5.3. Deskripsi Umum Masyarakat Target Pasca Kampanye Bangga
5.3.1. Pengetahuan Responden
Hasil survei menunjukkan bahwa telah terjadi beberapa perubahan pengetahuan di masyarakat sasaran. Dari gambar dapat dilihat bahwa petani dan
masyarakat sasaran telah mengalami perbaikan pengetahuan tentang hubungan hutan yang sehat dengan ketersediaan air bersih.
Gambar 24 Perubahan pengetahuan petani mengenai hubungan hutan dan ketersediaan air, sebelum dan setelah Kampanye Bangga.
Sebelum kampanye dilaksanakan masih ada 22 petani yang belum mengetahui hubungan hutan yang sehat dengan ketersediaan air bersih namun di
akhir periode satu tahun kampanye angka ini menurun sebesar 12.4 menjadi 9.6.
Perubahan pengetahuan juga terjadi pada seluruh responden sebesar 11.6 dari 17.6 yang tidak tahu hubungan hutan yang sehat dengan ketersediaan air
bersih menjadi 6. Kegiatan Kampanye Bangga tidak hanya dikhususkan untuk menjangkau kelompok petani meskipun petani adalah aktor utama dari kampanye
ini. Kampanye Bangga juga menjangkau kelompok anak-anak, pelajar, dan ibu- ibu sehingga dampaknya adalah tidak hanya petani yang meningkat
pengetahuannya namun juga kelompok masyarakat lain di daerah target.
Tidak Tahu Hubungan Hutan dengan Ketersediaan Air Bersih
22 9,60
5 10
15 20
25
Sebelum Sesudah
Tidak Tahu
Gambar 25 Perubahan pengetahuan seluruh responden mengenai hubungan hutan dan ketersediaan air, sebelum dan setelah Kampanye Bangga n=183
Disamping itu, selama pengumpulan data sebelum Kampanye Bangga dilaksanakan diperoleh informasi bahwa masyarakat di Kecamatan Kota Jantho
sangat terganggu dengan seringnya harimau sumatera turun ke kampung dan mengganggu ternak milik warga desa. Namun masih ada 30 masyarakat Kota
Jantho yang tidak mengetahui penyebab harimau semakin turun ke desa mereka. Oleh karena itu Kampanye Bangga yang dilaksanakan mencoba mendorong
peningkatan pengetahuan tentang manfaat hutan sebagi habitat harimau sumatera. penyebab harimau semakin turun ke kampung melalui berbagai kegiatan
penjangkauan. Hasilnya di akhir periode kampanye hanya tinggal 4.6 masyarakat Kecamatan Jantho yang tidak mengetahui penyebab semakin
seringnya harimau turun ke kampung.
Gambar 26 Perubahan pengetahuan mengenai penyebab harimau semakin sering turun ke permukiman n=183.
Tidak Tahu Hubungan Hutan dengan Ketersediaan Air Bersih
18
6,00 5
10 15
20
Sebelum Sesudah
Tidak Tahu
Tidak Tahu Penyebab Harimau Sering Turun Kampung
30
4,60 5
10 15
20 25
30 35
Sebelum Sesudah
Tidak Tahu
Dalam Soekanto 2003 dijelaskan bahwa pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya. Pengetahuan
tersebut diperoleh melalui kenyataan fakta, dengan melihat dan mendengar sendiri serta melalui alat-alat komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi dan
lain-lain. Pengetahuan tersebut dapat juga diperoleh sebagai akibat dari hubungan dengan orang tua, kakak, adik, tetangga, kawan sekolah, dan lain-lain.
Jika dikaitkan dengan pendekatan Kampanye Bangga maka peningkatan pengetahuan yang terjadi pada masyarakat target diduga karena masyarakat telah
mendapat informasi dari berbagai pendekatan dalam Kampanye Bangga seperti poster, lembar fakta, lembar dakwah, lomba masak, penyuluhan, pembuatan lagu,
festival hutan, kunjungan sekolah, lokakarya guru, lokakarya perlindungan mata air.
Pendekatan yang dilakukan dalam Kampanye Bangga mengandung aspek komunikasi massa dan aspek komunikasi interpersonal. Pesan-pesan kunci dalam
Kampanye Bangga tidak hanya dikomunikasikan melalui media komunikasi massa tetapi juga ditempuh melalui komunikasi interpersonal. Hal ini yang juga
yang diduga membuat Kampanye Bangga efektif dalam mendorong peningkatan pengetahuan. Sebagai contoh adalah penyebaran pesan kunci melalui poster.
Poster ditempel di tempat-tempat umum sehingga khalayak dapat mengetahui pesan kunci kampanye. Menurut Rakhmat 2003 komunikasi yang disampaikan
kepada sejumlah khalayak yang tersebar dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat
disebut dengan komunikasi massa. Dalam Kampanye Bangga, poster tidak hanya menjadi media komunikasi massa tetapi juga menjadi alat untuk melakukan
komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi tatap muka dimana model komunikasi ini penting dan efektif bagi masyarakat dalam
tahapan persuasi dan pengambilan keputusan Rakhmat 2003 atau komunikasi interpersonal efektif dalam tahapan kontemplasi dan preparasi Rogers 1995.
Melalui diskusi tatap muka khalayak berkesempatan untuk mendiskusikan lebih mendalam tentang pesan kunci yang terdapat dalam poster. Media massa relatif
lebih penting bagi tahapan pengetahuan, serta komunikasi interpersonal lebih penting dalam tahapan persuasi dan proses pengambilan keputusan Rogers 1995.
Dalam program Kampanye Bangga, manajer kampanye juga mengkomunikasikan nilai penting hutan sebagai daerah tangkapan air dan sebagai
habitat berbagai satwa langka seperti harimau sumatera. Untuk mendukung konservasi harimau sumatera masyarakat didorong untuk berpartisipasi
menyelamatkan hutan melalui isu air. Hal ini didasari pada konsep bahwa manusia adalah hewan yang memiliki naluri dasar yang mengendalikan dan
mengarahkan perilakunya agar dapat bertahan dari segala ancaman seperti kelaparan, kekeringan, mempertahankan diri dari serangan luar Sarwono 2002,
jadi manusia adalah makhluk egosentrisme yaitu hanya mementingkan diri sendiri dan menganggap manusia lebih penting dari makhluk yang lain Harini, 2000.
Banyak kegiatan konservasi yang membawa isu penyelamatan satwa langka memberi kesan bahwa konservasi lebih mementingkan kehidupan satwa
langka daripada manusia sehingga menimbulkan persepsi negatif dari masyarakat. Untuk itu meskipun ditujukan untuk konservasi harimau sumatera, pesan-pesan
kunci dalam Kampanye Bangga yang dilaksanakan di Jantho tidak semata-mata hanya ditujukan untuk melindungi harimau sumatera tetapi juga untuk
menyelamatkan manusia. Pesan-pesan kunci juga menyampaikan tentang penyelamatan hutan untuk sumber air bersih. Air adalah kebutuhan dasar manusia
dan ketika manusia mulai merasa ada masalah dengan ketersediaan air bersih maka lebih mudah menyampaikan pesan-pesan perlindungan hutan. Oleh karena
itu kegiatan Kampanye Bangga dapat berjalan efektif karena kegiatan ini dikaitkan langsung dengan kebutuhan manusia. Ketika masyarakat melindungi
hutan untuk mempertahankan sumber air mereka maka implikasinya adalah masyarakat juga telah melindungi habitat harimau sumatera.
Dalam komunikasi memperhatikan kondisi khalayak target sangat penting karena menurut Sarwono 2002 dalam komunikasi dibutuhkan rasa saling
percaya, saling terbuka, dan saling suka antara kedua pihak. Jika kita tidak memperhatikan hal ini maka yang ditimbulkan adalah persepsi negatif. Persepsi
negatif mengakibatkan proses penyampaian pesan kunci tidak berjalan efektif.
Dalam komunikasi yang penting bukan hanya pesan semata tetapi arti dari pesan itu sendiri. Dalam komunikasi juga dibutuhkan niat, kehendak, dan intensi dari
kedua pihak. Intensi untuk saling berkomunikasi akan mempercepat proses guna mencapai saling pengertian secara kognitif dalam komunikasi antar pribadi.
Untuk mencapai perubahan perilaku Kampanye Bangga berusaha untuk meningkatkan dulu pengetahuan masyarakat sasarannya karena menurut sarwono
2002 kognisi adalah bagian dari jiwa manusia yang mengolah informasi, pengetahuan, pengalaman, dorongan, perasaan, dan sebagainya baik yang datang
dari dalam maupun dari luar sehingga terjadi simpulan-simpulan yang akhirnya menghasilkan perilaku. Menurut Teori Lewin, perilaku behavior adalah fungsi
dari keadaan pribadi dan lingkungan B= P+E. Menurut Teori Psikologi Kognitif, semua informasi yang masuk diproses dalam kognisi manusia sebelum
akhirnya dijadikan keputusan, simpulan, pandangan, sikap atau perilaku. Disamping itu kognitif dapat mempengaruhi afek sebagai rangsang dari dalam
stimulus.
5.3.2. Sikap Responden