BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Dalam era globalisasi dan perkembangan teknologi di masa sekarang menuntut kemampuan perusahaan bersaing dalam industri yang sangat kompetitif.
Perusahaan didirikan dengan tujuan untuk menghasilkan laba. Bagi perusahaan yang masuk dalam Bursa Efek, kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
merupakan salah satu indikator penting bagi investor untuk dapat melakukan investasi. Tujuan investor melakukan investasi adalah untuk memperoleh return
atas investasi yang dilakukannya. Sehingga kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dapat menjadi suatu pertimbangan bagi investor dalam
melakukan investasi. Perusahaan mempunyai kepentingan untuk meyakinkan para investor agar
tertarik melakukan investasi. Hal ini disebabkan dalam kegiatan operasional perusahaan, perusahaan memerlukan dana ataupun modal dengan jumlah yang
tidak sedikit. Menurut Riyanto 2001:209, bahwa pemenuhan dana tersebut berasal dari sumber intern internal source maupun dari sumber ekstern external
source. Dana yang berasal dari sumber intern adalah dana yang terbentuk atau dihasilkan oleh perusahaan sendiri yaitu laba ditahan retained earnings dan
depresiasi depreciations. Sedangkan dana yang diperoleh dari sumber eksternal
Universitas Sumatera Utara
adalah dana yang berasal dari kreditur, pemilik dan pengambil bagian dalam perusahaan.
Struktur modal menurut Fahmi 2012:184 yaitu gambaran dari bentuk proporsi finansial perusahaan yaitu antara modal yang dimiliki yang bersumber
dari utang jangka panjang long-term liabilities dan modal sendiri shareholder’s equity yang menjadi sumber pembiayaan suatu perusahaan. Masalah struktur
modal merupakan masalah yang penting bagi setiap perusahaan, karena tinggi rendahnya struktur modal suatu perusahaan akan mencerminkan bagaimana posisi
keuangan perusahaan tersebut. Manajer keuangan dituntut untuk mampu menciptakan kebijakan keuangan perusahaan yang biasa dikenal dengan kebijakan
struktur modal. Menurut Keown 2010:4, kebijakan keuangan perusahaan yakni kebijakan yang menyangkut sumber keuangan yang direncanakan untuk
digunakan serta campuran proporsi penggunaannya mengatur penggunaan uang dan pendanaan. Campuran dari hutang dan ekuitas yang digunakan perusahaan
dapat mempengaruhi biaya modal perusahaan. Menurut Agus Sartono 1998:217, biaya modal adalah biaya yang harus
dikeluarkan atau harus dibayar untuk mendapatkan modal baik yang berasal dari hutang, saham preferen, saham biasa maupun laba ditahan untuk membiayai
investasi perusahaan. Ketika manajer menggunakan hutang maka akan timbul biaya modal sebesar beban bunga yang disyaratkan oleh kredit. Namun apabila
manajer menggunakan dana internal maka akan timbul opportunity cost dari dana yang dikeluarkan. Keputusan pendanaan atau struktur modal yang tidak cermat
akan berpengaruh langsung terhadap penurunan profitabilitas perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal pada suatu perusahaan, Brigham dan Weston 2005:475 menyatakan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi struktur modal adalah tingkat pertumbuhan, penjualan, struktur aktiva, sikap manajemen, sikap kreditur, pajak, profitabilitas, kondisi
pasar dan internal perusahaan. Dalam penelitian ini, struktur modal diukur dengan Debt to Equity Ratio.
Menurut Suad Husnan 2006:70, Debt to Equity Ratio adalah menunjukkan perbandingan antara hutang dengan modal sendiri. Sedangkan menurut Diah
Andarini 2007:20, Debt to Equity Ratio digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan hutang terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan.
Kesempatan yang dimiliki oleh perusahaan dalam mengembangkan dirinya di pasar disebut dengan growth opportunity. Menurut Brigham dan
Weston 2005:457, growth opportunity adalah kesempatan yang dimiliki perusahaan untuk dapat berkembang dan mencakup untuk melakukan investasi di
masa yang akan datang. Perusahaan dengan tingkat growth opportunity tinggi cenderung menggunakan hutang yang lebih besar daripada perusahaan dengan
growth opportunity yang rendah. Perusahaan yang memiliki investasi yang banyak akan semakin banyak kebutuhan modal yang diperlukan sehingga
kesempatan perusahaan semakin besar untuk dapat tumbuh. Penelitian Azlan Hafitz 2007 menunjukkan bahwa growth opportunity tidak berpengaruh
terhadap struktur modal, sedangkan hasil penelitian Seftianne dan Handayani
Universitas Sumatera Utara
2011 menunjukan bahwa growth opportunity berpengaruh terhadap sturuktur modal.
Menurut Bambang Riyanto 2001, likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi atau
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Menurut Pecking Order Theory, perusahaan akan mengunakan pendanaan internal
jika tersedia Brealey dan Myers, 2004:516. Oleh karena itu perusahaan dengan tingkat likuiditas tinggi mempunyai dana internal yang besar sehingga perusahaan
tersebut akan lebih menggunakan dana internalnya terlebih dahulu untuk membiayai investasinya sebelum mengunakan pembiayaan eksternal melalui
hutang. Penelitian Azlan Hafitz 2007 menunjukkan bahwa liquidity berpengaruh terhadap struktur modal, sedangkan hasil penelitian Seftianne dan
Handayani 2011 menyatakan bahwa likuiditas tidak berpengaruh terhadap struktur modal.
Menurut Agus Sartono 2002:64, profitabilitas adalah kegiatan dari manajemen yang secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh besar kecilnya tingkat
keuntungan yang didapat dalam hubungannya dengan penjualan, aktiva maupun investasi. Perusahaan dengan tingkat profitability yang tinggi mencerminkan
semakin rendah tingkat penggunaan hutang dalam struktur modalnya. Kreditor menggunakan profitability untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar utang kepada kreditor. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang mempunyai profitability yang tinggi akan menghasilkan laba ditahan yang lebih
tinggi dibandingkan perusahaan dengan profitabilitas yang rendah. Dengan laba
Universitas Sumatera Utara
yang tinggi, maka perusahaan dapat menggunakan dana internal perusahaan dalam struktur modal perusahaan. Pada penelitian Manatap Situmorang 2006
dan penelitian Seftianne dan Handayani 2011 menyatakan bahwa profitabilitas secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal,
sedangkan pada penelitian Azlan Hafitz 2007, Imelda Sinaga 2008, Lidia Simanjuntak 2008 menunjukkan hasil yang berbeda, profitability memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal. Menurut Brigham dan Weston 2005:175, struktur aktiva adalah
perimbangan atau perbandingan antara aktiva tetap dan total aktiva. Untuk memenuhi kebutuhan dana dalam operasional perusahaan, maka perusahan akan
mengutamakan menggunakan modal sendiri daripada menggunakan sumber pendanaan lainnya. Hal ini disebabkan oleh penggunaan aktiva tetap akan
menimbulkan adanya beban tetap yang berupa fixed cost, sehingga jika perusahaan menggunakan sumber pendanaan lainnya dalam membelanjakan
aktiva tetapnya akan menyebabkan fixed cost yang akan ditanggung perusahaan akan menjadi lebih besar. Pada penelitian Manatap Situmorang 2006, struktur
aktiva secara parsial berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, namun pada penelitian Seftianne dan Handayani 2011 struktur aktiva berpengaruh positif
terhadap struktur modal. Penelitian ini merupakan penelitian replikasi dari penelitian yang
dilakukan oleh Manatap Situmorang 2006, Azlan Hafitz 2007, Imelda Sinaga 2008, Lidia Simanjuntak 2008, Seftianne dan Handayani 2011. Berdasarkan
dari penelitian terdahulu masih terjadi perbedaan hasil penelitian research gap
Universitas Sumatera Utara
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal. Dilatarbelakangi oleh hasil penelitian yang tidak konsisten tersebut dan juga fenomena-fenomena bisnis
yang selama ini terjadi pada perusahaan manufaktur, maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap struktur modal.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya meliputi jenis variabel yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini juga ditambahkan jumlah
sampel pengamatan dan tahun terbaru serta menggunakan perusahaan-perusahaan manufaktur yang menjadi objek penelitian.
Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur, karena perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang produksinya digunakan untuk
orang banyak dan mampu bertahan dalam kondisi kebijakan model apapun sehingga seburuk apapun kebijakan yang dibuat hampir pasti produk perusahaan
ini tetap dibeli dan diminati oleh konsumen. Jadi, dapat dikatakan bahwa produk tersebut sangat dibutuhkan oleh konsumen sehingga prospeknya akan
menguntungkan di masa kini maupun di masa yang akan datang. Pada beberapa tahun terakhir pertumbuhan usaha di Indonesia mengalami perkembangan yang
cukup pesat. Banyaknya pendirian industri manufaktur membuktikan bahwa masyarakat membutuhkan hasil pengolahan bahan baku menjadi barang jadi
untuk dikonsumsi. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana
Pengaruh g rowth opportunity, tangibility, liquidity dan profitability terhadap
struktur modal perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Perumusan Masalah