, pengajian. 5. Umum Poster, Lagu konservasi populer, Pemutaran film, Baliho. Distribusi poster, distribusi lagu konservasi populer, dan pemasangan baliho. Materi komunikasi tidak hanya disampaikan oleh manajer kampanye tetapi juga menggunakan saluran-saluran komunikasi terpercaya hasil survei pra kampanye yaitu tokoh agama, guru, dan anggota keluarga di rumah. Setiap kegiatan yang dipilih harus memiliki asumsi yang kuat. Bentuk kegiatan kampanye yang dikembangkan dapat dilihat dalam Lampiran 4. 8. Menyusun Rencana Kerja Hasil akhir dari tahapan perencanaan adalah sebuah dokumen lengkap rencana kerja yang menjadi landasan bagi pelaksanaan Kampanye Bangga selam 1 tahun. Semua kegiatan yang dilakukan memiliki landasan yang kuat dan memiliki arahan untuk mencapai tujuan tertentu bagi perubahan perilaku masyarakat target. Dokumen rencana kerja terdiri dari: 1 Bagian pendahuluan yang menjelaskan profil kawasan target Kampanye Bangga. 2 Proses dan hasil pertemuan stakeholder. 3 Proses dan hasil diskusi terfokus. 4 Proses dan hasil survei pra kampanye. 5 Model konseptual. 6 Sasaran-sasaran SMART. 7 Bentuk-bentuk kegiatan yang lengkap dengan asumsi, penanggung jawab kegiatan, waktu pelaksanaan kegiatan, syarat dasar yang diperlukan. 8 Strategi monitoring 9 Kalender kegiatan 5.2.2. Materi Komunikasi Dengan memperhatikan karakteristik masyarakat target maka digunakan beberapa materi komunikasi untuk menyampaikan pesan-pesan kunci kampanye. Pesan kunci dipilih secara hati-hati dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat target. Dalam setiap materi kampanye muncul maskot pilihan masyarakat yaitu Gajah Sumatera dan slogan pilihan masyarakat yaitu “Hutanku Hutanmu Jua, Selamatkan Dia”. Pesan kunci yang digunakan adalah mengenai kebersamaan mengelola hutan demi terjaminnya sumber air bersih bagi kehidupan. 1. Poster Proses desain poster dilakukan pada periode awal kampanye. Poster dengan gambar gajah sumatera sebagai maskot Kampanye Bangga di Kawasan Hutan Jantho merupakan materi komunikasi untuk menyampaikan pesan kunci kampanye. Pesan yang disampaikan adalah mengenai kebersamaan melestarikan hutan terkait fungsi hutan sebagai penjamin ketersediaan air bersih serta habitat bagi harimau sumatera. Poster ini disebarkan dan ditempelkan di tempat-tempat umum seperti pasar tradisional, warung kopi, sekolah, warung-warung kecil di kampung, sekolah, dan pinggir jalan. Poster juga digunakan sebagai media dalam membuka diskusi bersama masyarakat misalnya dalam kegiatan pertemuan dengan para ulama, para guru SD, kontes masak, pembuatan lagu konservasi, dan kegiatan penjangkauan lainnya. Gambar poster dapat dilihat dalam gambar 6. Gambar 6 Poster 2. Pin Materi komunikasi yang juga digunakan adalah pin. Pin dicetak pada periode awal kampanye. Pin dengan gambar Gajah Sumatera dan bertuliskan slogan kampanye “Hutanku Hutanmu Jua, Selamatkan Dia” digunakan dalam berbagai kegiatan kampanye. Dalam kegiatan kunjungan sekolah, pin diberikan sebagai hadiah bagi para siswa yang mampu menjawab pertanyaan seputar hutan di sekitar mereka. Dalam kegiatan perlombaan, pin menjadi hadiah tambahan bagi para pemenang. Pemberian pin dalam kegiatan kampanye mendapat respon yang luar biasa. Semua kelompok usia, baik anak-anak, remaja maupun dewasa sangat menyukai pin. Di tengah tren di kalangan anak-anak dan remaja untuk menggunakan pin di tas, sepatu atau baju mereka maka pin gajah sumatera sangat membuat mereka bangga karena pin ini istimewa. Istimewa karena tidak dijual bebas, dan diperoleh melalui sebuah usaha seperti menjawab pertanyaan kuis atau karena ikut dalam kegiatan kampanye. Gambar pin dapat dilihat dalam gambar 7. Gambar 7 Pin 3. Lembar Fakta Melalui lembar fakta masyarakat mendapatkan informasi yang lebih banyak tentang isu konservasi. Isi lembar fakta disesuaikan dengan pesan kunci kampanye. Lembar fakta berisikan informasi tentang fungsi hutan sebagai penyedia air dan udara bersih, sebagai habitat gajah sumatera dan harimau sumatera dan ditutup dengan ajakan untuk melakukan hal-hal sederhana untuk melestarikan hutan dan beradaptasi dengan perubahan ekosistem akibat degradasi hutan di sekitar mereka. Sebelum dicetak, lembar fakta telah diuji cobakan pada beberapa orang masyarakat target sebagai contoh. Masyarakat target yang memilih warna, jenis dan ukuran huruf, dan juga memberikan masukan untuk isi dan juga desain. Lembar fakta didistribusikan melalui kegiatan-kegiatan diskusi serta menjadi alat pembuka diskusi seperti dalam kegiatan diskusi bersama perempuan, anak-anak, remaja dan laki-laki dewasa. Bahasa yang sederhana membuat masyarakat mudah menangkap informasi yang disampaikan dalam lembar fakta. Gambar lembar fakta dapat dilihat dalam gambar 8. Gambar 8 Lembar Fakta 4. Lembar Dakwah Untuk masuk dalam kegiatan keagamaan dirancang juga materi komunikasi lainnya seperti lembar dakwah. Proses pembuatan lembar dakwah dilakukan melalui pertemuan dengan para ulama dari kecamatan target. Setelah serangkaian diskusi dengan para ulama dan memastikan para ulama memahami pesan kunci kampanye maka kemudian isi lembar dakwah dikembangkan oleh ulama setempat. Isi lembar dakwah berisikan informasi tentang konservasi dalam perspektif keislaman. Bahasa yang digunakan juga bahasa sederhana dan menghindari istilah yang sulit dipahami. Sebelum dicetak lembar dakwah dikonsultasikan kembali dengan ulama setempat. Lembar dakwah didistribusikan melalui mesjid dalam kegiatan “Sholat Jumat”. Gambar lembar dakwah dapat dilihat dalam gambar 9. Gambar 9 Lembar Dakwah 5. Kostum Kostum gajah sumatera betina bernama “Po Meurah” selalu mendapatkan sambutan luar biasa dalam kegiatan kampanye dari berbagai kelompok usia. Kostum ini dijahit oleh penjahit lokal selama kurang lebih satu bulan. Kostum Po Meurah hadir dalam berbagai kegiatan kampanye seperti kunjungan sekolah, kontes masak, pameran lingkungan hidup, perayaan Hari Anak Nasional, dan Festival Hutan. Masyarakat merasa senang karena seperti melihat gajah dalam jarak dekat. Kehadiran kostum Po Meurah juga membangun emosi kebanggaan dan kecintaan terhadap satwa ini. Mereka bisa memegang, memeluk, bersalaman, dan berfoto bersama tokoh Po Meurah dengan rasa senang. Anak-anak memanggil Po Meurah sambil menjerit-jerit kegirangan walaupun ada beberapa anak yang masih takut. Di akhir periode kampanye kostum diserahkan kepada pihak sekolah untuk dapat dihadirkan dalam berbagai kegiatan lainnya di sekolah. Kostum dapat dilihat dalam gambar 10 . Gambar 10 Kostum 6. Kantong Belanja Pada sisi depan kantong menampilkan gambar yang persis dengan poster dimana ada gambar gajah sumatera dan pesan kunci kampanye. Pada sisi belakang menampilkan informasi tentang cara sederhana terlibat dalam kegiatan pelestarian hutan. Kantong plastik ini dibagikan pada para pedagang yang ada di dua kecamatan target. Para pedagang sangat senang karena mendapat kantong plastik secara gratis dan dapat mereka bagikan lagi pada para pembeli. Kantong plastik ini juga mampu memancing diskusi tentang isu konservasi di kalangan masyarakat. Kantong plastik ini terlihat dipakai masyarakat bukan hanya untuk membawa belanjaan tetapi untuk membawa perlengkapan sholat ketika ke mesjid. Kantong belanja dapat dilihat dalam gambar 11. Gambar 11 Kantong Belanja 7. Kalender Untuk memastikan pesan kampanye dapat diingat dalam waktu yang lebih lama maka dicetak juga materi kalender 2008. Asumsinya adalah masyarakat target dapat melihat materi ini selama satu tahun sehingga minimal dalam waktu satu tahun setelah kampanye, pesan-pesan kunci masih diingat. Kalender dibagikan ke masyarakat melalui kegiatan diskusi masyarakat , penyuluhan ternak dan kegiatan pemutaran film. Kalender 2008 dapat dilihat dalam gambar 12. Gambar 12 Kalender 8. Komik Komik diproduksi untuk digunakan dalam kegiatan kunjungan sekolah. Naskah komik diadopsi dari naskah sandiwara panggung boneka. Komik lingkungan ini dibagikan ke sekolah-sekolah dasar yang ada di kecamatan target. Anak-anak akan menyukai komik karena banyak gambar yang bisa dilihat. Selain memasukkan pesa-pesan kunci dalam cerita komik ini, disediakn juga lembar untuk mewarnai bagi anak-anak. Semua karakter dan gambar dalam komik ini disesuaikan dengan kondisi lokal sehingga ada kedekatan dengan pembaca komik. Gambar sampul komik dapat dilihat dalam gambar 13. Gambar 13 Komik 9. Album Lagu Konservasi Populer Lagu adalah media penyampai pesan yang efektif karena hampir semua orang suka mendengarkan lagu dan lagu bisa didengarkan kapan saja. Untuk menghasilkan lagu konservasi populer, tim menghubungi pihak sekolah menengah atas untuk mencarikan murid yang memiliki bakat seni. Tim menghubungi 3 SMA yang ada di kecamatan target. Tiap sekolah mengirimkan 4 orang siswa sehingga pada awalnya ada 12 orang siswa yang terlibat dalam proses pembuatan lagu. Setelah terkumpul para siswa diajak mendiskusikan informasi yang ada dalam lembar fakta. Setelah berdiskusi para siswa diberi kesempatan untuk menuliskan lagu mengenai ajakan untuk melestarikan hutan yang ada di sekitar mereka. Pada pertemuan selanjutnya para siswa telah memiliki draft lagu dan mulai membuat lirik untuk lagu mereka. Siswa yang terlibat pembuatan lagu dilibatkan juga dalam kegiatan kampanye lainnya sehingga mereka berkesempatan mendapatkan informasi lebih banyak tentang isu-isu konservasi. Setelah memiliki 4 buah lagu konservasi yang terdiri dari 2 versi yaitu dangdut aceh dan pop Indonesia, siswa diajak membuat demo lagu. Setelah pembuatan demo, 10 orang siswa dengan didampingi perwakilan gurunya melakukan rekaman album di Banda Aceh selama 2 hari. Proses perbanyakan album sedikit terhambat karena kerusakan beberapa alat di studio rekaman. Album lagu konservasi populer bertajuk “Hutanku Hutanmu Jua, Selamatkan Dia” mampu diselesaikan di akhir periode kampanyeTarget utama penyebaran adalah sekolah, tansportasi umum, dan tempat-tempat umum seperti warung kopi. Siswa yang terlibat pembuatan lagu menjadi saluran penyampai pesan yang efektif bagi teman sebaya dan keluarga mereka. Foto proses pembuatan lagu dan album kaset dapat dilihat dalam gambar 14. Gambar 14 Proses rekaman dan album lagu konservasi populer

5.2.3. Bentuk Kegiatan