Struktur modal menurut Martono dan D. Agus Harjito 2002:240 ialah “perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan
yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri.”
Struktur modal menurut menurut Brealey et.al 2007 : 6 ialah ”pilihan antara pendanaan utang atau ekuitas”.
Struktur modal menurut Martin et.al 1999 : 385 ialah “bauran segenap sumber pendanaan jangka panjang yang digunakan perusahaan”
Hutang jangka pendek tidak diperhitungkan dalam struktur modal karena umumnya bersifat berubah sesuai dengan perubahan tingkat
penjualan sementara itu hutang jangka panjang bersifat tetap selama jangka waktu yang relatif panjang lebih dari satu tahun sehingga keberadaannya
perlu lebih dipikirkan oleh para manajer keuangan. Itulah alasan utama mengapa struktur modal hanya terdiri dari hutang jangka panjang dan modal
atau ekuitas. Karena alasan itu pulalah biaya modal hanya mempertimbangkan sumber dana jangka panjang Mardiyanto, 2009.
Dalam menentukan alokasi struktur modal yang digunakan pada
suatu perusahaan,manajemen harus mengutamakan stabilitas finansial serta kelangsungan hidup perusahaan agar dapat menghasilkan laba yang terus
meningkat setiap tahunnya sehingga perusahaan kelangsungan hidup perusahaan dapat terjamin dan adanya keseimbangan antara penggunaan
hutang dengan modal yang dimiliki perusahaan.
2.1.1.2. Teori Struktur Modal
Teori struktur modal Menurut Sjahrial 2008 : 179 dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1 Teori struktur modal tradisional yang terdiri dari:
a. Pendekatan laba bersih net income approach Pendekatan laba bersih mengasumsikan bahwa investor
mengkapitalisasi atau menilai laba perusahaan dengan tingkat kapitalisasi yang konstan dan perusahaan dapat meningkatkan
jumlah hutangnya dengan tingkat biaya hutang yang konstan pula. Karena tingkat kapitalisasi dan tingkat biaya hutang konstan maka
semakin besar jumlah hutang yang digunakan perusahaan, biaya modal rata-rata tertimbang semakin kecil sebagai akibat penggunaan
hutang yang semakin besar, nilai perusahaan akan meningkat.
b. Pendekatan laba operasi net operating income approach Pendekatan ini melihat bahwa biaya modal rata-rata tertimbang
konstan berapapun tingkat hutang yang digunakan oleh perusahaan. Pertama, diasumsikan bahwa biaya hutang konstan seperti halnya
dalam pendekatan laba bersih. Kedua, penggunaan hutang yang semakin besar oleh pemilik modal sendiri dilihat sebagai
peningkatan risiko perusahaan. Oleh karena itu tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh pemilik modal sendiri akan meningkat
sebagai akibat meningkatnya risiko perusahaan. Konsekwensinya biaya modal rata-rata tertimbang tidak mengalami perubahan dan
keputusan struktur modal menjadi tidak penting.
c. Pendekatan tradisional traditional approach Pendekatan ini mengasumsikan bahwa hingga leverage tertentu,
risiko perusahaan tidak mengalami perubahan. Sehingga baik tingkat bunga hutang maupun tingkat kapitalisasi relatif konstan. Namun
demikian setelah leverage atau rasio hutang tertentu, biaya hutang dan biaya modal sendiri meningkat. Peningkatan biaya modal sendiri
ini akan semakin besar dan bahkan akan lebih besar daripada penurunan biaya karena penggunaan hutang yang lebih murah.
Akibatnya biaya modal rata-rata tertimbang pada awalnya menurun dan setelah leverage tertentu akan meningkat.
Ketiga pendekatan struktur modal tradisional ini pada mulanya
dikembangkan oleh David Durand pada tahun 1952. Teori tradisional tersebut menjelaskan pendekatan pada struktur modal berdasarkan faktor-
faktor yang ada sehingga dapat ditemukan struktur modal yang baik.
Universitas Sumatera Utara
2 Teori struktur modal modern yang terdiri dari: a. Model Modigliani-Miller MM tanpa pajak
Pada tahun 1958 mereka mengajukan suatu teori yang ilmiah tentang struktur modal perusahaan. Teori mereka menggunakan
beberapa asumsi: 1.
Risiko bisnis perusahaan diukur dengan σ EBIT Standard Deviation Earning Before Interest and Taxes.
2. Investor memiliki pengharapan yang sama tentang EBIT perusahaan di masa mendatang.
3. Saham dan obligasi diperjual belikan di suatu pasar modal yang sempurna.
4. Seluruh aliran kas adalah perpetuitas sama jumlahnya setiap periode hingga waktu tak terhingga. Dengan kata lain,
pertumbuhan perusahaan adalah nol atau EBIT selalu sama. b. Model Modigliani-Miller MM dengan pajak
Pada tahun 1963, MM menerbitkan artikel sebagai lanjutan teori MM tahun 1958.Asumsi yang diubah adalah adanya pajak
terhadap penghasilan perusahaan. Dengan adanya pajak ini, MM menyimpulkan bahwa penggunaan hutang akan meningkatkan nilai
perusahaan karena biaya bunga hutang adalah biaya yang mengurangi pembayaran pajak.
c. Model Miller Tahun 1976, Miller menyajikan suatu teori struktur modal
yang juga meliputi pajak untuk pengasilan pribadi. Pajak pribadi ini adalah pajak penghasilan dari saham dan pajak pengasilan dari
obligasi.
d. Financial distress dan agency costs Financial distress adalah kondisi dimana perusahaan
mengalami kesulitan keuangan dan terancam bangkrut. Jika perusahaan mengalami kebangkrutan, maka akan timbul biaya
kebangkrutan yang disebabkan oleh: keterpaksaan menjual aktiva dibawah harga pasar, biaya likuidasi perusahaan, rusaknya aktiva tetap
dimakan waktu sebelum terjual, dan sebagainya.
Agency costs atau biaya keagenan adalah biaya yang timbul karena perusahaan menggunakan hutang dan melibatkan hubungan
antara pemilik perusahaan pemegang saham dan kreditor. Biaya keagenan ini muncul dari problem keagenan. Jika perusahaan
menggunakan utang, ada kemungkinan pemilik perusahaan melakukan tindakan yang merugikan kreditor.
e. Model trade off Semakin besar penggunaan hutang, semakin besar keuntungan
dari penggunaan hutang, tetapi PV biaya financial distress dan PV agency costs juga meningkat, bahkan lebih besar. Kesimpulannya
adalah: penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan tetapi hanya sampai kondisi tertentu.
Universitas Sumatera Utara
f. Teori informasi tidak simetris Awal dekade 1950-an, Gordon Donaldson dari Harvard
University mengajukan teori tentang informasi asimetris. Asymmetric information adalah kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi
yang lebih banyak dari pihak lain. Karena asymmetric information, manajemen perusahaan tahu lebih banyak tentang perusahaan
dibanding investor di pasar modal.
Didalam teori modern lebih banyak mempertimbangkan faktor- faktor lain dalam menentukan struktur modalnya. Terlepas dari pendekatan
mana yang akan diambil untuk menentukan struktur modal yang optimal, para manajer keuangan perlu mempertimbangkan beberapa faktor penting
menurut Sjahrial 2008: 204 sebagai berikut 1. Tingkat penjualan, perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil
berarti memiliki aliran kas yang relatif stabil pula, maka dapat menggunakan hutang lebih besar daripada perusahaan dengan
penjualan yang tidak stabil.
2. Struktur aktiva, perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar hal ini
disebabkan karena dari skalanya dibandingkan dengan perusahaan kecil. Kemudian besarnya aktiva tetap dapat digunakan sebagai
jaminan atau kolateral hutang perusahaan.
3. Tingkat pertumbuhan perusahaan, semakin cepat pertumbuhan perusahaan, maka semakin besar kebutuhan dana untuk pembiayaan
ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang, maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba.
4. Kemampuan menghasilkan laba periode sebelumnya merupakan faktor penting dalam menentukan struktur modal.
5. Variabilitas laba dan perlindungan pajak, perusahaan dengan variabilitas laba yang kecil akan memiliki kemampuan yang lebih
besar untuk menanggung beban tetap yang berasal dari hutang. 6. Skala perusahaan, perusahaan besar yang sudah mapan akan lebih
mudah memperoleh modal di pasar modal dibanding dengan perusahaan kecil.
7. Kondisi intern perusahaan dan ekonomi makro, perusahaan perlu melihat saat yang tepat untuk menjual saham dan obligasi.
Universitas Sumatera Utara
Struktur modal yang optimal menurut Martono 2002 ialah “struktur modal yang dapat meminimalkan biaya penggunaan modal
keseluruhan atau biaya modal rata-rata, sehingga akan memaksimalkan nilai perusahaan.”
2.1.1.3. Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal